Ilustrasi : Potret gallery
Oleh Miftah Khairina
Mahasiswi Prodi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas UIN Ar-RanirryBanda Aceh
Dewasa ini, semakin banyak orang membincangkan soal wirausaha atau kewirausahaan. Banyaknya orang berbincang bidang ini, sejalan dengan semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di pemerintahan maupun di institusi swasta. Sehingga, pilihan yang harus dipertimbangkan adalah wira usaha. Walau banyak orang yang tidak mengenal dengan baik, apa itu wirausaha atau kewirausahaan. Padahal, kewirausahaan itu merupakan suatu kegiatan usaha yang membutuhkan skill, modal untuk memproduksi suatu barang/jasa yang kemudian mendapatkan keuntungan dan manfaat atas barang/jasa yang diproduksi. Menurut Stein dan Jhon F.Burgess, Kewirausahaan adalah salah satu yang mengatur, mengelola dan berani mengambil risiko untuk menciptakan peluang bisnis dan bisnis baru.
Di zaman yang serba digital ini, banyak sekali mahasiswa(i) dari Pengguruan tinggi (PT), baik dari negeri maupun swasta yang wisuda. Dalam setahun kurang lebih seribu mahasiswa/i yang sudah mendapatkan gelar Sarjana, akan tetapi mahasiswa/i yang sudah mendapatkan gelar Sarjana, bukan tenang atau lega melainkan itu menjadi langkah awal dalam menajalan kehidupan yang sesungguhnya setelah berpendidikan kurang lebih 16 tahun. Mereka dihadang dengan perasaan galau karena semakin sulit mendapatkan lapangan pekerjaan. Mereka ramai-ramai mengejar peluang kerja di pemerintahan yang semakin lama semakin sempit itu.
Sebenarnya, kewirausahaan ini menjadikan mahasiswa/i menjadi pribadi yang tidak bergantugan pada siapapun, melainkan menjadi seseorang yang memiliki tingkat keberanian tinggi, kreatif yang tinggi dan percaya diri. Sayangnya, banyak mahasiswa yang tidak berani untuk melangkah untuk membuka usaha, dikarenakan mahasiswa/i ini bermidset modal di awal. Padahal jika ingin membuka suatu usaha, ide dulu yang sangat diutamakan. Kewirausahaan ini sendiri menjadi suatu dorongan bagi mahasiswa/i untuk dapat berfikir secara kreatif “ kita ini mau kerja atau dikerjai? Kita ini mau terus terusan bekerja di bawah tekanan? “.
Selain itu, Di era digital saat ini, dalam kehidupan kita, suah banyak mengalami perubahan. Kita mengenal apa yang disebut dengan disrupsi di mana banyak sekali peran SDM digantikan dengan mesin-mesin. Jadi, tak heran jika perusahaan banyak yang mem-PHK- kan karyawannya yang berakibat pada peningkatan angka pengangguran. Semakin berat lagi karena di zaman globalisasi ini pertumbuhan penduduk masih sangat pesat. Semua ini mengakibatkan jumlah lapangan kerja semakin sempit dan persaingan kerja pun semakin berat. Maka dari itu solusi atas peningkatan angka pengangguran dan lapangan kerja semakin sempit adalah dengan cara membuka usaha, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ini membuat semakin banyak mahasiswa/i yang galau dalam memikirkan pekerjaaan setelah mendapatkan gelar Sarjana. Ada yang malu untuk pulang kampung halaman setelah wisuda, ada yang tidak sanggup mendengarkan pertanyaan dari orang sekitar mengenai pertanyaan “kerja dimana?”. Maka dari itu, 10 dari mahasiswa/i hanya 6 orang yang berani melakukan kegitan kewirausahaan. Mereka memiliki keberanian, percaya diri bahkan ide untuk melanjutkan langkah kehidupannya. Bagi mereka, usaha bisnislah yang dapat membantu mereka jauh dari kata penggangguran sesaat. Maka tak heran sekarang banyak mahasiswa/i yang ber-usaha kecil-kecilan seperti membuka olshop, stan dalam festival, buka lapak di kaki lima dan banyak kegiatan lainnya.
