ANAK MENGARUNGI DUNIA MAYA SENDIRI

 

Oleh Indah Sriwindhari

 

Siang menjelang sore, sang nenek sibuk mencari cucunya yang entah kemana pergi bermain sejak siang pulang sekolah. Walaupun sudah berteriak-teriak memanggil, si cucu tetap tidak menjawab. Akhirnya menjelang azan ashar si cucu pulang. Tanpa menunggu si cucu masuk ke dalam rumah, ia langsung dimarahi neneknya. Ternyata ia tadi pergi ke warnet di seberang jalan dekat rumahnya. Tujuannya hanya satu, main game online. Sang nenek marah, bukan karena tujuan si cucu pergi  ke warnet, namun marah karena takut ketabrak mobil sebab letak warnet yang berada di seberang jalan umum. 

Beberapa waktu kemudian sang orangtua membeli sebuah laptop dan modem internet agar si anak dapat bermain games online di rumah. Alasannya biar aman, aman dalam pengawasan. Anak senang dan orangtuanya pun merasa aman. Namun, sangat disayangkan, ternyata kejadian ini adalah salah satu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan kita saat ini.

Sebuah pertanyaan bagi ayah dan  bunda yang keduanya sibuk bekerja di luar rumah, apakah menyediakan internet di rumah dapat dipastikan anak aman dari virus berbahaya yang ada pada dunia maya ini? Apakah  pengawasan yang dimaksud hanya pada pengawasan jasmani? Cukup melihat anak ada di rumah dengan menitipkan pesan pada pembantu atau orang yang diminta untuk menjaga anak kita? Oke jika memang hanya ayah yang bekerja, apakah dapat dipastikan bahwa sang  ibu yang mungkin hanya seorang ibu rumah tangga dapat mengawasi penuh dan ikut nimbrung bersama anak ketika mereka bermain dengan dunia mayanya? Belum tentu, mungkin urusan rumah tangga lain akan lebih menyita perhatiannya. Inikah bentuk kasih sayang kita pada buah hati tercinta duhai ayah dan bunda?

Awalnya saya pribadi mungkin hanya menganggap maksud dari games online adalah hanya permainan biasa yang dimainkan melalu internet. Tanpa mengetahui bahwa ternyata sungguh banyak jenis permainan yang dapat dimainkan dan sungguh banyak pula jenis permainan yang dapat menghancurkan moral putra putri kita. Permainan diajarkan tahap demi tahap sampai kita selesai mengerjakan apa yang diinstruksikan. Beruntung bila anak kita membuka permainan yang biasa dan mendidik. Namun dapat dipastikan pada saat memilih permainan apa yang ingin dimainkan, anak akan membaca list-list permainan yang tertera di situs permainan tersebut. 

Dapat dibayangkan duhai ayah dan bunda, anak akan leluasa mencoba membuka, mengutak atik dan akhirnya ketagihan dengan games yang membuat “penasaran” tersebut. Mereka rela tidak jajan di sekolah agar uangnya bisa dipakai untuk bermain games di warnet. Kepada siapa mereka belajar? Pada awalnya mungkin hanya ikut-ikutan. Melihat bagaimana saat teman bermain, keesokan harinya ada keinginan untuk mencoba. Bila tak bisa juga ada abang penjaga warnet yang bisa membantu.

Selain games online, situs jejaring social juga sudah berhasil menguasai anak-anak kita. Dapat dipastikan anak-anak kita sudah sangat menguasai internet dan mempunyai akun di jejaring social. Bahkan saat ini untuk menyelesaikan tugas sekolah internet adalah salah satu sarana yang amat sangat membantu. Mau cari apapun pasti ada di internet.  Melalui internet semua jadi mudah, murah dan cepat. Bila tidak ada internet di rumah, warnet adalah solusinya. Namun tahukah kita bahwa tidak semua pengguna internet mempunyai niat yang baik dan saat ini anak-anak adalah sasaran utama dari bentuk kejahatan online tanpa pengawasan dari orangtua yang cenderung gagap teknologi atau istilah kerennya “gaptek”.

Sangat mengerikan aksi dari kejahatan online ini. Terselubung, sangat rapi dan profesional. Tanpa sadar anak akan terjerumus. Karena tidak semua kita mengetahui bagaimana cara kerjanya. Aksi iming-iming dan penipuan kerap dilakukan oleh penjahat dunia maya. Si anak yang lugu akan sangat mudah terpengaruh. Sudah siapkah kita para orangtua untuk membentengi anak-anak kita dari hal-hal demikian?

Sudah saatnya kita para orangtua untuk melek internet. Zaman semakin maju. Godaan untuk kaum muda semakin dahsyat. Siapkan pondasi yang kuat untuk anak-anak kita. Ketahuilah bahwa kebutuhan materi yang kita  berikan pada mereka akan hanya menghancurkan mereka bila tidak ada arahan yang tepat. Buka mata, buka telinga dan  pikiran kita saat ini juga. Beri perhatian kepada anak-anak kita, apalagi saat mereka menginjak usia remaja. Masa mencari jati diri bagi sang anak. Tanamkan nilai-nilai agama dan kejujuran pada anak kita. Jelaskan mana yang halal dan mana yang haram. Selalu tanyakan apa saja yang mereka akses melalu internet dan terus jalin komunikasi pada sang anak agar kita tahu sejauh mana perkembangan anak kita dengan dunia mayanya. Dengan adanya perhatian yang maksimal dari orangtua, maka Insya Allah akan terbentuk karakter yang baik pada diri anak-anak kita dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan luar. Masih ada waktu bagi kita untuk menyelamatkan generasi muda kita duhai Ayah dan Bunda!.

 

 

 

 

Exit mobile version