Oleh Hamdani Mulya
Pengamat Sastra Aceh
Syair dalam bahasa Aceh disebut ca’e. Pementasan acara baca syair Aceh disebut dengan meuca’e, yang artinya membaca syair. Di Aceh syair merupakan jenis karya sastra lama yang menarik untuk dinikmati. Ca’e dapat dikatakan serupa jenis puisi lama jika dalam karya sastra Melayu. Syair Aceh sebagai karya sastra tentunya mengandung berbagai pesan moral. Sebagai suatu kearifan lokal yang harus dilestarikan.
Sejauh yang penulis amati, buku kumpulan syair Aceh semakin langka di pasaran, toko-toko buku yang ada di Aceh. Jarang ada buku terbaru yang terbit berupa buku kumpulan syair Aceh. Padahal syair Aceh sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan, kesehatan, dan nilai sejarah.
Dalam kesempatan ini penulis ingin memperkenalkan sebuah buku kumpulan syair Aceh berjudul Ceureumen (artinya: Cermin). Dari hasil pengamatan penulis Ceureumen sengaja dijadikan sebagai judul oleh penulis Marzuki Sabon untuk pedoman hidup yang di dalamnya memgandung pesan bahwa syair yang ditulis dalam buku kecil tersebut merupakan cerminan diri bagi pembaca.
Sebagai introspeksi diri bahwa dalam syair juga mengandung petuah serta nasehat dalam mengarungi kehidupan.
Buku kumpulan syair Aceh “Ceureumen” karya Marzuki Sabon seorang karyawan di Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Aceh ini, merupakan sebuah buku bertema penyuluhan kesehatan bagi masyarakat. Tentu sebuah buku yang bagus, sebuah ide penyampaian penyuluhan kesehatan bagi warga Aceh dengan pendekatan kearifan lokal. Penyuluhan berbasis pendekatan sosial budaya (socio-culture) yang mudah dicerna serta dipahami oleh pembaca.
Buku yang diterbitkan oleh Proyek Penyuluhan Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Aceh tahun 1992/1993 itu berisi pedoman, petunjuk, serta kiat-kiat menjaga kesehatan. Sebuah literatur yang bagus kala Aceh berstatus Daerah Istimewa, seperti istimewanya buku Ceureumen yang berisikan keistimewaan menjaga kesehatan. Buku ini berisikan pendidikan kesehatan seperti perlunya menjaga gizi yang seimbang yang dikisahkan dalam syair berjudul “Kureung Vitamin A”. Seperti terbaca pada kutipan syair berikut:
Sumber vitamin A ulon calitra
Supaya gata jeulah tatukri
Phon-phon bak eungkot jeulah ka nyata
Meubago rupa deungo lon rawi
Eungkot lam laot darat seureuta
Eungkot lam paya, eungkot lam kali
Banbandum eungkot le vitamin A
Tabri le gata keupada Nyakti
Oh lheuh nyan dudo wahe e Cutda
Dengon lon rika supaya meuri
Bak bandum “Gule hijo wareuna”
Miseue umpama lagee “On sawi”
Selain itu, nilai kesehatan dalam buku tersebut juga terdapat pada syair “Bahaya Meurukok”
(Bahaya Merokok) pada kutipan berikut:
Seubab meurukok le that bahaya
Keu ureung lingka keudro sendiri
Perokok aktif keudrogeuh nyata
Geupiep meusaja keudro sendiri
Perokok pasif piep rukok hana
Asap kireman kanan ngon kiri
Perokok aktif pasif seureuta
Bahaya sama tan kecuali
Seubab rukok nyoe le that bahaya
Lethat senyawa han ek lon kheun kri
Macam meungandong zat berbahaya
Hanya lhee saja lon coba rawi
Phon “Gas meuracon” mube cit hana
“Carbon monoksida” nama geurasi
Keudua “Nikotine” geusebot nama
“Tar” yang keutiga panggilan geubri
Demikianlah beberapa nukilan syair Aceh yang penuh dengan muatan hikmah nilai pendidikan. Karya Bapak Marzuki Sabon, sastrawan yang berlatar pendidikan kesehatan yang mahir merangkai kata indah. Bapak Marzuki Sabon layak disebut sebagai bapak kesehatan dan sastrawan Aceh, yang patut diberikan penghargaan.