Oleh Tetty Endriyani
Guru SMPN 3 Kec. Simpang Kanan, Aceh Singkil
Untuk menjadi seorang yang dikagumi atau dihormati oleh orang lain, tidak perlu menjadi orang lain. Tidak menjadi orang lain atau menjadi diri sendiri itu lebih baik, sebab dengan begitu berarti kita lebih jujur dan tidak berbohong, serta tidak ada yang ditutup – tutupi dari diri kita. Bersifat apa adanya dan tidak perlu berpura-pura seperti wajah yang memakai topeng.
“Tidak ada orang yang paling menderita melebihi orang yang tumbuh tidak menjadi jasadnya sendiri, tumbuh tidak juga menjadi gagasannya sendiri”. (Yoga Pernawijaya)
Banyak orang yang ingin menjadi sosok terbaik di mata orang lain dengan banyak melakukan perubahan pada dirinya. Misalnya saja dari gaya bicara yang diubah, hingga penampilan diri. Sebenarnya perubahan-perubahan pada diri kita yang menghilangkan jati diri kita, tak perlu dilakukan demi dipandang terbaik oleh orang lain. Cukuplah melakukan segalanya dari dalam hati dengan penuh ketulusan, karena kebaikan yang kita lakukan dari hati akan sampai pula ke hati.
Menjadi diri sendiri dengan menggali potensi yang ada pada diri dan mengembangkannya, akan mampu menutupi segala kekurangan diri yang kita miliki. Kemudian bersifat optimis akan potensi diri yang dimiliki ,kreatif, serta inovatif menjadikan kita sosok yang akan senantiasa dinantikan oleh banyak orang sebagai orang yang mampu memberikan inspirasi dan stimulus positif bagi orang lain untuk turut menjadi lebih baik pula. Tentunya semua itu tidak luput dari yang namanya motivasi, terutama motivasi dari dalam diri. Seperti dijelaskan dalam firman Allah, Al Qur’an Surat Al Imran : 139 berikut ini;
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamu orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman” (QS Al Imran : 139).
Tidak diperkenankan senantiasa memandang diri sebagai orang yang buruk atau penuh kekurangan, setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing . berpikir negatif terhadap diri sendiri menandakan kurangnya kita dalam bersyukur. Maksimalkan kelebihan yang kita punya untuk kebaikan pada orang lain walaupun sekecil mungkin dan jadikan kekurangan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri ini jauh lebih berarti.
Motivasi dari dalam diri sendiri adalah hal yang paling utama untuk mengembangkan percaya diri, karena akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan diri sehari-hari. Tak juga ditampikan bahwa orang tua, teman, pengalaman masa lalu merupakan motivator penting pembangkit kepercayaan diri.
Sirah Rasulullah dan para sahabat yang hidup pada masa kejayaan Islam. Salah satu contoh motivasi yang marak dengan bukti-bukti kepercayaan diri umat Islam dalam menghadapi umat dan individu lain. Kisah-kisah tentang Rasulullah dan para sahabat ini tentunya juga dapat dijadikan sebagai perbandingan bagaimana kepribadian Rasul dan generasi awal yang berpegang teguh pada Alquran dan Sunah . Sehingga akhirnya mereka mampu membawa Islam menuju zaman keemasan.