Oleh Ahmad Rizali
Saya mulai faham mengapa contoh kesombongan itu ditahbiskan kepada Iblis yang jelas percaya kepada Allah dari pada manusia yang tak mempercayaiNya. Bersyukurlah jika diberi karuniaNya untuk selalu berupaya meluruhkan kesembongan dalam keseharian.
Kesombongan sering dengan sangat halus menempel di hati atas, rasa percaya diri, kecerdikan, kekuatan, kecantikan fisik dan wajah, kekayaan, sebut saja semua aktivitas manusia bisa disusupi kesombongan itu. Kadangkala, kesombongan berwajah sangar dan ini lebih mudah diingatkan. Di lain waktu dia akan berwajah sinis dan sarkastik, inipun masih mudah diingatkan oleh pihak lain.
Namun adakalanya kesombongan itu dibalut dengan pakaian humor dan sikap jenaka serta yang paling berbahaya adalah kesombongan yang berbaju perilaku sangat baik. Kedua jenis kesombongan ini lebih berbahaya dari “tidak mau menerima kebenaran” dan hanya bisa dikenali oleh pelaku, setan dan malaikat serta Tuhan. Kesombongan jenis inilah yang wajib sering sering dikenali dengan perenungan.
Cobalah renungkan sebuah hadis yang mengatakan Surga tak akan menerima seseorang yang di hatinya ada kesombongan meskipun hanya sebiji sawi (sangat sedikit). Bukankah sungguh berat kualifikasi memasuki Surga itu ? Yang lebih repot adalah ketika menjadi manusia terdidik dan menjadi pintar, karena “kesombongan adalah penyakit manusia pintar” ujar orang bijak.
Selagi ramadan , seringlah merenung dan melatih diri untuk meluruhkan kesombongan dengan pertolonganNya, karena si raja sombong sedang “dirangket”. Semoga diberi jalanNya untuk mengikis kesombongan di jiwa, hati dan perilaku kita.