Oleh Zahra Zulchayra
Mahasiswi Prodi Perbankan Syariah, FEBI, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan ada beberapa faktor pemicu dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Satu diantaranya adanya perang dagang antara AS dengan China. Cepat atau lambat hal itu akan memberikan dampak pada kinerja ekspor dan impor Indonesia.
Faktor lainnya adalah tekanan dari nilai tukar rupiah itu sendiri. Kita tahu bahwa nilai rupiah mengelami penurunan hingga 15.000 rupiah. Hal ini menyebabkan harga barang pokoknya menjadi naik. Beban keluarga tidak tertahankan lagi, dan bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan bahkan yang sedang mencari pekerjaan?. Bukankah ini menjadi sebuah pertanyaan yang membutuhkan solusinya ?.
Masalah selanjutnya yang dihadapi Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), MEA yang digagas sejak tahun 2003 dihadirkan dalam deklarasi yang disebut dengan Bali Summit telah resmi diberlakukan sejak akhir tahun 2015. Presiden Joko Widodo pada November 2015 telah menyampaikan bahwa dalam forum perdagangan bebas ini, mau tidak mau, siap atau tidak, masyarakat Indonesia harus bersiap untuk berkompetisi dalam sebuah iklim ekonomi yang terbuka.
Persaingan para pencari kerja Indonesia bukan hanya di ranah negara sendiri, melainkan mereka harus bersaing bersama pencari pekerjaan se-Asean. Tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa kita belum siap bersaing di MEA. Menurut cermati.com pernah ada survei yang dilakukan di Jakarta dengan melibatkan 46 responden. Hasilnya, hampir 65% responden sepakat Indonesia belum siap menghadapi MEA. Sementara 26% berpendapat Indonesia sudah siap dan 9% responden berpandangan lain.
Di dunia yang dewasa ini, pekerjaan semakin sulit dicari, pengangguran semakin bertambah jumlahnya. Walaupun memiliki jenjang pendidikan yang tinggi seperti sarjana dan magister, belum tentu mendapatkan pekerjaan. Orang-orang berpendapat bahwa hidup yang bahagia itu adalah menjadi pegawai, sehingga baik lulusan SMA, sarjana dan magister berlomba-lomba mendaftarkan diri menjadi pegawai, hanya untuk mendapatkan gaji yang hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.
berlomba-lomba ingin menjadi pegawai walaupun tindak ingin menjadi pegawai dan bahkan tidak sesuai keahlian di bidangnya, secara tidak langsung mereka menciptakan dunia pengangguran mereka sendiri. Yaitu ‘pengangguran terselubung’. Bekerja tidak sesuai dengan skill yang dimilikinya, seperti seorang lulusan pertanian bekerja di perpustakaan dan banyak contoh lainnya.
Ketika seseorang bekerja tidak sesuai bakat minat dan skill, mereka akan menjalankan pekerjaan tidak dengan sepenuh hati, pekerjaan terasa membosankan. Melakukan keseharian yang itu-itu saja membuat mereka menyerah seakan makna hidup tidak mereka rasakan.
Beberapa waktu lalu Gallup Worlwide (sebuah lembaga riset internasional) melakukan survei tentang Motivasi Kerja Karyawan terhadap 73 ribu responden dari 141 negara di dunia, termasuk Indonesia. Hasil riset Gallup itu menunjukkan hanya 8% karyawan di Indonesia yang benar-benar memiliki level engagement yang tinggi, komitmen dan motivasi kuat dengan pekerjaannya. Sisanya, atau 92 % hanya melakukan pekerjaannya dengan begitu-begitu saja : berangkat, tugas selesai, pulang, lalu terima gaji di akhir bulan.
Kehidupan, manusia ingin selalu ada tantangan atau perbedaan dalam hidupnya. Kita sering mendengar kata-kata ‘bosan hidup seperti ini terus’. Ya, kata ini sering terdengar apalagi di kalangan pegawai dan mahasiswa. Tidak kecil kemungkinannya jika hal ini bisa saja membuat seseorang menjadi depresi dan bahkan bunuh diri. Karena, kekayaan bukan sebuah tolak ukur kebahagiaan seseorang.
Solusi dari kata ‘bosan hidup seperti ini terus’adalah kita melakukan enterpreneurship, yang dimana setiap kegiatan nya itu memiliki tantangan tersendiri. Ketika mereka bekerja menjadi pegawai karena mendapatkan upah, maka dalam enterpreneurship kita menciptakan lapangan pekerjaan, mengupah diri kita sendiri bahkan bisa memberi gaji orang lain.
Kata tertantang tidak lepas dari keberanian, maka untuk menjadi seorang entrepreneurship dibutuhkan keberanian dan tekat yang kuat. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh orang orang yang hanya mengandalkan gaji. Akan banyak tantangan entrepreneurshipyang akan membuat rutinitas kehidupan kita tidak membosankan atau itu-itu saja karena, ketika seseorang memasuki dunia entrepreneurakan banyak hal yang tak terduga terjadi dan pastinya keberanian dalam pengambilan keputusan sangat menentukan nasib usaha kita.
Menjadi seorang entrepreneur itu tidaklah mudah, akan ada masa naik turun dan tantangan akan selalu hadir. Bukankah entrepreneurshipitu merupakan tantangan? Dimana setiap langkah dan tindakan seorang entrepreneur itu memiliki resiko nya sendiri, enterpreneurship bukan hanya bertujuan menghasilkan laba tetapi juga bisa membuat hobi atau skill menjadi uang. Ketika kita melakukan apa yang kita senangi, maka tidak ada lagi kata-kata ‘bosan hidup seperti ini’.
Entrepreneurshipbukan hanya mencegah seseorang dari kata ‘bosan hidup seperti ini’ tetapi juga membuat kemajuan bagi perekonomian. Belajar dari masa Nabi Muhammad, perekonomian pada masa itu sangat berkembang dikarenakan adanya perdagangan.
Tidak berbeda dengan Indonesia, entrepreneur sangatlah berperan bagi perekonomian, bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini karena wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan. Dengan demikian, meningkatnya perkembanganentrepreneurshipdapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Akan banyak keuntungan yang didapatkan dengan kita melakukan entrepreneurship, selain bisa merubah rutinitas yang itu-itu saja kita juga membantu memperbaiki perekonomian Indonesia dan mengurangi pengangguran, tentunya akan menambah kebahagiaan yang kita rasakan dan rasio berkeinginan untuk bunuh diri tentunya berkurang bahkan hilang. Secara tidak langsung entrepreneurship itu sangat berarti bagi Indonesia.