• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Saturday, March 25, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Aceh

Nostalgia Masa SPG

Merajut Ingatan

admin by admin
January 28, 2022
in Aceh, Bingkai Sekolah, Catatan Perjalanan, Essay, Guru, Kenangan
0
Foto saat reuni
0
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Foto saat reuni

Oleh Tabrani Yunis

Judul tulisan ini kurang menarik. Ya, bagaimana bisa menarik ya? Set back. Bercerita  soal masa lalu. Memangnya apa yang menarik dengan masa lalu? Apalagi bagi orang yang tidak suka berbicara tentang masa lalu, karena alasan bahwa yang penting itu adalah melihat ke masa depan yang memang akan dihadapi. Melihat ke masa depan dengan optimis. Jadi, biarkan sajalah  masa lalu, berlalu. Jadikan saja apa yang telah terjadi di masa lalu itu sebagai sebuah  catatan yang tidak perlu diingat-ingat, karena hanya membuat kita sedih atau malah pesimis. Begitu kata seorang teman ketika mengawali tulisan ini dengan judul bernostalgia ke masa di SPG.  Begitu skeptifnya ia pada cerita lama. Karena baginya hal yang semakin tidak menarik itu, karena tidak berorientasi ke masa depan, tetapi balik ke masa lalu. Tidak ubahnya seperti kita berbicara soal, pelajaran sejarah yang dahulu banyak becerita soal kejayaan masa lalu, atau sebaliknya penderitaan akibat kolonialisasi dan cerita-cerita hidup susah di masa perang atau konflik, kian ditinggalkan generasi sekarang. Sementara generasi sekarang sering disebut-sebut sebagai generasi milenial, generasi yang terus melangkah dan berlari mengejar masa depan dengan kehebatan kemampuan digital. Sehingga  bagi mereka masa depan yang semakin canggih dan serba memudahkan hidup sejalan dengan semakin gegap gempitanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang serba digital dan bergerak secara masif ini lebih penting untuk disikapi. Salahkah penilaian ini?

Tentu bukan soal salah atau benarnya. Ya, terserah saja  dari perspektif apa atau sudut pandang yang mana yang kita gunakan. Namun demikian,  kemajuan era digital juga tidak bisa dipisahkan dengan masa lalu, dengan catatan sejarah yang sudah ada, karena masa kini tidak akan bisa berubah seperti sekarang. Apabila tidak ada sejarah masa lalu yang menjadi pijakan atau basis bergerak pertama, kita akan bergeak dari mana dan mau ke mana?  Maka, tetap saja ada yang disebut dengan historical background. Ada latar belakang sejarah yang menyebabkan lahirnya sebuah perubahan. Oleh sebab itu, kata nostalgia sesungguhnya memberikan atau menjadi bumbu yang membuat aroma kehidupan masa kini menjadi lebih harum dan menggoda.

Begitu pula halnya dengan apa yang dilakukan oleh para alumnus SPG pada hari Sabtu, 15 Januari 2022 lalu. Para alumnus SPG, lulusan Sekolah Pendidikan Guru, setingkat SMA yang menyiapkan tenaga pendidik atau guru yang kala itu bisa mengajar di jenjang pendidikan dasar yakni di Taman Kanak-kanak alias TK dan di sekolah dasar. SPG Negeri Banda Aceh yang letaknya di samping kolam renang Tirta Daroy di jalan kesehatan itu pun telah banyak melahirkan tenaga pendidik yang seusai dari SPG langsung menjadi guru di jenjang pendidikan yang paling bawah, yakni TK dan SD yang tersebar di Aceh dan bahkan juga luar Aceh seperti halnya Jambi saat itu yang banyak mendatangkan guru dari Aceh. Mereka kemudian menetap dan bahkan berkeluarga di sana hingga meninggal pun di sana. Selain menjadi guru TK dan SD di Aceh dan berbagai daerah, banyak pula alumnus SPG Negeri Banda Aceh yang melanjutkan kuliah dan bekerja di berbagai instansi dan bidang. Pokoknya tidak hanya menjadi guru, tetapi juga menjadi pejabat di birokrasi, ormas, ornop, perusahaan dan juga menjadi anggota Dewan alias legislatif serta profesi lainnya. Yang jelas tidak semua alumnus SPG Negeri Banda Aceh menjadi guru TK dan SD.

