Oleh Tabrani Yunis
Pengelola Majalah POTRET dan Majalah Anak Cerdas
Aceh Carong, salah satu dari 15 program unggulan pasangan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf dan Ir. Nova Iriansyah setelah menang pada Pilkada yang lalu. Program komitmen politik pasangan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah yang kini sudah masuk ke tahun ke dua masa pemerintahan mereka. Program ini memang harus berjalan dengan lebih maju, agar janji mereka membangun pendidikan di Aceh secara lebih maju, cerdas, beradab dan bermartabat bisa terwujud dengan sukses. Bukan hanya sekedar berjalan, tetapi juga terlaksana sesuai dengan rencana atau berjalan pada track yang benar, sehingga harapan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan di Aceh di era rezim ini bisa melegakan hati.
Melihat fenomena yang ada di masyarakat Aceh, sejalan dengan popularnya program ini sudah menjadi icon yang dianggap tepat oleh banyak orang. Oleh sebab itu, program ini harus bisa disukseskan untuk mengobati rasa kecewa rakyat Aceh atas prestasi atau kualitas pendidikan Aceh yang masih tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang indikatornya, dilihat dari hasil survey, kajian atau evaluasi seperti UN dan UNBK dimana rerata integritas UN siswa Aceh berada pada angka 54.97, sementara secara nasional berada pada angka 63.28, membuat cara pandang kita terhadap pendidikan di Aceh ikut miring.
Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang menjadi actor di lembaga-lembaga pendidikan di Aceh masih rendah. Sehingga tidak heran bila semua ini berpengaruh terhadap neraca pendidikan nasional (NPD) Provinsi Aceh. Pada NPD Aceh tahun 2015, ada banyak kondisi yang belum membuat kita lega. Beberapa contoh saja, seperti index Pembangunan Manusia (IPM) Aceh, berada pada urutan ke 11 dari 34 provinsi di Indonesia. IPM Aceh pada tahun 2016 saja, masih sebesar 70 yang masih berada di bawah angka Nasional sebesar 70.18. Tentu bukan hanya indicator itu, masih ada indicator lain yang memperlihatkan ketertinggalan kita. Semua indikator yang mendorong masyarakat sekolah belajar mengejar angka dan lebih dominan pada ranah kognitif dan psikomotoris dan minim pada afektif. Lalu, apa yang selalu ingin diperbaiki adalah semua yang tampak di atas.
Sehingga pendekatan perbaikan pun dijalankan dengan menggunakan pendekatan pemadam kebakaran dengan fenomena gunung es. Artinya, selama ini kita hanya mengatasi masalah-masalah pendidikan yang tampak sebagai akibat dari sebuah tindakan atau perlakuan. Mengatasi masalah ibarat pemadam kebakaran. Karena tidak menyentuh akar masalah. Padahal, bila kita identifikasi dengan sungguh-sungguh, bahwa akar masalah rendahnya kualitas pendidikan kita, di semua sector adalah karena masyarakat kita, terutama peserta didik yang sedang berada di lembaga-lembaga pendidikan berada pada posisi malas membaca, bahkan sudah meninggalkan budaya membaca. Rendahnya budaya membaca, yang dipengaruhi oleh rendahnya minat membaca masyarakat, serta factor-faktor eksternal lainnya. Pertanyaan mendasar adalah bagaimana para peserta didik kita bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar, bila mereka malas membaca? Bila peserta didik kita banyak membaca, maka akan mudah bagi mereka menjawab semua soal yang diberikan. Oleh sebab itu, program Aceh Carong yang menjadi harapan yang besar bagi semua rakyat Aceh yang merindukan peningkatan kualitas pendidikan, harus menyelesaikan terlebih dahulu akar masalah ini. Masalah rendahnya budaya membaca ini, harus diselesaikan dengan membangun gerakan literasi di semua jenjang pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan yang dilakukan secara bersinergis oleh lembaga-lembaga atau instansi yang bertanggung jawab, seperti Dinas Pendidikan, Dinas pendidikan dayah, departemen agama dan dinas yang mengurus pendidikan luar sekolah. Bukan hanya itu, Badan Arsip dan Perpustakaan pun harus ikut bertanggung jawab dalam membangun budaya membaca di tengah-tengah masyarakat Aceh. Dengan demikian, tugas, fungsi dan tanggung jawab peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mewujudkan program Aceh Carong tersebut tidak hanya berada di pundak Dinas Pendidikan Provinsi.
Nah, menyukseskan program Aceh Carong yang beradab dan bermartabat tersebut harus dilakukan dengan menggerakan semua pihak, elemen yang terkait langsung, maupun tidak langsung. Lembaga-lembaga atau dinas terkait seperti Dinas pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota, Dinas Pendidikan Dayah, Departemen agama dan urusan luar sekolah, serta individu atau lembaga-lembaga inisiator pendidikan untuk secara bersama-sama menyatukan visi, misi tentang program ini serta mewujudkan kekuatan dengan bersinergi. Lalu, kemudian agar bisa membangun sinergi, semua pihak harus memiliki visi, misi, tujuan dan strategi serta langkah-langkah strategis yang sama. Oleh sebab itu semua ini harus disosialisasikan kepada semua pihak, termasuk sekolah-sekolah yang menjadi tempat, pelaksana kegiatan program ini. Bukan hanya itu, karena program Aceh Carong masih melangit, sangat diperlukan penjabaran program secara detail yang harus disosialisasikan kepada masyarakat Aceh, agar tidak salah dan cet langet, sehingga harapan yang terlalu besar dengan salah satu program unggulan ini bisa terukur. Oleh sebab itu, menjadi penting bagi pemerintah untuk menjabarkan program itu hingga pada turunan-turunan pelaksanaan dan actor-aktor yang terlibat dalam menyukseskan program tersebut. Hal ini penting pula untuk sekaligus meluruskan arah atau kiblat pendidikan Aceh yang sedang dalam posisi yang mengalami banyak distorsi dan disorientasi.
Nah, ketika program Aceh Carong, yang beradab dan bermartabat tersebut, secara ideologis, strategis serta semua konsep difahami dengan benar oleh setiap orang atau pihak yang dilibatkan untuk mencapai visi Aceh Carong tersebut, semua elemen bisa digerakan secara aktif, apalagi guru yang menjadi actor utama di lembaga pendidikan. Sehingga, masing-masing bisa berkontribusi sesuai dengan kapasitas masing-masing untuk mencapai impian Aceh Carong yang beradab dan bermartabat tersebut. Jadi, mewujudkan impian Aceh Carong tersebut adalah sebuah pekerjaan berat dan membutuhkan banyak kontribusi semua pihak. Oleh sebab itu, program ini harus menjadi agenda bersama, pemerintah, masyarakat, orang tua, sekolah (semua unsur di sekolah) serta individu-individu, lembaga-lembaga inisitor pendidikan yang ada di Aceh, maupun di luar Aceh. Grand designprogram Aceh Carong memang harus jelas, integral, terencana dan berkelanjutan. Juga harus menjadi bagian prioritas dalam RPJM partisipatif dalam artian melibatkan semua pihak terkait pendidikan. Akan semakin hebat apabila pelaksanaan program ini dilakukan secara transparans dan berdedikasi, hingga impian Aceh Carong yang beradab dan bermartabat bisa terwujud. Ingat! Banyak aspek yang harus disiapkan, terutama guru yang menjadi ujung tombak di sekolah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas guru, jangan hanya untuk kepentingan proyek yang sia-sia, atau sekadar menghabiskan anggaran atas nama peningkatan kapasitas guru dengan cara yang tidak jujur.