(Khayalis: Syam S)
Akan kujadikan api ruang yang tiada batas ini
Membakar dan membakar sampai abu yang sebesar zarrah turut hangus
Dan kaulah bensin yang paling peka dalam genggamku
Seperti pecut yang merenggut segenab asih di dadaku
Aku masih bertanya untuk penghabisan tanya padamu
Di baris mana kau tegak sebagai sahabat atau sebagai pengkhianat?
Aku telah bulat tekat bertindak sebelum aku hancur
Demi nama Tuhan, berkatalah sebenar kata dan teriakkan dengan pekikmu
Mengapa kau diam?
Mengapa?
Sedang bukti kesalahan telah nyata
Dian yang larut sekian lama menyita waktuku
Menyita cinta sirna kehabisan darah
Atau kau tak mengerti jua kata maaf dan arti maaf?
Sampai detik ini aku harapkan
Harap yang lepas tak kau pahamkan
Lihatlah hutan ini tempat aku pernah tersesat
Dijarah, gundul kemudian tumbuh dan kembali dijarah
Kita adalah putranya yang lahir dari kebenaran
Kebenaran yang kini kau jadikan bumerang
Dengarkan himne persahabatan yang kita ikrarkan
Tanah hutan, lautan dan angkasa raya seakan orkestra yang mengiringi
Ciumlah bau amis darah yang berleleran
Mengingatkan kita untuk tundukkan kepala dan heningkan cipta
Sebelum semua punah bersama sisa-sisa nista
Berkatalah dan berjanji sebenar kata dan janji
Agar anak cucu kita tidak bertanya nanti
Siapakah kita para leluhurnya ?
(Dahlia 11, Bna 15 Juni 2019)