Sayangnya, zaman berubah, kebutuhan juga ikut berubah. Lalu, sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan akan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan, SPG harus berakhir menjalankan misi menyiapkan tenaga guru yang kemudian tenaga guru disiapkan lewat program Diploma dan PGSD. Maka, SPG pun ditutup pada tahun 1990 an. Konon, dalam rangka menghasilkan guru SD yang lebih berkualitas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan nomor 0854/O/1989 tanggal 30 Desember 1989 yang menetapkan bahwa kualifikasi awal guru SD yang semula lulusan tingkat SLTA (SPG) ditingkatkan menjadi lulusan jenjang Diploma II (D-II).

Ditutupnya SPG kala itu, maka menutup kesempatan bagi lulusan SMP yang berminat menjadi guru. Kalau pun ingin menjadi guru, maka harus menamatkan dahulu jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas ( SMA) dan melanjutkan ke PGSD atau PGMI di universitas. Setelah melanjutkan ke PTN atau PTS yang menjalankan program PGSD tersebut, kemungkinan besar alan menjadi guru.

Konsekwensi lain, dengan ditutupnya SPG tersebut, maka sejak itu pula tidak ada lagi alumnus dari sekolah tersebut seperti halnya sekolah-sekolah lain di semua jenjang. Akhirnya, alumnus SPG pun dari masa ke masa terus berkurang, karena tidak ada lagi lulusan atau alumni di tahun-tahun berikutnya. Bahkan semakin berkurang karena ada yang telah meninggal dalam berbagai suasana atau sebab, seperti bencana tsunami yang menghantam Aceh pada 26 Desember 2004 lalu dan juga meninggal karena sakit dan sebagainya.

Nah, jadi wajar saja kalau jumlah alumnus SPG tersebut dari tahun ke tahun terus berkuang dan semakin sedikit. Oleh sebab itu, dengan semakin mengecilnya jumlah alumnus SPG, kegiatan-kegiatan yang bersifat silaturahmi, seperti reunian atau family gathering menjadi semakin penting. Penting sebagai upaya merajut silaturahmi yang selama tersedianya fasilitas Whatsapp berlangsung secara online dengan memanfatkan WA grup. Keinginan atau niat membangun silaturahmi itu terwujud di sebuah cafe di kawasan pantai Lampuuk, Aceh besar pada 15 Januari 2022 lalu. Kegiatan itu disebut juga dengan Nostalgia masa SPG. Menarik, bukan?

Ya, bagi alumnus SPG tersebut, tentu sangat menarik dan perlu. Walau tidak seperti yang dilantunkan dalam lagu. “ nostalgia masa SMA. “ Bila Nostalgia SMA, bisa jadi banyak yang tahu, karena hingga kini genarasi saat ini masih menikmati layanan belajar, layanan pendidikan di level sekolah menengah. Sementara SPG, ya Sekolah Pendidikan Guru? Pasti sudah banyak yang melupakannnya, apa lagi generasi milenial yang lahir pada tahun 2000 an, SPG adalah inisial yang sangat asing. Bisa-bisa menjadi inisial yang lain.

Berbicara nostalgia, nostalgia SPG Negeri Banda Aceh ini adalah sebuah kenangan yang perlu diingat oleh mereka yang pernah mengenyam masa-masa indah atau sebaliknya ketika besekolah di lembaga pendidikan guru yang disebut sekolah Pendidikan Guru alias SPG itu. Maka, hari Sabtu, 15 Januari 2022 lalu, alumnus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Banda Aceh melakukan kegiatan merekat silaturahmi yang sering disebut dengan Family Gathering di pantai Leupon, kawasan kaki gunung di pinggir laut Lampuuk, Aceh Besar. Sebuah lokasi yang bagus untuk mengadakan acara. Tapi, kita bukan ingin promosi lokasi kegiatan, tetapi soal reuni alumnus SPG Negeri Banda Aceh.

