Oleh Satria Dharma
Betul sekali…! Jangan GR…! Dunia ini tidak butuh dengan iman atau pun kesalehanmu. Dunia ini tidak peduli apakah Anda beriman pada Tuhan atau tidak. Dunia tidak peduli Anda beriman pada Tuhan yang satu atau pada ribuan dewa. Dunia tidak punya urusan dengan itu. Anda yang membutuhkan iman tersebut. Dunia dan bahkan tetanggamu pun tidak. Jadi tolong jangan GR bahwa dunia perlu tahu betapa taatnya Anda pada agama, betapa Anda berpuasa Senin dan Kamis, betapa Anda berdzikir panjang dengan penuh kekhusyukan, betapa Anda salat tahajud setiap malam, berapa juz Alquran yang sudah Anda hafal, berapa kali Anda naik haji dan umrah. Tidak…! Dunia sama sekali tidak membutuhkan itu semua darimu. Yang dunia butuhkan darimu adalah IMPLEMENTASI dari imanmu, BUAH dari imanmu. Yang dunia butuhkan darimu adalah PERBUATAN BAIKMU terhadap sesama. Dunia membutuhkan KEBERMANFAATANMU pada dunia dan pada sesama. Iman dan ritual ibadah pribadimu itu simpan saja rapat-rapat dan tidak perlu Anda tunjukkan pada siapa pun karena tak seorang pun membutuhkannya. ?
Dunia lebih peduli dan butuh pada senyummu pada anak, istri, dan tetangga ketimbang salat malammu yang banyak rakaat itu. Dunia lebih butuh dan peduli pada kata-kata lembut dan menghiburmu pada orang-orang disekitarmu yang membutuhkan penguatan mental ketimbang dzikirmu yang panjang setelah salat itu. Dunia lebih membutuhkan uluran tanganmu membantu RT membersihkan got dan saluran air di sekitarmu ketimbang hafalan ayatmu. Dunia lebih membutuhkan uang sedekahmu untuk membantu tetangga yang kelaparan ketimbang menghias masjid dengan ornamen baru.
Jadi saya ulangi lagi…
Orang-orang di sekitar kita tidak memerlukan agama atau kesalehan kita. Apakah kita beriman atau tidak, apakah kita melaksanakan sholat atau tidak, sudah haji atau belum, puasa Senin-Kamis atau tidak, sholat tahajud dan ngaji rutin atau tidak, dlsb yang berhubungan dengan ibadah pribadi kita dengan Tuhan itu semua TIDAK DIPERLUKAN oleh teman, tetangga, dan bahkan keluarga terdekat kita sekali pun. It has nothing to do with them. Apa yang mereka butuhkan dari kita adalah SIKAP, PRILAKU, DAN TINDAKAN kita yang mencerminkan buah dari iman kita.
Jadi saya rasa kita tidak perlu menunjukkan kepada siapa pun seberapa saleh kita pada Tuhan. Jika bisa rahasiakan hubungan istimewa Anda denganNya karena kadang atau bahkan seringkali terbersit keinginan kita untuk menunjuk-nunjukkan kesalehan kita padahal itu samasekali tidak dibutuhkan oleh orang lain dan justru akan menggugurkan kedekatan kita pada Tuhan. Gak penting amat…! Sebaliknya, kita justru harus menunjukkan sikap, prilaku, dan tindakan kita yang islami dan berlandaskan akhlaqul karimah pada orang-orang di sekitar kita. Itu yang mereka butuhkan dari kita. Anak, istri, keluarga, teman, tetangga, dan siapa saja yang kita temui perlu mendapatkan manisnya BUAH IMAN kita. Iman itu seharusnya sesuatu yang Anda yakini, sampaikan, dan lakukan. Jadi jika Anda selalu berbuat baik pada orang lain (tidak peduli beragama apa pun Anda atau bahkan tidak beragama sekali pun) maka itu berarti Anda mengimani perbuatan baik bagi orang lain. Sebaliknya, jika Anda selalu melontarkan kebencian pada orang-orang tertentu maka sebenarnya itulah yang Anda imani. Anda percaya bahwa itulah yang baik menurut Anda. Seperti kata Gus Dur, “Jika engkau berbuat baik maka orang tidak akan bertanya apa agamamu.” Seperti sabda Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lain)”. Sebaliknya Islam sangat mencela seseorang yang berbuat keburukan terhadap orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.” (HR Muslim, hadits no 4693). Dalam hadits tersebut Nabi SAW mengkategorikan orang yang dihindari orang lain karena kekejiannya sebagai manusia yang paling buruk. Artinya, orang yang tidak peduli terhadap orang lain, bersikap negatif dan berperangai buruk terhadap orang lain merupakan manusia terburuk di muka bumi, meskipun ia adalah ahli salat dan suka beribadah mahdhah.
Jadi simpan saja agama dan kesalehanmu untuk dirimu sendiri tapi bagikanlah buah dan keindahan dari keimananmu pada semua orang di sekitarmu. ?
Surabaya, 4 Mei 2021
Satria Dharma