Oleh Muhammad Nazar
Mhs. Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Mulai terlintas di kepala
bahwa aku ingin sekali merawat lupa
seperti para penegak hukum yang selalu diingatkan kampanye melawan lupa,
minimal aku ingin bisa pura-pura lupa
pada janji kampanye mantan aktivis yang mewakili kursi rakyat itu.
Aku ingin melupakan peristiwa penghilangan orang-orang pergerakan 98 seperti bapak-bapak mantan penculik yang kini asik menikmati hari tua bersama cucu-cucunya, yang juga bercita-cita melanjutkan perjuangan bela negara versi bapak dan kakeknya.
Akupun ingin lupa pada hasil bacaan buku-buku tragedi 65, serta yang terpenting aku ingin lupa foto dokumen lama, yang ada senyum pak Harto pada uang 50 ribu rupiah
Kuingin melupakankan Indonesia pada sekian banyaknya luka, yang menganga,karena terus-menerus dirobek oleh politik,polarisasi agama, terkikisnya bahasa,adat dan budaya,
Problematika,satu,dua,tiga dan seterusnya
Aku ingin lupa pada lirik lagu Koes plus,
Orang bilang tanah kita tanah surga,
tongkat kayu dan batu jadi tanaman,
tapi mungkin miskin adalah dosa di negri Nusantara jaya,hingga si pendosa Tak pantas mendapatkan surga dan berlomba- lomba menjadi kaya untuk menghapus dosa di Nusantara jaya.
Aku ingin lupa saja
Namun apa daya
Kisah para pahlawan masih terjebak di kepala.