• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Sunday, January 29, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home akhlak

Menumbuhkan dan Mengembangkan Sikap Berterima Kasih Pada Anak

Sopan Santun dan akhlak mulia itu berawal dan bersumber dari rumah

admin by admin
February 10, 2022
in akhlak, Ala Rasulullah, Anak, Anak-anak, Artikel, Bingkai Sekolah, didaktika, Edukasi
0
Menumbuhkan dan Mengembangkan Sikap Berterima Kasih Pada Anak
0
SHARES
9
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

 

 

Oleh Tabrani Yunis

Akhir-akhir ini, sejalan dengan perubahan zaman, dimana kemajuan teknologi, terutama teknologi digital yang begitu pesat, telah menyebabkan perilaku manusia berubah begitu pesat pada semua tingkat usia, termasuk generasi Baby bommers, generasi yang kini sudah berusia 50 ke atas. Generasi baby boomers kelahiran mulai 1946 hingga 1964 yang menurut  Abramson mengatakan, bahwa generasi Baby Boomer memiliki karakteristik yang berkomitmen tinggi,mandiri dan kompetitif. Bahkan generasi ini juga digolongkan sebagai generasi yang kolot, dan sulit menerima perubahan. Sehingga ketika menyaksikan dan berhadapan dengan perubahan perilaku kaum atau generasi milenials, atau generasi Y yang katanya kelahiran 1981  hingga 1996, generasi baby boomers merasa galau terhadap masa depan generasi milenial yang digolongkan sebagai generasi malas, manja dan lalai. Generasi yang dimanjakan oleh teknologi digital, sehingga mereka dianggap atau diprediksikan akan kehilangan kecerdasan, karena mengalami banyak disrupsi. Disrupsi yang bermuara pada hilangnya nilai-nilai agama, budaya yang selama ini menjadi benteng kemajuan moral atau akhlak.

Kiranya, kegalauan ini bukan hanya menjadi kegalauan atau kekhawatiran generasi baby boomers atau generasi X, tetapi juga kegalauan dari generasi Y dan bahkan generasi Z sendiri. Ya,  apalagi generasi X yang lahir pada tahun 1965 sampai 1980  juga memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan generasi baby boomer dalam melihat realitas kehidupan dan gaya hidup kaum milenial atau generasi Z dan juga kaum atau generasi A atau Alfa. Lebih ekstrim lagi, generasi tua bahkan menuduh dan mengklaim bahwa generasi milenial adalah generasi yang rusak dan perusak di abad ini.

Pokoknya, derasnya arus perubahan yang terjadi di tengah masyarakat kita dan masyarakat dunia pada umumnya, menimbulkan kegalauan dan kegelisahan, terutama pada perubahan pola hidup atau gaya hidup alias life style yang melupkan nilai-nilai moral dan mematikan semangat beragama dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama. Adat istiadat yang menjadi instrumen yang mengatur kehidupan yang baik, normatif dan sesuai tata kehidupan generasi sebelumnya menjadi diabaikan dan berganti dengan model budaya modern, lebih bebas nilai dan instant. Perubahan yang begitu cepat mengikis tata krama, nilai-nilai lama, sehingga saat ini, sopan santun yang harusnya tetap melekat di dalam berkehidupan di era ini, ikut terkikis dan menipis. Bukan hanya itu, sikap atau karakter apresiatif yang sebelumnya sejak masa anak-anak di rumah dan di sekolah telah diajarkan untuk bersikap apresiatif, tahu berterima kasih, sehingga dalam menjalankan segala aktivitas di tengah masyarakat kita, anak-anak hingga dewasa tahu diri dan selalu mengapreasiasi dan berterima kasih. Kini, bahkan semakin terlihat perubahan itu. Semakin banyak anak atau orang yang memiliki sikap tahu berterima kasih. Semakin sedikit pula orang yang mempraktikan sikap sopan santun dan lainnya.