Yang jadi pertanyaan sekarang, mengapa masyarakat saat ini banyak sekali takut untuk memulai suatu usaha? Ada yang takut karena tidak ada modal dan mereka memikirkan modal adalah yang wajib dalam membuka suatu usaha dan sebagainya. Sebenarnya dalam membuka suatu usaha modal itu bukan hanya dana atau uang, tetapi bila tidak memiliki suatu ide, kreatif, keberanian, dan percaya diri, optimis akan suatu pekerjaan yang akan dimulai, usaha juga tidak akan terwujud.
Nah, bila memang modal, dalam artian uang atau dana yang kurang, makaada beberapa cara untuk berbisnis dengan modal yang kecil. Salah satunya adalah dengan mengambil posisi pada bidang dropshipdan reseller barang yang tidak memerlukan tempat dan modal yang besar.Dropship yaitu dengan cara menjalin bisnis dengan orang lain yaitu pihak yang memiliki barang yang ingin dijual (supplier), kemudian pihak dropship mempromosikan dan juga menjual barang tersebut tanpa harus memiliki barang. Jika barang tersebut terjual, pihak supplier yang mengirimkan barang langsung ke konsumen, tanpa harus ke pihak dropship.Sedangkan reseller yaitu dengan cara mencari atau membeli barang ke pihak pembuat barang (pabrik), pihak pabrik akan menjual barang tersebut ke reseller dengan harga yang murah, tetapi dengan jumlah pembelian dalam jumlah banyak. Dalam proses penjualan dan pengiriman ke konsumen, barang tersebut akan langsung atas nama kita atau penjual.
Banyak cara atau jalan menuju Roma. Begitu juga halnya dengan pekerjaan. Banyak cara untuk jauh dari hidup menganggur, tanpa bekerja pada instansi pemeritah/BUMN/BUMS. Mahasiswa/i harus memiliki pemikiran yang kritis, mahasiswa harus berani dalam mengambil suatu risiko yang akan dihadapi. Mahasiswa/i yang sudah mendapatkan gelar sarjana, sebaiknya jangan menjadi sampah masyarakat (pengangguran), tetapi harus bisa menciptakan suatu kegiatan yang bisa menajadikan sumber suatu pekerjaannya.
Banyak kisah sukses para pengusaha yang mulai dari nol dan harus melewati jalan panjang dan berliku sebelum akhirnya meraih kesuksesan yang bisa menjadi inspirasi bagi semua orang yang ingin menjajal dunia wirausaha. Seperti kisah dari seorang Bob Sadino,salah satu pengusaha sukses yang sempat mengalami jatuh-bangun sebelum akhirnya menorehkan kesuksesan besar. Setelah sekitar sembilan tahun menjadi pegawai, Bob memutuskan untuk berhenti dan banting setir menjadi pengusaha.
Usaha pertama yang dirintisnya adalah bisnis penyewaan mobil, dengan hanya bermodalkan satu mobil Mercedes dan ia supiri sendiri. Namun karena musibah kecelakaan yang menimpanya saat mengemudikan mobil yang disewakannya itu, bisnis itupun berhenti di tengah jalan. Tidak putus semangat, ia kemudian beralih profesi sebagai buruh bangunan yang dibayar dengan upah harian.
Saat menjadi kuli tersebut, ia melihat adanya peluang bisnis yang lain, bisnis ternak ayam dan telur ayam negeri. Dengan modal pinjaman tetangganya, akhirnya Bob mulai menjalankan bisnis tersebut. Awalnya, Bob menawarkan sendiri dagangannya dari rumah ke rumah di wilayah sekitar tempat tinggalnya, terutama kepada para ekspatriat, di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Bisnis telurnya tersebut akhirnya berbuah manis dan ia mengembangkan sayap dengan menjual daging dan sayuran hidoponik. Berkat keuletannya, bisnis tersebut sukses dan ia pun mendirikan Kem-Chicks, supermarket ternama yang menjual berbagai macam produk peternakan dan pertanian. Meski sudah sukses, ia tetap tampil sederhana dan kerap kali melayani sendiri para pelanggannya seperti keluarganya sendiri