Catatan Kecil Di Ulang Tahun POTRET ke 19

Membangun Budaya Menulis

19 Tahun Membangun Budaya Menulis di Kalangan Perempuan

Oleh Tabrani Yunis

Malam ini, sebelum azan Isya berkumandang, sambil melakukan aktivitas berjualan di POTRET Gallery yang terletak di Jalan Prof Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh, pikiran tertuju pada sebuah momentum yang sangat berharga. Dikatakan berharga karena momentum itu adalah momentum mulainya terwujud cita-cita membangun gerakan menulis di kalangan perempuan yang berawal dari perempuan akar rumput ( grassroots women) di Aceh. Berawal di tahun 1998, ketika muncul niat untuk menyediakan media perempuan untuk mengekspresikan pikiran, pengetahuan dan pengalaman lewat media, namun tidak tersedia media yang bisa menampung karya-karya tulis perempuan yang ingin menulis dan mengekspresikan pikiran mereka lewat media tersebut. Bukan mustahil bila pada tahun-tahun 1990 an, bahkan 2000 an, sangat jarang kita menemukan tulisan-tulisan perempuan di media cetak saat itu. Kalau pun ada, hanya sedikit dan bisa dihitung dengan jari tangan. Celakanya lagi, kalau pun ada media atau majalah perempuan, banyak tulisan yang juga ditulis oleh laki-laki tentang perempuan.

Aneh bukan? Ya, bisalah kita katakan aneh, bila kita mau melihat realitas yang ada saat itu. Padahal perempuan dilihat dari jumlahnya, secara kuantitas  lebih banyak, dibandingkan kaum laki-laki. Dilihat dari kapasitas menulis, sebenarnya kaum perempuan tidaklah kalah dibandingkan kaum laki-laki. Namun, mengapa sangat sedikit perempuan yang menulis? Apakah semua media yang ada memang diperuntukan untuk laki-laki? Tentu tidak. Selain itu, bila kita menelisik persoalan yang dihadapi oleh laki-laki dan perempuan, sesungguhnya perempuan bisa memiliki banyak sekali persoalan atau masalah, yang masalah tersebut bisa menjadi bahan tulisan. Tapi, mengapa sangat sedikit perempuan yang menulis?

Kondisi itu menjadi keprihatinan para penggawa Center for Community Development and Education ( CCDE) Banda Aceh. Merasa prihatin melihat kondisi itu, lalu tergerak hati untuk mengidentifikasi segala masalah dan membaca apa kekuatan kaum perempuan, kelemahan, tantangan dan ancaman dalam hal menulis.  Akhirnya niat untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan Aceh pun diwujudkan dengan mengundang sebanyak 25 perempuan akar rumput yang merupakan perwakilan dari kelompok dampingan CCDE di 6 kabupaten di Aceh saat itu. Ke 25 perempuan ini dilatih untuk menulis cerita cerita singkat mengenai kehidupan mereka. Kegiatan pelatihan itu dilaksanakan selama 3 hari. Hasil dari pelatihan berupa tulisan perempuan dengan berbagai macam hal yang mereka tulis dengan tulisan tangan, kemudian diketik di CCDE dan dikumpulkan, lalu menjadi cikal bakal terbitan pertama majalah perempuan Aceh yang diberi nama dengan POTRET.

Ya, POTRET itulah namanya. Pertanyaannya, mengapa POTRET? Mengapa tidak yang lain? Bukan hanya itu, banyak pertanyaan yang bermunculan. Namun, memilih nama POTRET karena POTRET dengan sinonimnya Foto dan juga ada yang menyebut Kodak. Ya karena POTRET dimaksudkan mereka dengan memotret atau memoto. Lalu bagaimana dengan majalah POTRET? Tidak jauh berbeda, POTRET digunakan sebagai media yang memotret kehidupan perempuan dengan segala masalah yang dialami dan dihadapi kaum perempuan. Dengan adanya POTRET, perempuan memiliki media yang khusus mengangakat dan memuat karya-karya perempuan di Aceh, terutama perempuan dari kalangan akar rumput atau grassroots itu.

Nah, menerbitkan POTRET untuk pertama sekali, tentu tidak seperti membalik telapak tangan. Banyak kendala dan hal yang menghambat. Pertama,ketika ingin menerbitkan majalah POTRET yang pertama dihadapi adalah soal ketersediaan tulisan dari para penulis perempuan. Kedua, ketersediaan tenaga yang mengelola media dan ketiga ketersediaan dana untuk biaya penerbitan yang biasanya lumayan besar. Kemudian akan ada hal-hal lain seperti distrubusi, kepastian akan keberlanjutan terbit. jadi, bila kita menghitung kendala, tentu sangat banyak dan harus dicari solusi agar niat menerbitkan majalah POTRET bisa terwujud.

Alhamdulillah niat itu terwujud dengan diluncurkan pertama sekali edisi pertama pada 11 Januari 2003 dengan format yang sangat sederhana, sesuai dengan kondisi kapasitas yang masih sangat terbatas saat itu.Namun karena kekuatan idealisme yang begitu besar, upaya menerbitkan majalah POTRET terus dijaga, walau tidak bisa terbit setiap bulan. Paling tidak, cikal bakal majalah POTRET sebagai media perempuan Aceh sudah hadir dahulu untuk membangun gerakan menulis di kalangan perempuan akar rumput di Aceh. Sayangnya, belum sempat berkembang dan bermetamorfosis secara baik, ketika sedang menyiapkan edisi 3, bencana gempa dan tsunami yang sangat dahsyat pada 26 Desember 2004 pun terjadi. Kantor CCDE dan POTRET yang kala itu beralamat di jalan Malahayati, KM 8,5, desa Kajhu, Kecamatan Baitusslam, Aceh Besar rata disapu tsunami.  POTRET yang baru berumur seumur jagung itu terpaksa tidak terbit.

Exit mobile version