Oleh Nurul Vazilah
Mahasiswi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,Perbankan Syariah, IAIN LANGSA
Dalam keadaan pandemi seperti ini, virus corona merupakan suatu wabah yang tidak bisa dianggap biasa saja. Jika dilihat dari gejala orang yang terinfeksi, orang yang belum paham terhadap virus tersebut. Mereka akan berpendapat bahwa virus ini akan hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan.Seperti kita ketahui bahwa VIRUS corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2(SARS–CoV–2) adalah jenis virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit ini disingkat dengan Covid-19 yang mengakibatkan penderitanya mengalami batuk, gangguan pernapasan, demam, dan paling fatal ialah mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Semua orang sudah tahu bahwa virus ini pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan Provinsi Hubei China, akhir Desember 2019, di sebuah pasar penjualan hewan. Peneliti menyakini bahwa inang virus ini adalah kelelawar yang menjadi salah satu “makanan” favorit bagi warga setempat.Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.
Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdownuntuk mencegah penyebaran virus Corona. Di tahun 2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan, karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia. Penyebaran yang sangat cepat di dunia dan khususnya di Negara Indonesia. Penyebarancovid yang begitu cepat sehingga mengakibatkan Pemerintah memberlakukan protokol kesehatan dengan melakukan social distancing ( jaga jarak social) yang disebut PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar). Pemerintah juga menganjurkan jaga jarak secara fisik dan mengurangi kegiatan berkerumun, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Niat baik pemerintah untuk melakukan PSBB sangat merugikan warga Indonesia, khususnya dampak ekonomi yang menurun dan banyak tenaga kerja yang kehilanganpekerjaaan. Virus Corona yang semakin menyebar di Indonesia, beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah di Indonesia memberikan dampak pada beberapa sektor di Indonesia.
Secara umum, Covid-19 juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, di mana yang semula sebesar 5,3%, oleh sebagian kalangan memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia kini mencapai 2%. Sejak awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus corona yang berasal dari Cina. Virus corona menyebabkan ketakutan di Cina dan menimbulkan banyak korban jiwa dan perlahan-lahan sudah mulai tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus corona penyebab Covid-19 pada awal Maret 2020. Sejak itu, berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi Covid-19 di berbagai sektor. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan dan pendidikan saja, akan tetapi sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona. Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian. Masih banyak akibat lainnya. Banyak sekali kerugian yang terjadi. Salah satunya yaitu dari sektor perdagangan, baik itu pedagang kecil, menegah dan besar. Mereka banyak kehilangan penghasilan yang seharusnya cukup untuk kehidupan, tapi langsung turun sangat drastis dengan datangnya virus tersebut. Apalagi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, mereka palingterasa terhadapdampak wabah Covid-19.
Sebagian dari mereka kini banyak yang hidup tanpa pekerjaandan tanpa pemasukan.Sebagianorang juga sedangmempertahankan usahamereka, baik usaha kecil menengah dan besar.Jika tak ada perubahan,bisa jadi mereka terjeratdalam jurang kemiskinandan bahkan kebangkrutan. Namun demikian, mereka terus berusaha agar tetap bisa terus berdagang. Karena dengan berdagang itulah salah satunya mata pencarian mereka. Walaupun tidak menutup kemungkinan mendapatkan hasil yang banyak seperti sebelum masa pandemi datang. Tetapi tetap bersyukur atas rezeki yang telah didapatkan pada masa pandemi seperti ini.
Penulis mengambil hasil dari wawancara yang penulis lakukan kepada pedagang yang ada di desa tempat penulis tinggal. Nuraini (47) pedagang yang merasakan dampak Covid-19. Beliau merupakan seorang pedagangyang tinggal di Desa Ie Bintah,Aceh Tamiang.Sehari-hari, ibu tersebut menjual berbagai makanan dan minuman yang lokasi rumah dan warungnya berada di tempat yang sama.
Akibat adanya Covid-19 dan isolasi mandiri yang dilakukan oleh masyarakat sekitar,Ibu Nuraini mengalami penurunan pendapatan yang cukup siqnifikan. “Ya, benar. Akibat adanya Covid-19 ini saya mengalami penurunan pendapatan. Biasanya mendapat keuntungan bersih Rp 400 ribu – Rp500 ribu per hari, sekarang cuma berkisar Rp150 ribu– Rp250 ribu,tapi tetap harus bersyukur atas rezeki yang sudah diberi kepada kita, karena masih ada yang lebih susah dari pada kita nak, ” ungkap Nuraini dalam wawancara, Kamis(1/4/2021).
Begitu juga dengan Ibu Mauliana (33), pedagang yang menjual berbagai macam minuman. Beliau merasa kerugian yang terjadi dengan dagangannya, karena dengan masyarakat yang di rumah saja, sehingga dagangannya sepi . “Ya, benar sekali nak. Selama corona dagangan sepi. Mau tutup tidak mungkin, bukan berarti tak takut corona, akan tetapi kalo saya tidak berjualan, saya tidak ada bisa mendapat uang. Karena dengan berdagang itulah mata pencaharian saya. Walaupun kebutuhan bahan-bahan jualannya mahal, Saya tetap mempertahan kan kualitas jualan saya, agar pelanggan saya tidak lari. Walaupun itu sangat sulit, karena kepuasan pelanggan juga merupakan hal yang paling utama kita perhatikan,” ungkap Mauliana dalam wawancara, Jumat (2/4/2021)
Di satu sisi, PSBB yang diterapkan Pemerintah sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus corona, tetapi di sisi lain, pembatasan ini memengaruhi pendapatan masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang mata pencariannya dengan bekerja dari luar rumah seperti buruh pabrik dan karyawan kantor. Kondisi dilematis ini tidak mudah dicari jalan tengahnya, mengurangi dampak ekonomi sekaligus mengurangi secara signifikan jumlah warga yang positif corona.
Nah, kita sebagai masyarakat hanya berharap semoga pandemi ini segera berakhir agar segala sektor dapat berjalan kembali sepeti semula bahkan harus bisa lebih baik dari semula. Agar masyarakat bisa lebih mudah mencari pekerjaan dan mata pencarian untuk kehidupan sehari-hari dan bisa bertahan hidup di masa pandemi sekarang ini