Oleh: Aisah Nurul Fadila
Hari itu, langit juga meratap
Seolah memberi pertanda bahwa ia juga terluka
Semuanya terjadi tanpa tanda
Simpang siur terjadi hampir di pesisir desa
Orang berlari ke sana ke mari seperti dalam drama
Aku yang masih balita tertatih bertanya
‘Apa yang terjadi abah?’
‘Kenapa ombak pasang sampan di teras?’
Tidak ada jawaban
Abah terus mengumandangkan Adzan
Sesaat kemudian ombak kembali tenang
Menyisakan reruntuhan
Namun bumi masih tergoncang
‘Apa yang sebenarnya terjadi abah?’
Aku yang langsung direngkuh menangis tanpa sebab
Seolah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
‘Kita akan baik–baik saja’
Hanya itu yang abah lontarkan
Kalut tubuh masih mendera
Hingga saatnya tiba
Semuanya hancur tak tersisa