• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Sunday, March 26, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Aceh

Aceh Menuai Bencana Ekologi

admin by admin
December 8, 2018
in Aceh, Aceh Tenggara, Banjir bandang, kerusakan hutan, WALHI Aceh
0
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
banjir bandang Aceh Tenggara
Oleh Team Walhi Aceh
Bencana  banjir bandang dan tanah longsor semakin sering melanda sejumlah daerah di Aceh belakangan ini. Peristiwa banjir badang dan tanah longsor itu terjadi silih berganti, seakan-akan banjir, termasuk banjir bandang dan tanah longsor tersebut menjadi peristiwa biasa.  Apalagi kini di musim hujan dan perubahan iklim yang ekstrim, perisriwa banjir bandang dan tanah longsor semakin tidak dapat dicegah lagi. Bencana banjir dan tanah longsor yang masih menyisakan penderitaan adalah peristiwa banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang desa Natam Baru, kecamatan Badar, Aceh Tenggara pada Jumat, 30 November 2018 lalu yang merusak dan menghanyutkan sekitar 23 rumah serta ratusan hectare lahan pertanian  masyarakat serta gagal panen. Selain itu tumpukan puing bangunan dan kayu gelodongan yang dihanyutkan banjir bandang hingga beberapa hari pasca banjir, masih belum dibersihkan.

Bukan hanya itu, sejumlah desa lain juga terkena dampak banjir bandang, seperti Desa Jonggar Kayu Mentangur, Kecamatan Ketambe, Desa Tuah Kerine, Desa Bunbun Indah, Bunbun Alas, Arih Mejile, Permata Musara dan Desa Seurakut, Kecamatan Leuser. Banjir bandang tersebut terjadi  bukan hanya karena diguyur hujan deras, tetapi karena banyak hutan yang telah rusak sehingga menyebabkan banjir bandang. Namun, alasan yang paling mudah adalah menyalahkan hujan yang deras.

 

Sebelum bencana bajir bandang yang menerjang wilayah Aceh Tenggara, banjir sudah melanda beberapa kecamatan di Aceh Utara, Bireun, Aceh barat, Aceh Barat Daya, Aceh selatan dan Aceh Singkil. Pendeknya, bencana banjir serta banjir bandang dan tanah longsor akan terus terjadi sejalan dengan perubahan cuaca ekstrim . Rentetan kejadian banjir, banjir bandang dan tanah longsor di tahun 2018 tersebut sudah banyak membawa dampak terhadap masyarakat.

WALHI Aceh mencatat, selama tahun 2018  telah terjadi bencana sebanyak 91 kali yang tersebar di 16 kabupaten/kota di Aceh. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi yaitu 43 kali, selain banjir juga terjadi kebakaran hutan 18 kali, kekeringan 8 kali, puting beliung 6 kali, longsor 3 kali, angin kencang 7 kali, abrasi 3 kali, dan erosi 2 kali.

 

Tingkat kerugian tertinggi disebabkan oleh banjir yang mengakibatkan 446 rumah dan 5 sekolah terendam dan rusak, ± 12.339 ha sawah gagal panen, 50.259 jiwa mengungsi, total kerugian yang diakibatkan oleh banjir mencapai Rp726,6 miliar. Kebakaran  hutan mengakibatkan ± 487 ha hutan dan lahan rusak, kerugian ditaksir mencapai Rp107 miliar. Kekeringan mengakibatkan ± 12.064 ha sawah tidak dapat dialiri dan puso, kerugian akibat kekeringan mencapai Rp114,8 miliar. Angin kencang mengakibatkan 260  rumah rusak dan 5 korban jiwa, kerugian mencapai Rp10,9 miliar. Puting beliung mengakibatkan 175 rumah rusak dan 5 korban jiwa, kerugian mencapai Rp7 miliar.  

 


Total dampak yang ditimbulkan oleh bencana mencakup 897 rumah rusak, ± 3.200 meter jalan rusak, 5 sekolah rusak,  ± 24.423 ha sawah gagal panen, 50.270 jiwa mengungsi, 1.728 jiwa mengalami krisis air, dan  ± 487 ha hutan dan lahan terbakar. Total kerugian yang dialami akibat bencana alam mencapai Rp 969,32 miliar. Sebuah nilai kerugian yang sangat besar, bukan?

Sangat besar memang. Apalai bila kita melihat fenomena alam yang semakin tidak bersahabat yang ditandai dengan kian seringnya terjadi bencana banjir di Aceh saat ini. Kondisi ini semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup  dan masa depan lingkungan di Aceh serta menjadi pertanda bahwa bencana ekologis akan mengancam Aceh di tahun-tahun mendatang. Seharusnya, semua pihak bangkit dan sadar untuk menyelamatkan hutan dari aksi perambahan hutan secara legal dan illegal di hutan Aceh yang semakin sengsara.

Related

Previous Post

Cinta Bintang Kelas

Next Post

BERWIRAUSAHA MASIH DIPANDANG SEBELAH MATA?

admin

admin

Next Post

BERWIRAUSAHA MASIH DIPANDANG SEBELAH MATA?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

TADARUS NYANYIAN QURANI

TADARUS NYANYIAN QURANI

5 hours ago
Museum Pijay

Museum Pijay

6 hours ago

Trending

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Kenakalan Remaja dan Peran Pendidikan Keluarga

4 days ago

Popular

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

1 month ago
MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago

5 Sepeda untuk Program 1000 Sepeda

6 years ago
Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

1 week ago

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

11 months ago

Spam Blocked

9,738 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version