Ilustrasi : Ikhtisar.com
Oleh Armad Maulidan
Mahasiswa Prodi Perbankan Syariah, FEBI UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Mungkin terkesan agak berani jika penulis membuat persamaan antara takut gagal sama dengan takut berhasil. Dengan pengalaman penulis yang belum banyak, tetapi realita saat ini memang seperti itu. Sebagian orang seakan-akan anti terhadap masalah dan kegagalan yang terjadi dalam hidupnya. Sehingga ia cenderung ingin bermain aman dalam setiap tindakan yang ingin ia lakukan. Biasanya, orang yang takut mengalami kegagalan dalam hidupnya merupakan orang yang kurang percaya diri, takut berproses dan takut mengambil risiko dalam tindakan yang ingin ia lakukan. Karena perasaan takut gagal terus menghantui pikirannya.
Biasanya, orang yang punya perasaan takut gagal yang berlebihan menganggap rasa takut gagal bagaikan pagar pembatas terhadap tindakan yang ingin ia lakukan. Sehingga ia hanya diam di tempat, tidak suka mengambil tantangan dan tidak siap mengahadapi masalah yang datang dalam hidupnya. Karena belum mencoba dan memulai ia sudah takut duluan, sehingga berefek negatif terhadap dirinya. Hal ini membuat ia tak akan pernah maju karena tidak berani mengambil sebuah tindakan dan terlalu banyak alasan. Alasannya mungkin tidak jauh-jauh dari kata pasti tidak bisa,pasti kalah, pasti salah dan banyak alasan lainnya.
Padahal, jika kita mampu menjaga dan mengelola rasa takut gagal yang ada dalam kita, justru rasa takut tersebut bisa berefek positif terhadap diri kita. Mengapa bisa berefek positif ? Sudah mulai ngawur penulisnya. ups, tunggu dulu. Rasa takut gagal bisa berefek positif terhadap diri kita, karena dengan adanya rasa takut tidak berhasil, takut salah, takut kalah, takut produk tidak laku, takut tidak mampu bersaing dan segudang rasa takut lainnya, jika kita mampu menjaga dan mengelola dengan baik membuat kita lebih hati-hati, lebih teliti dan menghindari kesalahan sekecil apapun dalam melakukan sebuah pekerjaan, serta ingin selalu terlihat sempurna di mata orang. Baiklah penulis contohkan dalam dunia bisnis, jika seorang pebisnis bisa menjaga dan mengelola perasaan takut tadi dengan baik, tentu dalam menciptakan produk yang ingin dijual ia tidak akan menciptakan produk yang asal-asalan. Karena ada rasa takut produk tersebut tidak diminati dan takut tidak laku di pasaran. Hal ini merupakan salah satu contoh efek postif jika kita mampu menjaga perasaan takut yang ada dalam diri kita.
Tetapi kita mesti ingat, kebanyakan orang sukses itu tidak langsung sukses dengan sekali mencoba. Banyak kegagalan dan rintangan yang ia lalui sebelum mencapai titik kesuksean yang ia raih saat ini. Kita bisa belajar dari pengalaman Chairul Tanjung yang memiliki julukan si anak singkong. Beliau merupakan seorang pengusaha sukses dan salah satu orang terkaya di Indonesia pada saat ini. Menurut yang penulis baca di om google, ternyata sebelum menjadi pengusaha sukses seperti saat ini beliau juga mengalami banyak kegagalan dalam bisnisnya, namun ia jadikan kegagalan tersebut sebagai pembelajaran dan guru terbaik dalam hidupnya dan ia belajar dari kesalahan, sehingga ide-ide dan inovasi baru banyak bermunculan. Kegagalan tidak membuat beliau takut dan menyerah justru menjadi tantangan tersendiri bagi beliau untuk menaklukkan dan menghabiskan seluruh jatah kegagalannya, sehingga bisa sukses seperti yang kita lihat saat ini. Penulis mengutip salah satu perkataan beliau yang memotivasi banyak orang yaitu “ hanya butuh satu kesuksesan untuk menutupi seribu kegagalan”. Dari petuah tersebut dapat penulis fahami bahwa untuk mencapai kesuksesan kita mungkin mengalami banyak kegagalan, rintangan dan masalah lainnya yang mesti kita lalui, namun jangan sampai kegagalan tersebut membuat kita patah arang dan takut mencoba lagi. Sehingga menghambat keberhasilan yang sudah di depan mata datang menghampiri kita. Tapi jadikan kegagalan sebagai pelecut semangat untuk mendapatkan ide-ide baru dan untuk mencapai keberhasilan yang selalu diimpikan. Dan hal yang perlu diingat kalau kamu takut gagal dan takut mencoba lagi berarti kamu takut berhasil.