LENTERAKU
Malam meregang nyawa
Meminang semburat jingga
Sepi bertunang hampa
Senada seirama mengusik jiwa
Seribu hari belum berlalu
Satu lentera lagi pergi tak kembali
Satu lentera hidupku redup selamanya
Temaram serasa isi dunia
Perih menganga tanpa suara
Hanya goresan tinta jua aksara
Temani malam beranjak dini
Temani rasa yang mengusik sepi
Aku rindu
Rindu selaksa peristiwa
Yang hanya bisa kunikmati dalam memori
Aku rindu
Rindu parasmu… senyummu
Canda tawa serta nasehatmu
Aku tak mau sepi mengubur ilusi
Tapi sepi membungkam rohani
Yang tak akan pernah bertepi
Setia temani ragawi
Walau dalam riuh rendah ribuan manusia
Hanya hampa yang kini kurasa
Doa serta asa yang kupinta pada sang maha cinta
Semoga rinduku kelak bertepi di taman surgawi
TERCECER BERSAMA SENJA
Setahun lebih kepergianmu
Malam ini memoriku menari menemani delusi
Bola mata yang menganak sungai turut melengkapi
Bahagiaku hampa
Bahagiaku tercecer bersama kepergianmu yang tak pernah kembali
Bahagiaku menguap dan lenyap ditelan waktu yang terus berpacu
Bahagiaku kini tak bisa lagi kuceritakan padamu
Jerit hati yang mungkin memecah gendang telinga siapapun yang mendengarnya
Ah…,mana mungkin mereka tahu. Tak akan mungkin mereka mengerti,karna jeritan itu hanya dalam hati
Tak kan pernah terdengar oleh siapapun
Hanya pemilik jagad raya yang tahu.
Bahagiaku tercecer bersama senja yang menjadi saksi kepergianmu
LELAKI PERTAMA
Engkau lelaki pertama dalam hidupku
Yang mencintaiku tanpa syarat tertentu
Yang tulus memberi cinta tanpa batas waktu
Yang terima segala kekuranganku
Aku tak mengenal kata cukup dalam kasihmu
Aku tak melihat cela pada cintamu
Aku bagai ratu dalam dekap lakumu
Aku yang selalu bermanja tanpa malu
Walau aku bukan lagi putrimu yang lucu
Kini rindu memintal kalbu
Tiada lagi tempatku mengadu
Tiada lagi pria perkasa yang setia
Tumpuan jiwa pelipur lara
Hilang sudah dada bidangnya
Tempat aku meramu rindu tanpa sisa lara
Lelaki sempurna dalam hidupku
Lelaki yang tak rela aku tersiksa
Lelaki yang mempertaruhkan jiwa raga
Demi cinta sejatinya pada keluarga
Lelaki yang kini hanya bisa ku dekap dalam mimpi tak bertepi
Lelaki yang kucintai dan mencintaiku sepenuh hati
BUKAN SALAH CINTA
Cinta tak pernah salah
Walau karna cinta
Netra yang hampir mengering kembali meluah
Cinta tak pernah salah
Walau karna cinta
Ada rindu yang membuncah
Cinta tak pernah salah
Hanya jiwa yang terkadang ingin menyerah
Hati yang patah berpilah-pilah
Cinta tak pernah salah
Hanya hadirmu buatku kalah
Kalah untuk sekedar berkata…cukup sudah
Haruskah aku berkata pasrah atau menyerah
Aku masih belum mampu
Menghapus namamu
Walau beribu telatah ku serbu
Namamu masih di sini
Terukir rapi di sudut hati
Hingga memori tak lagi berarti
BIAS
Bila jemu meramu kalbu
Denting memori mengusik waktu
Aku hanya ingin kau tau
Kala aku belum mampu meramu rindu
Memuai rasa yang ada tanpa aba-aba
Aku hanya ingin kau lihat
Masih ada atma yang memuai
Yang masih terburai sampai mentari tak lagi temani pagi
Aku hanya ingin kau dengar
Bahwa bukan sakit yang mengiris
Lebih perih deru rindu yang tak pernah mengering hingga rohani bercengkrama di jannati
Peureulak, 22 Desember 2021
By ; Dinar Puspita Ayu, S.Pd.I