Menurun dan bahkan hilangnya sikap berterima kasih serta sopan santun dari kehidupan anak-anak generasi masa kini, wajar menjadi kegalauan dan kekhawatiran. Oleh sebab itu, setiap orang tua harusnya sadar bahwa perubahan itu kini terus melanda dan membahayakan masa depan generasi. Untuk itu, setiap orangtua harus berupaya membangun pemahaman, kesadaran anak-anak untuk memiliki rasa berterima kasih dan bisa menghargai orang lain. Tidaklah baik membiarkan anak-anak generasi milenial, generasi Z dan A kehilangan sikap berterima kasih tersebut. Selayaknya, sekali lagi setiap orang tua harus dengan serius membangun kembali sikap dan kesadaran anak-anak untuk tahu berterima kasih.

Hal ini perlu mendapat perhatian ekstra dari setiap orangtua, pemerintah dan semua stakeholders untuk lebih giat membangun sikap-sikap seperti pintar dan cerdas berterima kasih. Kemajuan teknologi digital, terbukti terus berhasil mempercepat proses disrupsi terhadap berbagai macam produk yang bersifat fisik dan nirfisik, seperti nilai-nilai sosial dam agama dalam kehidupan manusia. Dalam kondisi ini, peran orang tua dan guru serta masyarakat umum sangat diperlukan. Untuk hal ini juga diperukan kemauan poitik untuk membangun kesadaran bahwa sikap berterima kasih itu adalah sikap yang baik dan diajarkan dalam agama dan budaya kita.

Menumbuhkan sikap positif untuk menghargai orang yang membantu atau memberikan sesuatu atau memberikan ucapan baik

Nah, apa yang harus dilakukan? Tentu tidaklah terlalu sulit untuk menumbuhkan kesadaran, membiasakan anak untuk selalu berterima kasih dalam kata dan perbuatan atau tindakan adalah satu dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan atau ditempuh. Setiap orang tua harus mau mempraktikan sikap tersebut sejak di rumah dan di mana saja. Sebenarnya dalam kehidupan masyarakat kita, hal-hal semacam ini bisa diambil dari teladan orangtua yang bahkan tanpa harus terlalu berharap dari lembaga pendidikan sekolah. Setiap orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam bersikap dan berterima kasih. Sopan santun dan sikap baik serta memiliki etika harus dimulai dari rumah. Sebab orang tua adalah teladan yang pertama dan utama dalam perkembangan kepribadian anak. Setiap orang tua tidak boleh enggan mengucapkan terima kasih kepada anak ketika anak berinisiasi melakukan hal-hal positif terhadap orang tua. Hal ini bisa dilakukan dengan cara pembiasaan. Ya, karena biasa, kita bisa.

Related

Previous Post

KETIKA KONSEP PENDIDIKAN TERAPLIKASI APIK DARI VISI MISI NEGARA

Next Post

SUNYI DI PENJARA YANG TIDAK BERJERUJI

admin

admin

Next Post
SUNYI DI PENJARA YANG TIDAK BERJERUJI

SUNYI DI PENJARA YANG TIDAK BERJERUJI

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Bunda  Siapa Meminta – Minta?

Bunda Siapa Meminta – Minta?

12 hours ago
Produk UMKM Ci Rasa Brownies Raih Penghargaan dari Pj Bupati Abdya

Produk UMKM Ci Rasa Brownies Raih Penghargaan dari Pj Bupati Abdya

12 hours ago

Trending

Majalah POTRET Gelar Lomba Menulis Essai Se-Aceh

Majalah POTRET Gelar Lomba Menulis Essai Se-Aceh

6 days ago

5 Sepeda untuk Program 1000 Sepeda

5 years ago

Popular

Majalah POTRET Gelar Lomba Menulis Essai Se-Aceh

Majalah POTRET Gelar Lomba Menulis Essai Se-Aceh

6 days ago

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

9 months ago
Nasehat Kepemimpinan dari Sang Perdana Menteri

Nasehat Kepemimpinan dari Sang Perdana Menteri

3 weeks ago

5 Sepeda untuk Program 1000 Sepeda

5 years ago
Islam, Demokrasi dan Keadilan sosial: Catatan Atas Pidato Dato’ Seri Anwar Ibrahim

Islam, Demokrasi dan Keadilan sosial: Catatan Atas Pidato Dato’ Seri Anwar Ibrahim

3 weeks ago

Spam Blocked

2,151 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version