Oleh Auliana Rizky
Mahasiswa FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unsyiah, Banda Aceh
Matahari terbit, pagi yang cerah membuat dunia semakin terang, orang-orang akan memulai aktivitas seperti biasanya. Orang tua mencari nafkah untuk keluarganya, pemuda-pemudi bergegas menuntut ilmu. Hari ini adalah hari pertama kuliah. Sinta adalah seorang gadis yang kaya raya. Sinta yang dulunya hidup dengan serba kelebihan dan fasilitas yang cukup, akan tetapi Sinta menginginkan hidup biasa-biasa saja. Ketika Sinta melanjutkan kuliah, dia tidak menerima apapun fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya, kecuali handphone dan bahkan dia tidak mengizinkan orangtuanya mengantarkannya waktu Sinta mau kembali ke kosnya di tempat Sinta kuliah. Hari ini adalah hari pertama kuliah. Sinta sebagai mahasiswa baru, dia merasa canggung ,tetapi dia sangat mudah berteman dengan orang lain.
Pagi itu Sinta bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Keceriaan sangat tampak di wajah Sinta. Sinta akan membuka lembaran baru dan berusaha untuk menjadi perempuan yang lebih mandiri. Dia pergi ke kampus dengan mendayung sebuah sepeda yang diberi nama Pinky. Karena baru pertama kali naik sepeda, kaki Sinta bengkak, bahkan tidak bisa berjalan sehari itu. Kemudian lama-kelamaan Sinta pun sudah terbiasa. Dengan penampilan Sinta yang begitu Glamour, teman-teman sekampusnya tidak percaya bahwa Sinta berasal dari keluarga miskin.
Hari ini Sinta kuliah hanya satu mata kuliah. Sinta ingin membaca buku di perpustakaan. Sesampai di sana, Sinta melihat bahwa orang lain tidak sendiri. Mereka bersama pacar dan temannya sendiri. Sinta tetap bersikap seperti biasa dan melanjutkan mencari buku. Buku yang Sinta cari ternyata ada di rak ke tiga. Sinta terpaksa naik bangku, dalam hati ( Aku pendek lagi, tangan aku tidak sampai).
Dari kejauhan seorang cowok memerhatikan Sinta kesusahan dalam mengambil buku itu, tiba-tiba cowok tersebut menghampirinya dan berkata “ Sepertinya kamu sangat kesusahan, biar aku saja yang mengambilnya”. Sinta terdiam dan menatap pria itu. Pria itu adalah senior terkeren di kampus. Namanya Rangga. “ Hei kok bengong? Ini bukunya”, Tanya pria itu sambil memberi buku tersebut, “ Oh iya. Terima kasih banyak ya sudah mau membantu aku”, Jawab Sinta dengan nada yang lembut dan tersenyum.
Dua hari kemudian Sinta bertemu lagi dengan Rangga. Mereka bertemu saat Sinta hampir saja ditabrak mobil saat menyebrang jalan. “ Lain kali kalau jalan itu hati-hati dek, lihat kanan kiri kamu, bukannya bengong”, Ungkap Rangga, dengan tatapan yang shock. Sinta memerhatikan cowok itu, “ Kamu?, lanjut Rangga dengan nada terkejut, “ Eh kamu, bukannya kamu yang bantu aku kemarin pas di perpus ya?”, Lanjut Sinta. “ ketemu lagi deh kita dek”, ungkap Rangga. Setelah berkenalan dan saling membagi nomor telepon, mereka sering komunikasi, bahkan sampai video call dan saling memberi kabar dan juga sering mengajak untuk bertemu. Rangga sangat perhatian kepada Sinta. Begitu juga dengan Sinta, sampai Rangga berkata “ Oh iya kapan kamu ada waktu kosong kalau malam?”, “waktu kosong? Ada sih cuma kalau lagi buat tugas yah. Waktu aku ngga kosong lagi deh, kenapa emangnya?”, tanya Sinta dengan penuh kebingungan. “ Aku mau ngajak kamu ngedate, kita jalan-jalan, makan-makan, pokoknya kemana aja deh”, lanjut Rangga, “ oh gitu “, Sahut Sinta dengan polosnya.
“Kok cuma oh? Aku butuh jawaban, aku rindu. Kamu sibuk akhir-akhir ini. Kita sudah jarang ketemuan” , Perjelas Rangga, “ Tapi aku tak biasa keluar malam. Aku takut, kamu jemput ya?’’, Tanya Sinta, “ Iya sayang dijemput, kan tak mungkin aku biarkan kamu jalan sendirian, ntar diculik ngga ada lagi kayak kamu”, gombal Rangga. Sinta akhirnya pun mengiyakannya. Hari demi hari mereka lalui dan Sinta pun berhasil dibuat jatuh cinta oleh Rangga. Sinta sempat berfikir bahwa Rangga mencintainya.
Beberapa hari kemudian Rangga melihat Sinta kuliah naik sepeda. Rangga tidak bisa terima. Dia merasa malu, apalagi dia pernah melihat Sinta jualan kue di kampus. Rangga merasa bahwa Sinta itu tidak cocok dengannya. Sebulan berlalu Sinta merasa bingung karena Rangga tidak pernah memberi kabar kepadanya lagi. Sinta sering memikirkan tentang Rangga setiap hari. Karena Sinta tidak pernah diberikan perhatian oleh lawan jenisnya bahkan baru kali ini Sinta jatuh cinta kepada cowok yaitu Rangga.
Sinta mondar-mandir, dan sering mengecek hpnya, bahkan terlebih lagi saat telponnya berbunyi. Saat itu Sinta memberanikan diri untuk chat Rangga “ Kamu ke mana aja? Lama sudah tak ada kabar, kamu lagi sibuk ya? “, chat Sinta sangking rindunya terhadap Rangga, “ Maaf, aku sibuk sekarang,” Jawab Rangga, “ Oh kamu sibuk ya? Tak apa-apa, kita chat saja ya. Maaf sudah mengganggu”,Jawab Sinta, Rangga tidak read chat Sinta dan dia percaya bahwa Rangga sedang sibuk.
Dua minggu kemudian Sinta sedang jualan di kampus, tiba-tiba Sinta
Beberapa hari kemudian Sinta tidak dihantui lagi oleh bayangan Rangga. Dia terlihat seperti biasa dan ceria kembali. Malam itu setelah mengerjakan tugas, Sinta keluar dari kamar dan melihat keindahan malam lewat jendela. Bintang bertaburan, bulan yang sangat cerah, dan gerlap gerlipan cahaya dari berbagai pelosok. Orang-orang sangat bahagia tampak di bawah, dan perasaan Sinta muncul memikirkan Rangga kembali. Angin terasa begitu sangat dingin. Bayangan Rangga kembali menghantuinya, akan tetapi Sinta akan membunuh perasaan itu. Dia akan menunggu orang yang memang benar setia dengannya apapun yang terjadi.
Sinta akan melanjutkan Kuliah ke luar negri karena dia mendapatkan beasiswa prestasi. Malam itu dia tidur dan ingin melupakan semuanya, karena dia akan pergi dari semua kenyataannya itu. Angin memang pandai memutar cerita. Angin malam ini hanya membuat rinduku semakin menggebu.