Oleh Rima Suryani
Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Kebanyakan dari kita menganggap bahwa sukses atau lulus ujian merupakan takdir Allah yang telah ditetapkan pada diri kita. Demikian pula bahwa kegagalan adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah pada diri kita. Secara prinsip, saya setuju dengan pendapat ini. Namun tentu saja kita tidak boleh berpikir hanya di situ saja. Sebab jika demikian cara berpikir kita, pada akhirnya akan berakibat pada dua hal, pertama, akan menyalahkan Allah dan kedua, akan melahirkan seorang yang mudah menyerah pada nasib, mudah putus asa, serta bersikap malas-malasan.
Sebenarnya sukses dan gagal adalah sebuah pilihan, yaitu apakah kita mau memilih jalan sukses atau jalan gagal. Sukses dan gagal adalah pilihan masing-masing setiap individu dan hal itu ditentukan oleh sikap kita masing-masing.
Kita biasanya terlalu cepat menyerahkan semuanya pada takdir, sehingga kita cenderung mudah menyerah pada nasib. Kita tidak boleh menyerah pada nasib dan takdir, jika kita belum mencoba dan berupaya dengan sekeras mungkin.
Saya ada contoh kecil sebagai usaha kita dalam mencapai sesuatu. Misalnya dengan bersepeda. Cara agar bisa menaiki sepeda yaitu dengan cara kita belajar naik sepeda. Kita ambil sepada, lalu naik, kayuh, dan jatuh lagi. Kemudian kita ambil lagi sepeda itu, lari, naik, kayuh, dan jatuh lagi. Begitu seterusnya, sehingga kita bisa mengendarainya. Begitu pula jika kita melakukan usaha keras, maksimal, dan optimal untuk mencapai keinginan kita itu.
Jangan pernah menyerah selangkah pun, karena kebanyakan orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka ketitik sukses. Dalam setiap proses, di situlah takdir itu Allah tetapkan. Namun adakalanya kita sudah berusaha maksimal menurut kita, namun masih juga gagal. Itu artinya, kita belum melaksanakan suatu hal secara sempurna, atau masih ada hal yang kurang, atau bisa juga salah dalam menyikapinya. Karena bisa jadi, apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT. Oleh karena itu, maka bergerak lah terus jangan pernah berhenti. Di saat kita telah sampai di langkah yang ke 99, dan kita terasa mulai jenuh dan memutuskan untuk berhenti, maka ingatlah, bisa jadi satu langkah ke depan setelah itu langkah ke 100 kita untuk sukses.
Kuncinya ialah, bahwa sukses itu sebuah pilihan. Apakah kita berhenti pada saat belum mencapainya atau kita akan terus melangkah hingga mencapai apa yang kita inginkan.
Selamat memilih dan teruslah melangkah!
Salam Mahasiswi
Rima Suryani