Oleh Nova Julia
Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Milenial, masa tatkala teknologi semakin bergerak bebas dan tanpa batas. Ada banyak fakta mengejutkan yang terus terjadi di tengah kehidupan masyarakat kita dan masyarakat global. Satu di antara sekian banyak fakta tersebut adalah fakta yang membenarkan bahwa semakin maraknya kemajuan, semakin minimnya kesopanan. Perkembangan zaman membuat semua generasi ikut serta terseret arus. Yang pintar memilah akan dapat kesuksesan, yang bodoh hanya bergantung pada perkembangan zaman akan sia-sia. Yang semakin tidak beruntungnya lagi, saya sendiri yang sedang berada di fase ini.
Saya sangat sadar akan dampak dari perkembangan zaman yang semakin modern yang mendorong saya ikut merumuskan diri menjadi generasi yang sia-sia. Saya bodoh? Benar. Saya mengetahui hal itu akan menjadi sia-sia tapi saya masih bertahan di kesia-siaan itu.
Sebenarnya,saya bisa keluar dari zona nyaman ini, jika saya mau . Namun, di situ letak kebodohan yang sangat nyata pada diri saya. Saya terus menyalahkan perkembangan zaman, padahal yang jelas bersalah di sini adalah saya sendiri. Saya mudah terseret arus ke sesuatu yang sangat akan saya sesalkan nantinya. Saya mengikuti gaya pergaulan yang katanya sedang tren di zaman sekarang, padahal jelas saya sendiri sangat mengetahui pergaulan semacam itu akan membawa petaka dalam hidup saya. Tetapi saya seakan tak peduli, yang saya inginkan hanya bagaimana bisa menikmati detik-detik terakhir masa remaja ini.
Karena mengetahui saya akan menyia-nyiakan masa muda saya, inilah yang mendorong saya untuk ikut berkecimpung dalam dunia pendidikan bimbingan dan konseling. Saya melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di jurusan satu ini, karena saya berpikir di bimbingan konseling saya bisa merubah diri saya.
Pemikiran itu saya dapatkan ketika sudah mengenal yang namanya bimbingan konseling, yang membuat saya mengetahui sebenarnya dampak dari perkembangan zaman sangan menguntungkan bagi pemuda dan pemudi. Hanya saja kesalahan terbesar yang dilakukan pemuda sekarang adalah kemalasan. Malas untuk mengerjakan sesuatu yang berguna, dan asik dengan kelalaian masa muda.
Selain itu, dorongan untuk membantu dan membimbing para remaja agar tidak terjerumus kedalam hal yang sama seperti yang sudah saya alami juga menjadi pertimbangan pertama ketika saya memilih menjadi mahasiswa bimbingan dan konseling. Saya ingin langsung terjun ke lapangan para remaja untuk mencegah atau memberi penanganan terhadap remaja yang sudah kecanduan akan perkembangan zaman yang sia-sia.
Saya ingin ikut serta berpartisipasi dalam pemilihan karir dan masa depan para remaja. Saya ingin mereka membuang semua kebiasaan buruk dari pergaulan mereka yang akan membuat mereka menyesalinya nanti. Tetapi hal itu jelas bukan suatu hal yang mudah dilakukan, semudah membalikan telapak tangan. Untuk saat ini, jangankan membantu orang lain, saya sendiri juga masih berusaha keluar dari zona yang sudah saya anggap sebagai musuh para generasi muda ini.
Di satu sisi, diri saya tidak ingin menyia-nyiakan masa muda dan ingin melakukan hal yang berguna terlebih untuk masa depan saya, tetapi di sisi lain rasa kemalasan untuk berbuat dan mengerjakan sesuatu sudah mendarah daging di dalam diri saya. Butuh dorongan dan motivasi yang kuat agar seseorang bisa keluar dari zona ini, begitu pula dengan saya.
Berbagai hal saya jadikan motivasi agar tidak lagi terseret arus pada pergaulan milenial. Saya juga membutuhkan Mentor dan motivator dari luar diri saya. Dan hal itu saya temukan dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling mengajarkan bagaimana memanfaatkan masa muda dengan baik, mulai dari perilaku hingga karir yang akan di di masa mendatang. Semakin maraknya arah kemajuan dunia akan semakin memudahkan para pemuda yang terbuka pikirannya untuk terus berkarya, menciptakan peluang baru dengan memanfaatkan berbagai sumber dan potensi yang ada.
Tidak hanya itu, sebagai mana yang kita ketahui, semakin canggihnya teknologi maka semakin rendah pula etika yang dimiliki oleh para remaja. Hal itu terbukti ketika para anak didik sudah tidak lagi menghargai gurunya, karena beranggapan belajar menggunakan android lebih menyenangkan dengan motode dan referensi yang langkap.
Jelas, hal itu sangat salah. Karena yang sebenarnya adab tetap harus dikedepankan, sedangkan perkembangan zaman hanya menjadi bonus untuk memudahkan segala urusan. Jangan membiarkan perkembangan zaman merusak moral dan etika para remaja.
Perkembangan zaman hanya akan membawa pekata ketika kita sebagai manusia salah dalam memanfaatkannya, sebaliknya perkembangangan teknologi zaman modern ini sangat membantu manusia dalam segala bidang pekerjaan, mulai dari materi hinga praktik yang harus kita lakukan.
Ayo para calon konselor! Ini tugas kita dalam membimbing dan memberi penanganan. Beri mereka sebuah motivasi akan kesempatan emas yang mereka miliki di masa remaja, dengan memanfaatkan semua potensi yang sudah dimiliki oleh zaman milenial ini. Siapakan diri kita untuk terjun bebas di dunia remaja dengan segudang cara agar bisa membanting stir para remaja yang telah terseret arus oleh perkembangan segala jenis teknologi dan tren masa kini yang membuat meraka malas berusaha dan berkarya demi masa depan mereka.