Oleh Drs. Hasbi Yusuf
Mantan Pedagang Pasar Peunayong, Banda Aceh
Penghijauan kota dengan tanaman akasia pernah dilakukan sekitar tahun 1970-an, yang dimulai dengan menebang batang asam jawa dengan sangat sembrono di beberapa jalan protokol kawasan kota. Batang asam jawa tersebut telah ditanam sejak masa kerajaan Aceh dan selama pendudukan Belanda di Kuta Raja (Banda Aceh). Mereka dengan sangat percaya diri dengan pengetahuan dan jabatan masing-masing telah mengganti dengan pohon akasia kala itu.
Trembesi dan angsana atau akasia seperti pernah dilakukan sekitar tahun 1970-an membawa hasil yang sangat cepat dan memuaskan. Hanya dalam hitungan bulan pohon-pohon tersebut sudah tumbuh subur hijau dan rimbun. Demikian juga dengan pengadaannya, selain mudah dan harganya juga tergolong murah. Jadi sangat sesuai dengan prinsip efisiensi dan efektifitas program penghijauan kota.
Namun demikian, jika kita lebih jeli dan memiliki wawasan yang lebih terbuka dan nalar yang lebih cemerlang, sebenarnya di balik semua kelebihan dan keunggulan yang telah kita uraikan di atas, sebenarnya terlalu banyak kelemahan dan kekurangan atau pun hasil dan nilai-nilai lain yang kurang kita dapatkan dari proyek penghijauan itu. Pernah pula permasalahan ini dikeluhkan oleh sahabat dekat kami anggota dewan. Yang se visi dan sependapat dengan kami tentang adanya ketimpangan, namun sama sekali belum mendapat respon dari pihak terkait atau yang bertanggung jawab terkait urusan penghijauan.
Kita sangat heran dengan program penghijauan di masa silam. Mengapa akasia menjadi pilihan. Apakah pengambilan keputusan tidak melalui kajian mendalam? Ataukah terlalu banyak melibatkan para ahli dari latar belakang perekonomian. Sehingga meninggalkan para Ahli Perkotaan yang katanya banyak lulusan luar negeri terutama lulusan Jerman.
Capek-capek pemerintah Provinsi mengirim mereka sekolah ke luar negeri tentang cara menata perkotaan. Tetapi kenapa pula mereka tidak diberdayakan. Padahal mereka kita kirim belajar kebanyakan dengan sejumlah anggaran. Anggaran yang bersumber dari dana pendidikan. Seharusnya ilmu dan pengalaman mereka kita manfaatkan, demi kemajuan dan keindahan kota yang signifikan. Kenapa pejabat di kantor seperti enggan ?
Apakah mereka yang di dalam takut hilang jabatan atau tergeserkan? Atau memang seperti penjelasan segelintir orang, “mereka hanya punya ilmu pengetahuan, tetapi tidak memiliki kesepahaman”. Semoga uraian ini hanya sebuah dugaan atau prasangka liar tak beralasan. Kita selalu berdoa kepada tuhan agar dijauhkan dari perasaan iri, dengki dan kemunafikan.
Pasti semua kita ingin sebuah kemajuan. Menata kota kita sehingga nyaman dan membanggakan. Bukan hanya nyaman di mata dan telinga tetapi juga nyaman dalam hati nyaman dalam perasaan.
Adapun penghijauan yang telah kita lakukan sejak lama sampai sekarang terlihat kurang dapat memberi solusi untuk penghijauan yang memuaskan, malah banyak menimbulkan masalah yang tak berkesudahan,
seperti :
Per-tama: sangat cepat besar dan tinggi, sehingga cepat pula waktunya harus ditebang. Ke-dua: Daunnya cepat menua dan jatuh menjadi sampah. Ke-tiga: dahannya sangat rapuh dan mudah patah jika ditiup angin agak kencang. Ke-empat: akarnya muncul kepermukaan tanah, sehingga merusak permukaan aspal jalan atau lantai bangunan sekitar. Ke-lima: batangnya tidak dapat dijadikan bahan bangunan atau perabot, malah sering dibuang ke tempat sampah. Ke-enam: nilai ekonomi yang dimiliki sangat rendah. Ke-tujuh: tidak memiliki fungsi lain, seperti untuk dijadikan obat-obatan (Apotek Hidup). Ke-delapan: jarang dipersiapkan sebagai Laboratorium Alam tempat siswa/mahasiswa melakukan Praktikum dan Penelitian. Ke-sembilan: hampir tidak ditemui pohon atau tanaman yang bersifat ciri khas budaya Aceh. Ke-sepuluh: kurang mencerminkan ciri khas daerah dan ikon kota Serambi Mekkah dan sebelum periode sekarang disebut Kota Madani, dan sekarang “Menuju Kota Gemilang Dalam Bingkai Syariat”.
Oleh sebab itu kami menawarkan beberapa jenis pohon dan tanaman untuk menghindari beberapa problema seperti yang kami uraikan di atas sekaligus dapat lebih memenuhi syarat sebagai fungsi penghijauan.
Untuk fungsi penghijauan kota dapat ditanami dengan pohon yang cocok sesuai lokasi atau peruntukannya, diantaranya:
Kurma; Sawit; Kopi; Asam jawa; Jeumpa; Seulanga; Lengkeng; Rambutan; Samiloto; Jeruk Purut; Jeruk Nipis; Kelor; dan kelapa/ buluh untuk sekitar DAS sungai, serta manggrove untuk kawasan pantai dan seterusnya.
Untuk fungsi taman kota dan fungsi Laboratorium Alam, dapat ditanami dengan tanaman, diantaranya:
Tin; Zaitun; Lavender; Serai wangi; Pandan Wangi; Lengkuas; Kunyit; Jahe; Nenas; Bunga matahari; Sirih; Lada; Tapak Kuda; dan seterusnya
Demikian pendapat dan saran kami untuk walikota dan DPRK kota Gemilang Dalam Bingkai Syariah. Tulisan ini harus bapak terjemahkan sebagai saran membangun yang jauh dari hanya mengkritik tanpa memberi solusi.
Kami menunjukkan kelemahan program, dan kami juga memberikan saran pilihan bersifat himbauan yang tak ada penekanan apalagi membuat kejatuhan yang meremehkan. Kami hanya mengambil peran yang sangat ringan sebagai warga kota yang menjatuhkan pilihan ketika bapak dicalonkan.
Selanjutnya tujuan kami hanya untuk sama-sama kita nikmati sebuah kota yang memiliki keindahan, kenyamanan dan keselamatan serta kemajuan yang berperadaban sebuah kota Gemilang Dalam Bingkai Syariah yang senantiasa mendapat ridha tuhan.
Aamiiinn !!!
Wallahu ‘a’lam bish-shawab !