(Begitu Kata Wakku)
Oleh Ahdaniya
Mahasiswi Prodi Bimbingan dan Konseling (BK), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
“Kuliah kok jurusan BK sih kak? Loh emang kenapa “Sahutku heran”. BK itu jurusan cari-cari masalah! Nanti kakak menghadapi anak-anak bandel. Memangnya sanggup? Mending pindah jurusan saja kak, harusnya kalau mau kuliah itu pilih jurusannya matang-matang jangan asal ambil.
Kata-kata yang dilontarkan uwakku membuat aku kaget bukan main, bahkan aku sempat kaku terdiam sejenak. Rasanya bergetar mendengar uwakku mengatakan hal seperti itu tepat di depan aku dan Ibuku. Uwak itu panggilan untuk orang yang lebih tua dari Ayah atau Ibu di daerahku, contohnya seperti abang Ayah ataupun kakaknya Ibu, maka aku akan memanggil mereka dengan sebutan Wak / Uwak.
Sebenarnya bukan sekali dua kali aku mendapat tamparan kata-kata seperti ini, huhhh… rasanya sudah muak aku mendengar orang-orang mengatakan seperti ini kepadaku. Tapi di sisi lain, ini menjadi tantangan tersendiri bagiku untuk terus bertahan di jurusan BK (Bimbingan Konseling) dan memperdalam teknik-teknik konseling untuk membuktikan kepada Ayah dan Ibu, kepada Keluarga besarku, dan tentunya kepada diriku sendiri yang sudah bertahan dan masih kuat sejauh ini.
Kebanyakan sepupuku mengambil kuliah dengan jurusan Farmasi, Teknik Mesin. Ada juga yang mengambil jurusan PAI, Bahasa Inggris dan lainnya. Ya, kuakui keren-keren sih jurusan yang mereka ambil, tapi aku sadar kalau tidak semua orang itu sama, bahkan saudara kandung atau anak kembar yang keluar dari rahim yang sama sekalipun pasti punya kepribadian dan keahlian masing-masing, bukan?.
Bahkan lucunya aku rasa, ada uwakku yang dari sebelah mamak bilang begini kepada aku “kakak kuliah jurusan apa kak?” tanya uwakku, “BK (bimbingan konseling)” jawabanku. Terus uwakku bilang “ishhh, kalau kakak ambil jurusan teknik elektro atau yang tentang kelistrikan gitu, wahh paten kali itu kak! Gajinya tinggi, kerjanya tak. berat kok, kita cuma atur kelistrikan dari kantor saja, bukan kita yang turun ke lapangan seperti orang-orang PLN yang benerin tiang listrik atau masang-masang kabel gitu kak”. Posisi aku saat itu cuma bisa bilang “oh iyaa wak, keren ya”, padahal dalam hati aku ngedumel “dari mana bisa kuliah kelistrikan, ngecolok air sanyo saja aku gemeteran, karena kadang ada keluar percikan gitu jadi aku takut, lah ini malah disarankan untuk kuliah tenting listrik. Selama masa sekolah juga aku ambil jurusan keagamaan, bukan anak SMK… aduhh, jadi dari mana nyambungnya?”
Tapi, sebagai anak yang terkenal baik budi di kalangan keluarga, aku tetap terima dan merespon baik semua saran yang diberikan oleh orang-orang di sekitarku, baik dari keluarga ataupun teman-temanku. Karena dari pandangan aku, orang-orang yang beri saran tentang jurusan yang keren-keren dan bergaji tinggi pasti ingin lihat aku jadi anak yang berhasil dan sukses, sehingga semua keinginan mereka utarakan kepada aku. Hanya saja, kembali kediri aku sendiri gitu kan. Nah, aku tuh mikir sekarang aku sudah semester 4 masa iya aku pindah jurusan dan ambil jurusan yang sesuai dengan saran orang, tapi tak sesuai dengan basic aku sendiri, jurusan yang kelihatan keren, tapi tak sesuai dengan ekonomi keluarga aku, dan aku tak mau meninggalkan sesuatu yang sudah aku mulai ibarat kata sedada dikuras, sematakaki ditinggal. Begitu juga, perkatan orang-orang yang terdengar nyelekit di telinga, tetap aku respon baik dan aku jadikan cambuk motivasi dalam kehidupanku.