Oleh Muhamad Fathan Mubin
Dongeng merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi, pengetahuan dan pesan moral kepada anak ataupun peserta didik. Oleh sebab itu, dalam masyarakat kita, dongeng merupakan aktivitas bercerita yang dahulunya sangat popular. Kita masih ingat bagaimana nenek berecerita tentang dongeng, saat sebelum tidur. Bukan hanya nenek, ibu, ayah, abang, kakak juga ikut menceritakan dongeng kepada anak atau cucu, sebagai cerita pengantar tidur. Mungkin cerita-cerita dongeng yang diceritakan nenek, ibu, ayah atau kakak dan abang itu, masih tersimpan dalam ingatan kita. Misalnya ada cerita dongeng tentang binatang, dongeng tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Barangkali, hampir semua yang pernah mendengar dongeng yang dari dahulu hingga sekarang masih menjadi cerita yang menarik. Ingat dengan cerita kancil dan buaya? Itu adalah salah satunya. Masih banyak cerita lain yang masih tersimpan rapi di ingatan kita. Bukan mustahil, kalau cerita dongeng menjadi cerita yang selalu ingin didengar oleh banyak orang, terutama anak-anak. Cerita dongeng itu pun sekaligus menjadi media belajar, media untuk menyampaikan pesan-pesan atau pembelajaran kepada anak-anak.
Sayangnya, kebiasaan becerita atau mendongeng tersebut, sejalan dengan perkembangan zaman, kebiasaan it uterus pupus, karena banyak factor. Misalnya, karena orang tua yang semakin sibuk, atau anak sudah tidak tidur lagi dengan nenek, atau karena selera anak-anak sudah berubah dan berganti dengan media lain, sehingga anak-anak tidak terbiasa lagi mendengar dongeng dari nenek, ayah, ibu, kakak atau abang. Kegiatan mendongeng juga ikut hilang di sekolah. Sehingga banyak pula guru yang sudah lupa dan bahkan tidak bisa bercerita atau mendongeng.
Mendongeng, itu adalah sebuah ketrampilan berbahasa yang seharusnya dikuasai oleh para guru, yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran di sekolah, bukan hanya untuk para guru yang mengajar di jenjang PAUD, tetapi juga di tingkat lanjutannya. Namun, karena budaya bercerita atau mendongeng selama ini sudah semakin jarang dijumpai dalam masyarakat kita, banyak guru yang tidak bisa atau tidak terampil mendongeng. Padahal, kalau ketrampilan ini masih dikuasai, para guru bisa membuat pembelajaran lewat cara mendongeng, yang membuat anak-anak akan senang belajar sambil mendongeng tersebut.
Ironisnya pula belum semua pendidik dan orang tua menyadari betapa pentingnya melestarikan budaya mendongeng ini. Selain itu, adanya anggapan bahwa mendongeng adalah suatu kegiatan yang sulit, menjadikan dongeng tidak menjadi opsi utama bagi pendidik dan orang tua dalam menyampaiakn informasi dan pesan moral kepada anak dan peserta didik.
Kini, di tengah renahnya minat baca dan belajar di kalangan anak-anak, termasuk di wilayah Kota Subulussalam, harusnya ada upaya untuk merevitalisasi budaya mendongeng tersebut. Jika dibiarkan kebiasaan dan budaya mendongeng mati, maka akan membawa pengaruh pada kemampuan berkomunikasi anak-anak yang berimbas pada renahnya kualitas SDM. Sementara, dalam konteks era milenial ini, terutama di Kota Subulusalam, kita harus menyiapkan SDM yang andal di masa depan. Dengan menyiapkan SDM yang berkualitas, akan membuat anak-anak mampu berkompetisi dalam berbagai sektor kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode praktis dan menyenangkan untuk mengedukasi anak-anak tentang moral, budi pekerti dan sains dalam upaya memunculkan minat baca anak. Salah satunya melalui mendongeng.
Nah, berangkat dari permasalahan dan kesadaran akan penting menghidupkan kembali budaya mendongeng, yayasan Rumah Kita, sebuah yayasan non profit yang berdiri pada bulan Agustus 2016 yang concerndengan masalah ini mengadakan kegiatan Mendongeng di lingkungan Yayasan Rumah Kita. Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari, pada hari Sabtu dan Minggu, 12-13 Januari 2019 dengan kegiatan yang bertajuk Subulussalam Mendongeng.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut dilakukan dalam dua kegiatan yang bersinergi. Kegiatan pertama di hari Sabtu, diadakan workshopmendongeng kepada guru-guru PAUD, TK, SD dan para orang tua di Kota Subulussalam. Peserta yang hadir berjumlah 198 orang dari sekitar 70 instansi atau sekolah yang ada di Subulussalam dan Aceh Singkil. Workshopini berlansgung selama dua sesi, sesi pagi dan siang.
Sementara pada hari Minggu dilakukan pula kegiatan mendongeng untuk anak-anak di Kota Subulussalam yang bertempat di halaman Yayasan Rumah Kita. Kegiatan ini juga diikuto oleh sekitar 100 anak yang terlibat aktif dan bersuka cita mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini menyedot perhatian dan rasa suka anak-anak. Mereka mengikuti acara ini dengan sangat antusias. Untuk memfasilitasi kegiatan ini, Yayasan Rumah Kita mengundang fasilitator dari tim dari Kampung Dongeng Medan. Kegiatan ini terlakasana atas kerjasama antara Yayasan Rumah Kita dan IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia) Kota Subulussalam.
Ke depan, Yayasan Rumah Kita Didirikan oleh dr. Risdianty Saragih M.Sc., Sp. PD. akan berupaya untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat Subulussalam mengenai pendidikan melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan inovatif, salah satunya kegiatan Subulussalam Mendongeng ini . Yayasan Rumah Kita secara sinergis akan bekerja untuk beberapa hal dalam upaya pengabdian dan pemberdayakan masyarakat. Seperti bidang pertanian, peternakan, ekonomi kreatif dan pendidikan.