Oleh Putri Meliza
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Tertegun, gemericik hujan dari siang tadi membuat khayalanku melambung kian jauh. Pikiranku tiba-tiba saja mulai menerawangi kejadian 9 Tahun lalu. Ya semuanya berawal ketika aku menjejakan kaki dan meyakinkan hati untuk bergelut dengan dunia organisasi. Katakanlah kejadian itu sekitar Tahun 2012. Aku mulai bergelut dengan dunia IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Entah dari mana asalnya, yang jelas kala itu aku tiba-tiba saja berkumpul dengan beberapa teman sebaya dan bahkan adik letting, untuk duduk bersama Ayahanda Darul Arkam di sebuah Masjid At-taqwa Blangpidie.
Tahukah kamu teman? Aku dan teman-teman mulai terpikir untuk berbagabung di IPM dengan mengikuti Perkaderan.
Putri Meliza yang biasa dipanggil dengan nama Nia dimana saat itu aku mengikuti PKTM 1. Banyak cerita kami pada saat mengikuti perkaderan, dimana kami yang awalnya tidak tahu apa-apa tentang IPM. Tapi tunggu! Aku dan teman-teman pada saat itu hanya seorang gadis remaja yang baru duduk di kelas 2 SMA, dan ada juga yang MtsN atau SMP. Tidak paham secara menyeluruh apa itu IPM. Bahkan dari sepersekian bagian organisasi pun aku tak yakin bahwa aku sanggup memahaminya. Dan di sinilah aku sekarang, di IPM yang menciptakan kader yang unggul, tetapi aku tidak yakin bahwa aku adalah pribadi yang unggul. Sungguh, ini bukanlah hal yang main-main. Selalu ada pertanggung jawaban dari setiap hal yang dilakukan.Mulailah aku mendalami seluk-beluk IPM dari nol. “Apa landasan saya berada di IPM? Landasan yang tidak bisa diganggu gugat oleh apapun. Sesuatu yang sakral dan permanen !”
Tiba-tiba pertanyaan ini menggantung di otakku. Aku dengan susah payah mencari jawaban dari pertanyaan yang aku ciptakan sendiri. Akan tapi hasilnya nihil!
Aku pun akhirnya bertanya kepada Kanda Supriadi, yang pada saat itu pernah menjadi Pemateri di Bidang IPM. Aku tidak langsung bertanya tentang pertanyaan yang mengganjal di otakku. Awalnya aku hanya berbasa-basi dan sharing hal lain seputar IPM dan perkaderan. Hingga aku tak kuasa untuk tidak mengutarakan apa yang ingin aku utarakan.
“Kanda, apa landasan kita berorganisasi apa? Tapi yang ga bisa diganggu gugat sama apapun. Jadi sesuatu itu bersifat permanen kanda.”
Kanda tersenyum mendengar pertanyaan yang aku lontarkan. “Mungkin pertanyaan ini konyol.” Gumamku dalam hati. “Pertanyaan yang bagus Putri. Kanda tidak heran dengan pertanyaan yang kamu berikan. Kamu masih muda, dan yang jelas kamu baru berkecimpung di IPM. Jadi jangan pernah malu untuk mengajukan sesuatu yang tidak kamu ketahui.” Jawab Kanda sambil tersenyum, sepertinya Kanda melihat perubahan ekspresi di wajahku ketika aku selesai mengajukan pertanyaan tadi. Aku pun tersenyum mendengar apa yang Kanda ucapkan. Kanda melanjutkan apa yang dia ucapkan tanpa menungguku mengucapkan sesuatu yang lain.
“Begini Putri, sesuatu yang sakral, bersifat permanen dan tidak dapat diganggu gugat adalah Al-Quran. Kanda yakin, kamu mengetahui betul bahwa Al-Quran adalah pedoman hidup umat islam. Dan landasan utama tentang organisasi salah satunya adalah QS Ali-Imran ayat 104. Kamu bisa membukanya nanti saat kamu tengah membaca mushaf Al-Qur’an. Yang isinya adalah bismillahirrahmanirrahim waltakun minkum ummatun yad’uuna ilaa alkhayri waya’muruuna bil ma’ruufi wayanhawna ‘anil munkaariwaulaa-ika humu al muflihuuna.
