Oleh Ahmad Rizali
Berdomisili di Depok
Dua pekan lalu saya menonton film dengan kisah seorang agen FBI muda yang berlatar penggila olahraga ekstrim dan bertugas menangkap seorang “kriminal ekologis” (disebut demikian karena mereka memusuhi perusahaan yang mengeruk isi bumi dan merusak alam). Asik, karena saya pernah nyerempet-nyerempet beberapa kegilaan seperti ini juga. Yang ingin saya singgung adalah tentang keberanian dan kenekatan, modalnya nyali.
Kawan saya dulu bilang “Koperasi Mahasiswa di prodi Teknik/Rekayasa seringkali lebih maju dari pada prodi Ekonomi, karena mahasiswa Teknik tak tahu koperasi sebanyak mahasiswa prodi ekonomi, sehingga nekat saja…” Nekat artinya, nyali dipraktikkan tanpa perhitungan nalar. ” Sisakan sedikit ketakutan pada dirimu, agar kalian tidak nekat” ujar seorang pesohor olahraga ektrim.
Nadiem itu nyaris “nul puthul” dalam pengalaman Pendidikan, sehingga nyaris tak punya jejaring di dunia yang oleh seorang sastrawan pendidik disebut “belantara” atau Wilderness itu. Oleh karena itu, Nadiem tak punya ikatan emosi pertemanan dan lainnya dengan para Enghiong dan Lihiap di dunia KangOuw Pendidikan, kecuali sedikit. Kondisi inilah yang awalnya saya harapkan menjadi modal utama Nadiem.
Terlepas dari benar tidaknya berbagai kebijakan yang dia putuskan, jujur saja saya kagum dengan nyali Nadiem dengan membuat PP57 yang melanggar UU Dikti dan meminta Presiden merevisinya. Belum kelar direvisi, dipakai sebagai acuan membuat Permen membubarkan BSNP dan dunia KangOuw geger, bak saat Pajang kehilangan Kyai Naga Sasra dan Kyai Sabuk Inten.
Saya berpikir, jika nyali Nadiem dipakai mengelola Kemdikbudristek dengan acuan narasumber yang baik dan benar dan terutama dengan komunikasi yang baik dan benar alias bijak, saya yakin Nadiem akan dikenang sebagai Mendikbud yang lejen dan fenomenal. Namun, jika nyalinya diterus-teruskan dengan menelurkan kebijakan “dekonstruktif” dan komunikasi yang tak juga membaik dengan kalangan dunia KangOuw, maka saya hanya meramal bahwa memperbaiki atau kerennya “merekonstruksi” tinggalan Nadiem akan memerlukan waktu 3-4 periode saat dia “medekonstruksinya”, percaya ?