Ya, kita kembali saja pada soal kegiatan reunian, silaturahmi antar angkatan atau letting itu. Pada hari yang cerah setelah beberapa hari sebelumnya langit Aceh diselimuti awan mendung dan sebagian wilayah di Aceh dilanda banjir. Cerahnya hari Sabtu itu menambah indahnya momentum silaturahmi alumnus SPG Negeri Banda Aceh yang dihadiri lebih kurang 40 orang alumnus yang datang dari hampir seluruh Aceh.

Ini memang bukan nostalgia SMA seperti dalam sebuah film yang dilakoni oleh Yessy Gusman, tetapi ini adalah nostalgia alumnus SPG yang jauh lebih seru dan inspiratif. Mengapa begitu? Ya, memang begitu. Kalau begini, apa jadinya ya?

Ya, nostalgia alumnus SPG Negeri Banda Aceh ini bisa dikatakan lebih khusus mengingat momentum ini membawa makna merajut silaturahmi,  membangun kesadaran diri melakukan refleksi dan juga sebagai momentum untuk mengingatkan bahwa ke depan, reunian para alumnus SPG Negeri juga akan berakhir, disebabkan oleh faktor U. Ya, usia para alumni yang sudah berkepala 6, karena umumnya sudah masuk dan berada di garis lansia.

Walau demikian adanya, pertemuan atau family gathering yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2022 itu, terasa seperti memutar jarum jam. Pikiran terbawa ke masa-masa bersekolah di SPG pada era 70 an hingga 1990 an yang masa itu semua wajah dan penampilan yang masih muda, ya usia remaja sesuai dengan kondisi saat itu. Pikiran mengenang masa-masa indah di usia remaja yang bisa jadi saat itu banyak yang saling bercanda dan bahkan menaruh hati pada seseorang. Sementara pada 15 Januari 2022, semua alumnus hadir dengan wajah dan gerak yang berbeda. Bayangkan saja, sudah lebih 40 tahun lamanya tak bersua atau kopi darat, lalu bertemu dengan penuh haru, mengingat siapa gerangan yang sedang berada di depan mata. Apalagi ketika usia bertambah, daya ingat pun berkurang, sehingga tak mampu lagi mengungat nama. Maka, reunian ini merupakan momentum mengembalikan ingatan. Mengingat teman, momen dan juga menjadi momentum refleksi dalam bingkai silaturahmi. Momen yang sangat indah dan perlu diingat, dikenang serta dicatat dalam catatan kecil seperti ini. Begitu berkesan.

Lalu, bagaimana ke depan? Masih adakah waktu untuk merekat kenangan, menyegarkan pikiran dengan ikatan kekerabatan alumnus SPG Negeri Banda Aceh? Entahlah. Andai Allah memberikan kesempatan, semangat untuk merajut dan mengikat kenangan itu, Insya Allah bisa dilakukan. Tentu dengan gaya dan irama yang kian berbeda.

Related

Previous Post

Mengantarkan Bantuan

Next Post

Dreaming To Be a Business Owner

admin

admin

Next Post
Dreaming To Be a Business Owner

Dreaming To Be a Business Owner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

ALIRAN DARAH LANCAR PERINGKAT KELAS KU MENINGKAT DENGAN GOWESAN KU

ALIRAN DARAH LANCAR PERINGKAT KELAS KU MENINGKAT DENGAN GOWESAN KU

12 hours ago
Siswa SMKN 1 Simpang Kiri Wakili Aceh ke Nasional dalam Kontes Vocation Fest 2023

Siswa SMKN 1 Simpang Kiri Wakili Aceh ke Nasional dalam Kontes Vocation Fest 2023

15 hours ago

Trending

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Kenakalan Remaja dan Peran Pendidikan Keluarga

3 days ago

Popular

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

1 month ago
MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago

5 Sepeda untuk Program 1000 Sepeda

6 years ago
Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

1 week ago
1000 Sepeda Peduli Anak Negeri

1000 Sepeda Peduli Anak Negeri

1 month ago

Spam Blocked

9,033 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version