Oleh Satria Dharma
Berdomisili di Surabaya
“Apa yang dibutuhkan untuk memoderatkan cara berpikir beberapa pesantren yang ekstrem hanyalah dengan memberikan ilmu pengetahuan.”(Stanley J. Harsha)
Ini adalah judul buku yang saya baca mulai kemarin dan akan menemani saya dalam perjalanan ke Bali pagi ini. Buku ini sangat menarik dan membuat saya merasa bahwa buku ini perlu dibaca oleh masyarakat Indonesia (saya selalu merasa demikian, jika menemukan buku-buku bagus. Everybody should read this good book, I always say to myself).
Buku ini ditulis oleh Stanley Harsha (saya yakin Anda akan mengira penulisnya orang Indonesia karena nama belakangnya Harsha). Tidak. Stanley J. Harsha adalah seorang mantan diplomat Amerika yang ‘bule deles’. Tapi Stanley beristrikan seorang wanita Indonesia, seorang putri Solo, cucu buyut dari Ki Padmosusastro seorang sastrawan Jawa, dan telah tinggal di Indonesia selama hampir 30 tahun. Itulah sebabnya Stanley dianggap sebagai “Satu Orang Dua Tanah Air” oleh Azyumardi Azra dalam pengantarnya atas buku ini.
Stanley yang benar-benar mempelajari segala hal tentang Indonesia dalam tugasnya sebagai diplomat dan juga larut dalam budaya Indonesia karena tinggal, hidup, dan beristrikan seorang putri Solo, mungkin lebih mengenal Indonesia daripada kebanyakan daripada kita.
Buku ini adalah tentang Indonesia dalam pandangan seorang diplomat Amerika. Ia hidup dan mencintai Indonesia dengan kecintaan yang sangat tinggi, tapi tetaplah berpikir dan bersikap sebagai seorang Amerika. Bukan sekadar sebagai warganegara Amerika, tapi seorang diplomat Amerika yang ehem…seorang mualaf. (aku kok yo mesti kudu ngguyu soal mualap-mualapan iki). Stanley belajar tentang Islam dari Gus Dur sebelum memutuskan untuk menjadi mualaf sebagai syarat untuk menikahi Henny Mangoendipoero, Sang Putri Solo. Itu sebabnya buku ini menjadi sangat menarik.
Jika Anda kebetulan menemukan buku ini di rak buku toko buku atau perpustakaan, ambil dan bacalah. Anda akan mendapatkan pencerahan dan pemahaman dari orang yang sangat otoritatif tentang pandangan Amerika mengenai Indonesia. “Ini adalah sebuah buku tentang kepedulian seorang Amerika terhadap Indonesia.” demikian kata Stanley sendiri dalam kata pengantarnya. “Jika saya dinilai terlalu kritis, hal itu dilakukan dengan harapan untuk dapat mendiskusikan masalah-masalah penting di antara dua negara. “
“Buku ini memuat hal-hal yang ringan dan romantik, namun ada sisi lain yang lebih gelap dan serius. Memadukan budaya Amerika dengan budaya Indonesia sangatlah sulit, tetapi kesudahannya sungguh mengasyikkan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang Amerika yang jatuh cinta pada Indonesia, dan demikian pula sebaliknya, banyak orang Indonesia yang jatuh hati pada Amerika.” Demikan katanya sebagai penutup.
“…Buku ini membawa pesan penting tentang cinta dan perdamaian seperti yang dialami seseorang yang menghabiskan hidup kariernya dan sesudahnya, membangun jembatan antarbangsa di dunia.” (Endi Bayuni, Redaktur Senior The Jakarta Post).
Surabaya, 16 Juli 2019