Oleh Lili Nurma Yanti
Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Langsa, Aceh
Sampai hari ini kehidupan keseharian kita masih dikelilingi oleh ruang lingkup seni. Melalui seni kehidupan bermasyarakat lebih memiliki warna tersendiri. Sebenarnya karya seni merupakan suatu yang lumrah, kemudian muncul suatu keunikan dimana minat untuk berkarya di kalangan non-akademik seni menjadi sesuatu fenomena yang menarik.
Pada masa ini generasi milenial menjadi topic hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat di perlbagai belahan dunia. Berbagai macam aspek kehidupan yang bersinggungan dengan generasi milenial menjadi sangat menarik untuk dibahas. Terutama pada hal ini, sangat menarik apabila kita menilik kembali bagaimana seni dalam perspektif generasi milenial, terutama di kawasan Aceh.
Yang terjadi pada hari ini sebagian milenial di Aceh masih banyak yang enggan peduli terhadap pelestarian seni tradisional. Namun hal ini hanya segelintir dan tidak menyeluruh. Meskipun demikian, harusnya seluruh generasi milenial memiliki kesadaran agar tetap melestarikan kesenian tradisional.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Aceh memiliki berbagai macam kesenian. Mulai dari tarian, alat music, seni rupa dan lainnya. Dari berbagai macam kesenian yang dimiliki Aceh ini menjadi suatu ciri khas tersendiri. Kesenian Aceh banyak mencampurkan unsur-unsur keagamaan di dalamnya.
Kesenian tradisional Aceh merupakan identitas yang dimiliki daerah Aceh yang harusnya terus dilestarikan agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Lagi pula, jika kita lihat hari ini banyak sekali masuk seni-seni modern. Hal ini membuat kaum milenial lebih menyukai seni modern dari pada seni tradisional yang dimiliki oleh daerah asalnya sendiri. Terkadang mereka merasa seni tradisional daerahnya terlihat kuno dan ketinggalan zaman.
Harusnya milenial saat ini lah yang melalukan pergerakan untuk pelestarian seni. Karena para milenial lebih mampu dalam upaya pelestarian seni tradisional ini. Mereka lebih paham dalam mempromosikan kesenian tradisional. Apa lagi ditambah dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Sehingga dengan mudah mempromosikan kesenian yang kita miliki agar diketahui oleh dunia luar.
Kaum milenial pun harus membentengi diri mereka dari pesatnya seni modern yang masuk. Lebih membatasi diri dalam masuknya seni modern ini. Milenial saat ini harusnya mengurangi konsumsi terhadap kesenian bangsa lain. Lebih mencintai kesenian sendiri adalah langkah awal yang tepat.
Dan juga kaum milenial bisa mempelajari kesenian tradisionalnya dengan cara yang mengasyikkan. Mempelajari salah satu kesenain yang diminiati sesuai dengan passion-nya. Banyak cara yang asyik yang bisa kita lakukan, seperti mengikuti kegiatan di suatu komunitas atau pun mempejarinya melalui internet.
Cara lain yang dapat dilakukan yakni dengan cara membuat suatu komunitas seni. Milenial yang memiliki sifat jiwa produktif pasti senang dan tertarik berkumpul dengan komunitas yang bersifat positif.
Cara selanjutnya yakni menumbuhkan rasa cinta dari dalam diri kita sendiri. Mulai mencoba mencintai kesenian daerah sendiri merupakan langkah awal yang baik. Tidak sulit dan tidak rugi pula mempelajari serta memperkenalkan kesenian daerah kita sendiri. Karena, kalau bukan kita sendiri selaku milenial sebagai pemilik serta penerus kesenian daerah tersebut, lalu siapa lagi?