Oleh : Sitti Zahara Tarmizi
Siswi SMA Negeri 1 Bandardua, Ule Gle, PidieJjaya
Suara halilintar membuat Sitti terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam yang ada di kamarnya, ternyata sudah sore. Ia bergegas ke kamar mandi. Setelah itu mengerjakan salat asar. Kemudian meminta izin sama ibunya.
“Mam.. mama.. Sitti ngaji dulu ya”(sambil menuju ke dapur)
“Iya nak, hati-hati” ( ibu memberikannya jajan, Sitti menyalaminya)
Dalam perjalanan menuju pesantren, Sitti bertemu seorang lelaki.
“Ini Sitti kan?” (Katanya sambil tersenyum)
“Iya, dari mana tahu nama Sitti? “( jawabku kembali bertanya)
“Masya Allah Sitti, kok kamu tidak kenal dengan aku lagi”(katanya lagi)
“Hehe.. maaf, Sitti lupa”(jawab Sitti lagi)
Lelaki itu terus berkata ” aku ini Amar, kakak letingmu dulu waktu SD” (sambil menunduk Sitti menjawab) ” hehe iya kak, ya sudah Sitti pergi ngaji dulu ya”
Dengan tampang agak kecewa, pemuda yang mengatasnamakan Amar tersebut berkata lagi
“Iya Sit.. boleh kakak antarin?”
“Gak papa kak, terima kasih atas tawarannya”(jawab Sitti tersipu malu)
“Ya sudah hati-hati ya”(kata Amar lagi)
“Iya kak”(kata Sitti sambil melanjutkkan langkahnya.
Keesokan harinya, Sitti ke sekolah seperti biasanya. Tanpa diduga ternyata Amar satu sekolah dengannya.
“Eh kak Amar,kok di sini”(kata Sitti terkejut)
“Eh Sitti, oya iya lupa aku ceritakan kemarin, aku pindah sekolah ke sini” (jawab Amar menjelaskan)
“Hehe.. iya kak, ya udah Sitti masuk dulu ya, teman-teman pada nunggu”(kata Sitti lagi)
Seperti biasanya, Sitti tetap menngaji dan sekolah. Bisa dikatakan hampir tiap hari bertemu dengan Amar. Hal itu, membuat Amar jatuh cinta.
” Sitti.. bolehkah ku ngomong sesuatu?” (Kata Amar suatu hari)
“Iya kak boleh”(jawab Sitti singkat)
“Bolehkah ku mengenalmu?”(kata Amar berharap)
Dengan rasa tidak mengerti Sitti menjawab lagi” Bukankah kita sudah saling kenal?”
Amar melanjutkan” maksudku mengenal lebih lanjut”
Sitti mengerut keningnya sambil berkata lagi ” Sitti semaki tak mengerti kak”
Amar menambahkan lagi” maukah kau menjadi pendampingku?”
Dengan mata terbelalak,Sitti menjawab” maksud kakak, jadi istri kakak?”
Dengan penuh kesabaran Amar berkata lagi
“Aku..aku… belum siap jadi seorang ayah, maukah kau jadi pacarku?”
Dengan wajah kesal Sitti menjawab” maaf kak, Sitti tidak suka pacaran, kalau kakak benaran sayang temui orang tua Sitti”(itulah Sitti, dia paling tidak suka kalau ada yang mengajaknya pacaran)
“Iya Sit.. Sitti kan bisa lihat sendiri kakak masih sekolah, belum bisa jadi ayah terbaik buat anak-anak kita nanti, kerjapun belum ada”(kata Amar panjang lebar)
Dengan tenang Sitti menjawab” kak.. sebelumnya Sitti minta maaf, kita mempersiapkan diri bukan dengan pacaran, tapi memperbaiki diri, soal kerja bisa kita cari sama-sama”
Dengan wajah menunduk malu Amar bergegas pergi.
Kejadian tersebut, membuat Amar sadar. Indahnya pacaran setelah pernikahan. Tahun pun berganti, tiba saatnya Amar ingin meminang Sitti.
“Assalamualaikum..”(Amar mengetuk pintu rumah keluarga Sitti tinggal)
Setelah dibuka, Amar menceritakan semua keinginannya. Ayah Sitti bertanya” apa yang membuat nak Amar melamar putri bapak?”
Dengan tenang Amar menjawab ” akhlaknya pak, putri bapak yang telah mengajak saya kepada kebaikan”.
Beberapa bulan kemudian, mereka menikah dan hidup bahagia.