Oleh Cut Putri Alyanur
Berdomisili di Jakarta
Tanggal 10 Djulhijjah 1442 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 20 Juli 2021. Umat Islam di seluruh dunia, merayakan Hari Raya Idul Adha dengan penuh sukacita. Suara takbir, menggema di setiap penjuru Nusantara, walau di beberapa tempat, Idul Adha di arah kan oleh Pemerintah Indonesia untuk di rayakan di rumah saja. Begitupun dengan kami, masyarakat Aceh perantauan yang melaksanakan Idul Adha, di Jakarta.
Pandemi Covid-19, hingga saat ini tak mau berkompromi, meski penyebarannya sudah memasuki tahun ke – 2, sejak bulan Maret tahun 2021.
Hari Raya Idul Adha juga senada dengan pelaksanaan kurban, dan menjadi sangat berharga bila kedua ritual ibadah ini, bisa dilakukan saat menunaikan ibadah rukun Islam yang ke – 5, berhaji ke Baitullah. Bila sedang tidak berhaji pun, ibadah kurban sangat mulia untuk di laksanakan, guna meningkatkan keimanan dan kepekaan sosial terhadap sesama.
Berkurban berarti meneladani ketaatan yang di lakukan oleh Nabi Allah Ibrahim AS dan Ismail, dalam menjalankan perintah Allah SWT, yang diterima oleh Nabi Ibrahim AS melalui mimpi untuk mengorbankan putra tercinta, Ismail AS.
Saat Nabi Ibrahim beserta Ismail, rela dan ikhlas untuk menjalankan perintah, Allah SWT menggantikan posisi “Ismail” yang akan di kurbankan dengan seekor ternak besar.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS. Ash-Shaffat (37):107.
“ Dan kami tebus anak itu, dengan seekor sembelihan yang besar. “
Kisah Nabi Ibrahim AS, untuk berkurban juga di perintahkan oleh Allah SWT, kepada Rasulullah SAW, agar melaksanakan kurban pada setiap Hari Raya Idul Adha karena bermakna sama dengan kurban yang di laksanakan oleh Nabi Ibrahim AS ( Alaihi Salam).
Hakikat berkurban, menunjukkan ketaatan dan ketakwaan terhadap perintah Allah SWT, dengan menyembelih hewan ternak seperti Kambing, Domba, Unta atau Sapi, pada Hari Raya Idul Adha (Nahar) tanggal 10 Djulhijjah dan tanggal 11, 12, 13 Djulhijjah yang disebut hari Tasyrik. Rasulullah SAW, bersabda “ Seluruh hari-hari Tasyrik itu adalah hari-hari penyembelihan hewan kurban. ( HR. Ahmad dan Daruquthni ).
Perintah berkurban kepada umat Islam, termaktub dalam Al-Qur’an, di antaranya, QS. Al-Kautsar (2), QS. Al-Hajj (34), QS. Al-Hajj (36-37) serta beberapa hadis dari perawi hadis. QS. Al-Kautsar (2) menyatakan, “Maka dirikanlah shalat, karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Surat dalam Al-Qur’an ini mengarahkan agar setiap Muslim wajib menjalankan ibadah shalat, serta dianjurkan untuk berkurban.
QS. Al-Hajj (34) menyatakan, “ Dan bagi tiap-tiap umat, telah kami syariatkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah di rezeki kan. Allah SWT kepada mereka, maka Tuhan Mu, Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu berserah dirilah kamu kepada Nya, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah.
(QS. Al-Hajj (22) : ayat 36-37) menyatakan, “ Maka makanlah sebagiannya (Daging kurban) dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta) itu untukmu, agar kamu bersyukur. Daging-daging kurban dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah SWT, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah, “Dia” menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang “Dia” berikan kepadamu. Dan, sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang berbuat baik.
Sesuai dengan beberapa surat dalam Al-Qur’an, ada juga hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, yang menyampaikan “Tidaklah seorang manusia melakukan suatu amal pada hari Nahar 10 Djulhijjah yang di cintai Allah, daripada menumpahkan darah (menyembelih qurban). Sesungguhnya hewan kurban akan datang pada hari Kiamat dengan Tanduk, Bulu dan Kukunya.
Dalam Hadis lain, dari riwayat perawi Hadis yang sama, menyatakan “ Sesungguhnya Allah SWT, telah menerima niat untuk berkurban, sebelum darah hewan yang di kurbankan jatuh ke tanah”. Maka, bersihkanlah jiwamu dengan beribadah kurban. ( HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, At-Tirmidzi ).
Berkurban mampu membina hubungan hamba dan Tuhan”Nya”, sang pencipta, serta membangun empati dan silaturahmi sesama hamba. Berkurban juga membina jiwa ikhlas dan wujud syukur dalam ketaatan, mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Agung.
Insan yang ingin dan akan berkurban dianjurkan untuk tidak memotong rambut dan tidak memotong kuku, hingga kurban selesai dilakukan. Hikmah dari arahan untuk tidak memotong rambut dan tidak memotong kuku, agar rambut dan kuku itu dapat bersaksi di akhirat nanti, guna mendapatkan ampunan Allah Tuhan Yang Maha Agung.
Tepat pukul 08.00 WIB, kurban yang kami laksanakan dengan menyembelih seekor kambing berumur 2 tahun, dilakukan dengan penuh khidmat dalam gema takbir Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Suatu pemandangan yang penuh haru, saat menyaksikan kepasrahan yang ditunjukkan oleh hewan kurban itu. Ada tetes air mata dari setiap insan yang menyaksikan dan mendengungkan irama takbir, untuk mengagungkan Tuhan Yang Maha Agung.
Keikhlasan insan yang berkurban, seiring dengan ikhlasnya hewan yang menjadi kurban, akan menuju kepada ketenangan hati dan jiwa, membawa kebahagiaan bagi insan penerima kurban atau sebagai pengikat silaturahmi dalam kehidupan dan kesalehan insan, untuk terus mencintai Tuhan dan Rasul”Nya”.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, memasukkan kita ke dalam golongan hamba yang takwa, selalu bersyukur atas nikmat, Anugerah dan Karunia yang diberikan”Nya”.