Oleh Revani Adhara
Mahasiswa Prodi Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
Sebelum mengenal BK sesungguhnya, banyak yang orangtua maupun murid yang beranggapan bahwa BK tempat anak-anak bermasalah. Seperti ketika orangtua murid dipanggil oleh Guru BK, di benak orangtua murid berpikir bahwa anaknya tersandung masalah yang sangat serius di sekolah. Namun dengan seiringnya kemajuan zaman dan pesatnya teknologi informasi yang semakin maju, para orangtua murid mulai memahami arti penting BK untuk sekolah dan para murid. BK sangat penting keberdaanya untuk mendidik murid karena sebagian besar waktu para murid dihabiskan di lingkungan sekolah dan kondisi di mana para murid sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Konseling dapat membantu mengembangkan diri sendiri, dimulai dari masa sekarang, atau masa depan dengan pontesi yang dimiliki diri sendiri, entah untuk kepentingan diri sendiri maupun orang banyak. Konseling juga dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi setiap individu dan memacu berfikir ke depan atau yang akan datang.
Sedihnya lagi, banyak pula orang yang berfikir bahwa Bimbingan Konseling identitik dengan Polisi Sekolah atau mengurusi anak nakal/bermasalah saja. Padahal sebenarnya bimbingan konseling adalah sahabat siswa, pembela siswa. Anggapan ini yang kemudian muncul di benak para orang tua, terutama orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidik (guru) bahwa profesi bimbingan konseling adalah profesi yang tidak mempunyai masa depan.
Semakin tidak popular profesi bimbingan dan konseling di mata masyarakat, disebabkan citra buruk terhadap profesi bimbingan dan konseling. Antara lain juga muncul disebabkan banyak orang yang masih menyamakan antara sekolah/lembaga pendidikan dengan mengajar dan lain-lain.
Memang benar bahwa profesi mengajar ialah profesi guru. Namun, yang tidak banyak diketahui masyarakat bahwa konsep pendidikan bukan saja tentang mengajar, namun membangun karakter (character building). Selain itu pula komponen di dunia pendidikan (profesi-profesi di dunia pendidikan) tidak hanya profesi guru saja. Profesi-profesi yang terdapat di dunia pendidikan yaitu pustakawan (lulusan ilmu perpustakaan), Laborat (lulusan sains/bahasa), administrasi pendidikan (lulusan administrasi pendidikan), teknologi pendidikan (lulusan teknologi pendidikan), psikolog pendidikan (lulusan Psikologi pendidikan), dan konselor (lulusan bimbingan dan konseling).
Selain itu kebutuhan akan dosen bimbingan dan konseling sangat besar di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pensiun, serta banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang BK. Sementara perguruan tinggi BK membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK secara linier (S-1 dan S-2 Bidang bimbingan dan konseling) untuk mendapatkan nilai akreditasi yang baik. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar. Ada banya universitas yang masih kekurangan tenaga dosen berlatar belakang BK. Misalkan saja di Universitas Sebelas Maret Surakarta dari 15 dosen yang ada, hanya terdapat 7 dosen yang berlatar belakang S-1 dan S-2 BK dan itupun 14 orang adalah dosen yang sudah menjelang masa pensiun (di atas usia 55 tahun), sementara hanya mempunyai 1 dosen muda.
Sementara jenjang karier lulusan BK pada umumnya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK.
Tentu bukan banya itu, tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi. Namun, Lulusan dari program studi ini dipersiapkan menjadi profesional dalam bidang bimbingan dan konseling, diharapkan dapat bekerja sebagai guru BK pada setting pendidikan dasar, maupun menengah, serta pengembang pelatihan bidang akademik, pribadi, sosial dan karir pada setting pendidikan non-formal. Lulusan Bimbingan dan Konseling banyak yang diterima sebagai konselor di dunia pendidikan, PAUD, TK, SD,SMP, SMA, dan Universitas.
Hanya itu? Tidak. Mereka juga dibutuhkan sebagai Tenaga Konselor di Pusat Rehabilitasi, Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI), Konsultan pengembangan SDM, Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4), Kementerian Agama, Konselor dan Konsultan Pendidikan di Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB). Lulusan dari jurusan ini juga bisa membuka praktek sendiri sebagai konseling untuk masyarakat umum. Tapi untuk mendapatkan ijin melakukan sebuah tes psikologi kamu harus memiliki gelar S2.
Sementara, bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi, Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Sayangnya, sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman.