Oleh Tabrani Yunis
Malam Rabu, 1 Fabruari 2022 penulis mencari sebuah warung kopi yang menyuguhkan kopi Arabika Gayo. Biasanya penulis malam-malam atau sore hari suka minum kopi di Gerobak Arbicca Coffee, di samping warung kopi Cut Nun yang tidak jauh dari POTRET Gallery di jalan Profesor Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh. Namun, sejak bulan Januari 2022 ini, Gerobak pindah ke tempat baru. Penulis pun kehilangan tempat ngopi yang sesuai dengan selera. Sehingga harus bergerilya mencari warung kopi lain. Pilihan pertama adalah Deputroe di jalan yang sama, namun agak jauh. Bahkan juga penulis mencari yang lebih jauh ke warung kopi yang menyediakan kopi Arabicca Gayo. Penulis mencoba mencicipi kopi di Leuser. Namun, malam ini, penulis mencari warung kopi yang tidaj begitu jauh dari POTRET Gallery. Maka, penulis bergerak menghidupkan mobil dan mengarah ke arah simpang BPKP. Kala melintasi jalan, mata tertuju ke sebelah kiri jalan dan melihat sebuah waring kopi dengan nama yang sedikit meragukan. Nama warung kopinya A1 Base Camp. Kok rada aneh begitu ya?
Dengan rasa penasaran, penulis berhenti memarkirkan mobil di area parkir dan turun melangkah masuk ke warung yang tampak bersih dan nyaman. Tidak banyak orang dan suasananya sesuai selera, karena yakin kalau tidak banyak yang merokok. Soalnya penulis sudah berhenti merokok sejak tanggal 15 Agustus 2000. Jadi sangat tidak suka dengan tempat yang banyak orang merokok.
Tatkala menyeruput Double Espresso, tiba-tiba pikiran melayang terlintas tentang perjalanan hidup. Segudang pengalaman kebahagiaan dan keindahan yang dirasakan selama menjalani profesi guru selama lebih dari 35 tahun, mulai di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, Akademi Perawat, Akademi Bidan hingga mengajar di Universitas. Masa lebih 35 tahun yang penuh dengan aneka warna dan rasa. Pahit getir, asam garam dan manis madu pun sudah dirasa. Sayangnya pengalaman-pengalaman itu tidak tercatat atau tertulis dengan rapi. Siapa tahu, di antara sekian banyak pengalaman itu ada yang berguna bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.
Sempat Demam Panggung
Berbekal pengetahuan ilmu mendidik, seperti paedagogik, psikologi pendidikan, psikologi anak dan perangkat pengetahuan lainnya, pada tahun 1982, ketika tamat dari Sekolah Pendidikan Guru ( SPG) Negeri Banda Aceh, dengan modal kemampuan yang masih terbatas, memulai aktivitas mengajar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 37 Banda Aceh. Mengajar menjalankan fungsi sebagai guru pengganti, karena guru tetap yang saat itu kuliah, sehingga ada dua hari dalam seminggu yang harus penulis gantikan. Mengajar di kelas tiga SD dengan jumlah murid lebih kurang 40 murid.
Nah, sebagai guru baru dan miskin pengalaman, belum punya rasa percaya diri yang kuat, lalu berhadapan dengan sejumlah anak kecil, idealnya adalah hal biasa, tidak perlu takut atau demam panggung. Celakanya, perasaan itu tak dapat disembunyikan, karena keringat tak bisa ditahan, walau kelas tidak panas, tetapi badan mengeluarkan keringat dingin. Tangan yang seharusnya bergerak lancar, tetapi melenggang seperti berat. Ya itulah gejala demam panggung yang lazim dialami orang-orang yang belum banyak pengalaman.
Namun, setelah masa-masa awal berakhir, artinya bukan lagi masuk pertama, perasaan gugup pun mulai pupus. Tidak ada lagi keringat dingin yang muncrat dari pori-pori di balik baju. Yang ada adalah semakin dinikmati proses yang berlangsung. Komunikasi dan relasi dengan anak-anak didik pun terus mencair, hingga proses kreatif dalam mengajar pun tumbuh, karena termotivasi dan terus berusaha mencari sumber inspirasi baru dari berbagai buku bacaan mengenai strategi mengajar yang kreatif, innovatif, menarik dan menghibur atau entertaining. Apalagi, sambil mengajar, penulis juga melanjutkan pendidikan di program Diploma II di FKIP Universitas Syiah Kuala, selama 2 tahun. Jadi kematangan pun hadir, hingga bisa meningkatkan kualitas diri dan pembelajaran di sekolah. Pengalaman mengajar di Sekolah Dasar, menjadi kekuatan bagi penulis dalam membangun kapasitas diri, juga jembatan masa depan yang menjadi bahagian dari Indahnya menjadi guru. Pengalaman ditertawakan anak-anak di awal -awal menggeluti dunia pendidikan, mencari ide menarik dan menghibur juga menjadi bagian terindah menjadi guru.