Oleh Fitri Ramadhani
Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Banyaknya isu dekadensi moral di kalangan remaja seperti pornografi, membolos, tawuran, dan masih banyak lainnya, yang sampai saat ini keberadaannya belum bisa diatasi secara tuntas. Dekadensi moral yang berujung pada aksi-aksi kriminal, atau kejahatan yang sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Semakin menurunnya nilai-nilai moral seperti ini sangat disayangkan. Para orang tua dan para pendidik (guru), sangat penting memahami hal ini, sebab korban utamanya adalah remaja yang masih bersekolah.
Idealnya, semua orang tua, tenaga pendidik dan masyarakat harus bekerja sama dalam hal pembinaan moral, akhlak dan etika generasi bangsa ini. Apabila para orang tua, tenaga pendidik dan masyarakat sudah kompak, maka akan ada kemudahan dalam hal pembinaan akhlak tersebut. Apalagi Al-qur’an sebagai sumber ajaran agama islam telah memberikan tuntunan agar setiap muslim senantiasa mensucikan dirinya dari sifat-sifat yang buruk dan membiasakan diri kepada perikaku-perilaku yang baik.
Pada dasarnya, tujuan sebenarnya dari pembinaan akhlak adalah agar manusia menjadi baik dan biasa kepada yang baik tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembinaan akhlak adalah latihan agar mendapatkan tingkah laku sebagai tabiat dalam artian agar perbuatan yang timbul dari akhlak baik dirasakan sebagai suatu kenikmatan bagi yang melakukannya.
Menurut Said Agil tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhakul karimah sehingga memiliki ketahanan rohaniyah yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. (Said AgilAl-Munawar, 2005 hal 15).
Nabi shallalu’alaihi wasssalam bersabda :”sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. TIRMIDZI)
Agar seseorang memiliki budi pekerti yang baik, maka upaya yang dilakukan adalah dengan cara pembiasaan sehari-hari. Dengan upaya seperti ini seseorang akan nampak dengan dengan perilakunya sikap yang mulia dan timbul atas factor kesadaran, bukan karena adanya pihak dari mana pun.
Sebagai pembimbing, kita bertanggung jawab membimbing generasi bangsa dengan baik. Setiap ppembimbing memiliki tanggung jawab terhadap bimbingan moral atau akhlak anak yang meliputi,
Pertama, membiasakan anak-anak untuk berkata benar, jujur dan sopan. Kedua, Membiasakan anak untuk saling menghormati antar sesama
Ketiga, membiasakan anak untuk ringan tangan
Sebagaimana kita ketahui bahwa para ulama membagi akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia dan akhlak kepada selain manusia. Lalu, bagaimana dengan guru BK di sekolah? Peran guru BK dalam mengajarkan akhlakul karimah terhadap anak yaitu berupa pengajaran akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia.
Guru BK perlu dekat, tetapi tidak membaur. Dalam menciptakan akhlak yang bagus kepada siswa, guru harus juga mencontohkannya dengan sabar. Di sekolah tentunya pencontohan dapat dilakukan. Dan jika bertemu di luar, maka anggaplah teman dengan ada batasan. Guru BK sebagai role model, pencontohan akhlak kini dan di masa yang akan datang harus siap akan hal itu. Ini penting sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat dan berdampak besar pada perkembangan akhlak generasi bangsa. Di samping kemajuan teknologi yang tak terbendung ini, guru BK juga harus membantu memfilterisasi pengaruh baik dan burukya. Sekolah tentunya memerlukan guru BK yang cekatan dan peka terhadap situasi yang terjadi yang pastinya mampu memberikan perubahan yang signifikan kepada sekolah tersebut. Ini bukan tentang seberapa banyaknya ilmu, tapi bagaimana ilmu itu diterapkan dengan baik. Di zaman yang semakin pelik ini, banyak orang yang mengabaikan tata krama yang sopan kepada sesama manusia. Tidak menerapkan yang semestinya dilakukan.
Teruntuk konselor masa depan, tantangan semakin berat dengan semakin hebatnya saingan di masa yang akan datang. Kita tidak tahu, teknologi apa yang akan muncul di masa yang akan datang. Bersiap-siap dari sekarang karena peran konselor dalam pembinaan akhlak yang akan datang sangat dibutuhkan untuk perubahan di masa yang akan datang kelak.