Oleh Arhamni, M.Pd
Guru di SMK Penerbangan Aceh di Banda Aceh
Membaca berita di media bahwa Rektor UIN Prof. Dr. H. Warul Walidin AK menyatakan bahwa yang Pendidikan Aceh sudah berjalan On The Track, saya menangkap dari klaim tersebut, beliau memberikan penghargaan terhadap dunia pendidikan Aceh yang sudah semakin baik. Penghargaan itu tentunya membuat kami guru-guru Aceh merasa sangat dihargai akan kerja keras kami mendidik putra putri Aceh selama ini.
Pernyataan Prof seiring dengan prestasi yang diraih oleh para peserta didik kami dan generasi Aceh yang menempatkan Propinsi Aceh masuk ke peringkat ke- 8 Top Nasional karena sebagai Propinsi yang jumlah penyerapan di Universitas terbanyak diterima melalui jalur SBMPTN 2021, setelah Sumatera Barat. Para guru Aceh merasa pekerjaan sebagai pion di lapangan untuk sementara waktu merasa senang, bahagia dengan sedikit bisa berbangga jiwa, dikarenakan kesuksesan para peserta didik tercinta.
Namun, prestasi ini janganlah membuat kita Aceh langsung merasa sudah sangat berprestasi. Ada banyak hal yang menjadi indikator keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan, atau keberhasilan dari sebuah prestasi. Selayaknya kita bertanya, bagaimana kepakaran para generasi Aceh yang sudah menyelesaikan kuliah selama ini yang masih dipersoalkan? Bukankah Aceh masih sangat minim kepakaran dalam beberapa bidang untuk mengelola sumber alam? Sadarkah kita bahwa selama ini harus mendatangkan pakar-pakar dari luar Aceh? Bagaimana produk serta lulusan yang yang dihasilkan? Bagaimana kepakaran mereka kelak? Bidang Skill apa yang mereka miliki? Dengan memperhitungkan ini, sehingga kita ke depan tidak lagi memiliki peringkat tertinggi angka penggangguran serta Aceh harus mendatangkan para pakar-pakar dari luar.
Tentunya para guru serta semua pihak yang mampu menjawab pertanyaan akan tantangan Aceh masa kini dan masa depan harus saling besinergi. Mungkin Prof Warul bisa mengagas serta mengajak semua Rektor, baik Negeri dan Swasta untuk besinergi dengan guru dan Dinas-dinas terkait untuk melakukan pemetaan serta analisis SWOT pendidikan seluruh Aceh , sehingga dapat memberikan sumbang saran serta tulisan berupa pogram-program yang kreatif, inovatif serta menginspiratif bagi pihak-pihak terkait dalam hal memajukan pendidikan di Aceh.
Saling menyalahkan sudah bisa kita tinggalkan demi sebuah kemajuan. Program BEREH (BERSIH, RAPI, ESTETIKA dan HIJAU) yang menjadi ikon di Aceh dan belum membumi dalam pelaksanaannya. Indikasnya bisa kita kita perhatikan sekolah-sekolah di Aceh. Di satu sisi sudah terlihat dan tampak lebih indah-indah dipandang mata, namun itu sifatnya sangat sementara. Semoga program BEREH akan terus membumi dan pemerintah Aceh mampu menghadirkan program-program unggulan lainnya dalam mempersiapkan generasi Aceh.’ Tentu dengan meminta masukan-masukan dari berbagai kampus di Aceh, serta organisasi-organisasi guru, lembaga-lembaga serta praktis-praktisi yang peduli akan pendidikan.
Menyalahkan memang pekerjaan yang sangatlah mudah, namun janganlah menyalahkan tanpa memberikan masukan. Kritik sangatlah diperlukan,. Kritik, bukan tujuan untuk saling menjatuhkan, karena saling menjatuhkan ada yang tersakiti dan itu tiada baik buat generasi kita. Konflik akan menjadikan kita lemah serta akan berpeluang bagi pencari kepentingan untuk mengambil kesempatan. Orang Aceh punya Bahasa bijak. Meunyoe kon tanoh, leuhop. meunyoe kon tanyoe gob, pajan lom Meunyoe kon jinoe ureung Aceh saling besinergi untuk pike keu generasi Aceh bersama-sama.
Allah dalam Qalamnya pada surat An-Nisa’ayat 9 mengingatkan kita semua yang artinya ; Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.
Semoga pihak-pihak terkait dan guru-guru Aceh terus bersinergi untuk menjalankan perintah Allah dalam mempersiapkan generasi Aceh yang lebih Kompetitif di abad 21 dan era 4.0 yang akan menuju era 5.0.