Oleh Lina Zulaini
Untuk kamu:
“Yang namanya tak pernah berani ku sebut dalam doa”
Rupanya Oktober belum cukup menyiksa ini batin.
Lewat cerita, udara, ombak, mendung hingga pelangi mencambuk jiwa untuk tinggal.
Sampai aku tergopoh walau hanya merangkak.
Berpisah setara tujuh masa silam.
Ku pikir terik sudah berhenti mengejar hati untuk dipesiang.
Nyatanya, tiba kembali satu sosok yang tak harap dengan membawa nama yang sama.
Pada bulan kugantung satu nama.
Yang hingga kini tak pernah berani ku sebut dengan badan lidahku.
Satu nama yang selalu ku ingat namun ingin ku lupa.
Satu nama, yang hingga ini bulan masih terjerat bersama mimpiku….
November baru mulai menyapa hati.
Tapi sukma ini telah dulu tahu akan kabar datangnya.
Lewat hujan dikabarkan oleh sang nama.
Pun raga telah sedia menikmati hujan dengan harap hilang ingat akan yang bernama,..
Namun hujan semakin iba melihat aku masih kering walau diguyur deras.
Sangat kasihan melihat aku bertahan di tengah badai tapi tak goyah.
Kemudian hujan hanya termenung ketika aku bercertia tentang sang nama yang aku sebut ‘KAMU’….
Hingga hujan berkata:
“Sabarlah hingga Tuhan kita membuka hatinya”
Barueh, 8 November 2018