Oleh Putri Meliza
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling (BK), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Pindah kuliah? Bisa dibilang inilah dilema yang sempat kualami beberapa tahun yang lalu. Bagi kalian yang belum tahu, aku sebelumnya pernah berkuliah di sebuah jurusan Fisika selama 2 semester. Aku angkatan 2014 di sana. Mungkin ada banyak orang sepertiku yang merasa salah memilih jurusan kuliah. Di sini aku hanya ingin sedikit berbagi pengalaman yang memang aku alami dalam kehidupan sendiri, untuk benar-benar menggali minat dan bakat sebelum memutuskan untuk memilih jurusan kuliah.
Dulu berdasarkan sewaktu awal masuk SMA, masuk ke jurusan IPA. Mata pelajaran yang sangat disukai adalah Fisika dan Kimia. UN pun tiba dan alhamdulillah lulus dari SMA. Tapi aku gagal di SNMPTN, tapi diberikan rezeki oleh Allah untuk masuk di Pendidikan Fisika di SBMPTN. Waktu itu aku memilih Fisika karena dahulunya aku menganggap fisika mata pelajaran yang aku sukai ini akan tetap sama seperti di SMA saat sudah di perkuliahan. Ternyata tidak teman-teman. Hal itu baru kusesali ketika sudah memasuki dunia perkuliahan. Ternyata aku tak bisa menyeimbangi hal yang namanya praktikum, selain itu lingkungannya juga menuntutku untuk beradaptasi pada tingkat yang membuatku kesulitan untuk mengikutinya.
Aku sempat menghindari kuliah beberapa lama untuk meyakinkan diriku, bahwa perasaan ingin pindah ini bukan cuma sesuatu yang muncul karena kejenuhan sesaat, tapi memang dilandasi dari rasa ketidakcocokan dengan jurusan yang kuambil saat ini. Memang pilihan yang berat, tetap kuliah di tempat yang sekarang demi menjaga gengsi dan pamor, ataukah pindah ke jurusan yang memang kuminati agar passion-ku tersalurkan dengan baik? Ini pilihan yang sulit. Aku merasa bahwa setelah setahun mengikuti perkuliahan, tak banyak yang berubah dari sisi akademikku, juga dari sisi pengembangan karakternya.
Sepertinya proses belajarku masih kurang tepat, atau tempat belajar saat ini kurang sesuai dengan ritme belajarku. Berarti harus ada salah satu variabel yang diubah agar tercipta kondisi yang mendekati ideal.
Tentu saja aku tak semata-mata langsung memutuskan untuk pindah kuliah. Aku banyak membaca artikel tentang pengalaman pindah kuliah, memang tidak banyak yang menge-share pengalamannya ketika pindah kuliah. Aku mencoba menilik dari sisi objektifnya, menempatkan diriku dalam posisi netral, kemudian menarik garis positif negatifnya ketika aku pindah kuliah atau ketika aku tetap berkuliah di tempat yang sebelumnya. Dan aku melihat puncaknya ketika tetap di tempat kuliah yang sekarang kurang sesuai dengan tujuan hidup yang ingin kucapai nantinya.
Sampai kemudian tibalah waktunya ujian akhir semester. Aku berdiskusi dengan orangtua tentang hal yang kualami untuk pindah kuliah. Aku memilih jurusan Bimbingan dan Konseling. Orangtuaku mengizinkanku kuliah di jurusan tersebut. Aku rasa memang sudah takdirnya aku berkuliah di Bimbingan Konseling. Aku mengurus surat kepindahan jurusan sendiri sampai dengan selesai. Ketika itu ayah dan ibu cuma bilang kejarlah mimpi itu, sebelum nanti terkurung dalam pekerjaan yang membosankan dan kamu tak mempunyai minat padanya. Beliau agaknya cukup demokratis dan tak berusaha membatasi cara berpikirku juga memberi saran untuk mengikuti passion, demi kebahagiaan di masa depan nanti. Sementara ibuku masih termenung. Dan alhamdulillah akhirnya aku memperoleh restu kedua orangtuaku. Aku siap untuk berjuang sampai detik ini. Ini adalah jalan yang aku pilih dan aku harus mempertanggung jawabkannya. Semoga Allah memberikan petunjuk untuk hamba-Nya agar menjadi lebih baik lagi!
Aceh, 20 Juni 2021 11.53 WIB