Oleh Gebrina Rezki
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Kematian memang menjadi misteri dan rahasia kehidupan. Kematian datang tiba-tiba, hingga tidak ada seorang manusia pun mengetahui kapan ajal menghampiri. Kita sering mendengar bahwa hidup ini hanya sekali, tetapi kita sering lupa bahwa kematian juga terjadi hanya sekali. Kita tidak bisa memilih bagaimana kita berawal, kapan dan dimana. Tetapi kita bisa memilih bagaimana kita berakhir. Karena manusia kemungkinan besar akan mati sebagaimana kebiasaannya ketika dia masih hidup.
Pernah gak sih kita berfikir karena kematian yang akan kita hadapi hanya sekali? Kita harus mati dan meninggalkan kehidupan dunia dengan keren, dalam artian kematian itu bagus untuk diceritakan. Contoh kematian keren itu mati ketika lagi sujud, mati syahid ketika lagi berjihad, mati dalam keadaan sedang membaca Alquran, mati ketika salat dan sebagainya.
Mungkin puka seperti di masa lalu, Hanzhalah Bin Amir yang wafat karena berjihad di medan perang. Lalu jenazahnya dimandikan oleh malaikat atau seperti Sa’ad Bin Mu’adz yang wafat, lalu ditakziah malaikat yang tak terhitung jumlahnya. Mereka mengakhiri hidup dan meninggalkan dunia dengan keadaan terus menginspirasi kebaikan tanpa habis.
Ada pula sebagian orang yang matinya tidak keren dan harus dijadikan pelajaran dan ibrah sebagai pengingat bagi kita. Contoh mati yang tidak keren itu seperti mati dalam keadaan sedang menyekutukan Allah. Mati ketika sedang punya utang atau mati ketika sedang bermaksiat? Na’udzubillahi min dzalik.
Karena kematian hanya sekali, inginnya kita mati dalam keadaan memperoleh doa tanpa putus dan diingat segala kebaikan, ketaatan menjadi kenangan yang bisa dijadikan motivasi dan semangat bagi orang lain. Sehingga tiap kali disebut kebaikan dan ketaatan kita mengalirlah pahala sebagai amal jariyah bagi kita. Aamiinn.