Ilustrasi Harian Analisa
Oleh : Muksalmina
Penulis Berdomisili di Bale Ulim, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie jaya
Dulu aku disayang sayangi, selalu dibersihkan dan dirawat dengan sepenuh hati oleh keluarga. Aku begitu bahagia memiliki sebuah keluarga yang hangat, yang selalu melindungiku dari hujan dan teriknya sinar mentari. Senyuman mereka dan canda tawa yang selalu menghiasi keluarga ini selalu ku dengar di kala pagi datang menjelma,
Tetapi kini kemana mereka semua? Aku di sini sendiri di kala sepi yang menyelimuti tubuh ini. Sudah tidak ada lagi canda dan tawa seperti dahulu yang selalu ku dengar. Canda dan tawa yang melahirkan rasa bahagia, yang memberi makna indahnya hidup bersama keluarga. Canda dan tawa yang tidak hanya ada kala mata hari terbit, menghiasi rumah tua ini, tetapi juga kala mentari pulang ke peraduan yang diiringi datangnya senja yang berwarna merah jingga. Kini, semua itu telah hilang. Hilang untuk selamanya.
Bukan hanya itu, dahulu rumah tua ini dihiasi dengan lampu yang berkedap -kedip, dinding yang penuh dengan foto keluarga kecil ini. Halaman rumah yang juga dihiasi dengan bunga yang berwarna warni, yang ditanam oleh keluarga. Semakin membahagiakan, ketika harumnya bunga menyebar hingga ke kamar. Sungguh sangat indah.
Kini, semua itu hanya tinggal kenangan. Rumah tua itu kini sudah tidak ada lagi yang menjaganya, Tidak ada lagi yang merawatnya. Ya, sudah tidak ada lagi yang menghiasi, kecuali jaring laba laba yang tergantung ke sana, ke mari yang memenuhi sudut rumah ini. Foto yang penuh kenangan yang digantung di dinding, sudah btak ada lagi. Apalagi sinar lampu yang berkedap kedip? Itu sudah lama tiada. Kini rumah kusam itu, terlihat semakin kusam, tanpa ada rona indah, sudut yang berwarna cerah. Semua tampak debu yang bersarang di setiap sudut yang gelap dan pengap.
Begitu pula dengan bunga-bunga yang dahulu itu sangat indah. Kini sudah tidak lagui mengharumkan halaman. Tidak pula lagi mewarnai tanah-tanah dan rerumputan, kecuali rumput-rumput liar seperti ilalang yang timbuh tak terawat. Rumah tua itu tampak semakin kusam dan seram.
Rumah tua itu semakin tua dan lapuk dimakan usia. Menjadi lapuk, karena tak ada lagi yang menginjakan kaki di rumah itu, karena sudah ditinggalkan. Bengitulah nasib rumah tua yang yelah ditinggalkan itu, telah gelap gulita, tanpa ada rasa hangatnya yang menjadi arti sebuah keluarga. Apalagi kala malam, suasana sunyinya malam saja yang dapat dirasakan ketika cahaya bulan yang menembus celah celah rumah itu. Rumah tua nan kusam dan seram itu, semakin tak berdaya. Itulah rumah tua kusam yang tidak akan pernah ada lagi.