Kamu pernah mendengar ayat itu Putri? “ tanya Kanda. Rafleks aku mengangguk . “Apakah kamu tahu makna dari ayat itu?” Tanya Kanda. “Sedikit” Jawabku singkat dan gelagapan. “Coba kamu bacakan!” Pinta Kanda kemudian. “Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan itulah orang-orang yang beruntung.” Ucapku. Aku memang pernah mendengar ayat itu sekilas.
“Nah benar sekali Putri. Tentunya dari satu ayat itu sangat luas makna yang terkandung. Segolongan umat yang dimaksud bisa saja orang-orang yang bersatu dalam sebuah kelompok atau organisasi. Ya contohnya IPM ini. Tentu kamu tahu, bahwa IPM selalu menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar kan?
Nah itulah contoh sederhananya Putri.” Jelas Kanda membuatku kagum.
“Kalau misalnya aku tidak yakin sama ayat itu gimana kanda?” Tanyaku belum puas. “Kalau kamu belum yakin dengan ayat di atas, masih ada ayat-ayat lain yang akan menguatkan dan mejelaskan tentang organisasi. Atau kamu buka QS Al-A’raf : 40. Yang isinya bismillahirrahmanirrahim innalladziina kadzdzabuu bi-aayaatinaa wastakbaruu ‘anhaa laa tufattahu lahum abwaabu ssamaa-i walaa yadkhuluuna ljannata …. Yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga.
Nah Putri, bukankah tadi kamu bertanya, apa landasan yang tidak bisa diganggu gugat? Tentu jawabannya Al-Quran, dan kamu tidak yakin? Allah pun memberi jawaban dalam surat Al-A’raf tadi. Barang siapa yang mendustakan ayat-Ku, atau tidak yakin terhadap Al-Quran, maka Allah tidak akan membukakan baginya pintu surga. Apa kamu mau menjadi salah satu dari golongan tersebut Putri?” Jelas Kanda dengan pertanyaan yang menggantung di ujung kalimatnya. Aku menggeleng cepat.
Perbincangan dengan Kanda sungguh sangat menyenangkan. Tapi sayang, aku harus mengakhirinya karena aku harus bergegas pulang. Aku berjanji, di lain waktu aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbincang dengan Kanda dilain waktu bila bersua kembali. Obrolan itu sedikit banyak memberikan pencerahan bagi orang yang tidak faham IPM seperti aku pada kala itu. Aku berniat bertanya pada kanda tentang Landasan organisasi itu apa, dikarenakan pada malam Perkaderan kami, seorang Ipmawan yang bernama Hamdani, membuat kami bingung dengan pertanyaannya, lantas wajar aku bertanya itu kepada kanda karena masih bingung.
Aku terperangah dan tersadarkan dari ilusiku. Senja datang berganti, cahaya matahari perlahan menghilang, bintang-bintang mulai bertaburan. Aku sadar, cerita ini hanyalah 1% dari perjalananku dalam organisasi IPM. Masih ada 99% cerita yang tak bisa ku rangkai dalam untaian kata-kata. Hanya aku, keluargaku, dan rekan-rekanku yang tahu setiap detail cerita ini. Namun tentu, Tuhan selalu tau hingga ke partikel terkecilnya.
Sungguh menyenangkan berada di dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Apalagi mengingat masa-masa saat berada di Pimpinan daerah IPM Pertama sekali dan juga Pimpinan Ranting pertama di sekolahku. Masa dimana aku masih berada di taraf baru memasuki dunia organisasi IPM. Atau masa di mana aku tak mengerti apapun, dan dengan susah payah mencoba menghancurkan tiang pembatas yang membuat aku tak memahaminya. Semakin sadarlah aku, bahwa Al-Quran, aku dan IPM terkait atas takdir-Nya yang kupikir di luar nalar. Tapi semuanya bisa diresapi dengan perlahan tapi pasti. Aku, bergelut dalam organisasi IPM, yang berlandaskan Al-Quran dan As-sunah, dan satu yang pasti Al-Quran adalah pedoman hidupku.
Sungguh, sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. 9 tahun lalu seorang remaja labil sepertiku, bisa berada di Pimpinan Daerah IPM ABDYA.
“Berada dalam organisasi IPM, adalah masa-masa indah yang pernah aku miliki. Jayalah terus IPM !” Gumamku dalam hati, senyumku pun tersungging bersama rangkaian cerita tentang aku dan IPM.
Hingga akhirnya putri menulis sebuah catatan tentang cerita. AL-QUR’AN, AKU DAN IPM.