(Keluhan Bumi Persada)
Oleh : Dhea Pradiza Anzelin
Prodi Perbankan Syariah, UIN Ar-raniry
Ketika fajar menyapa diantara rerumputan yang gersang
Ada tertinggal setetes embun yang masih melekat
Di antara himpitan batuan cadas
Ku tau…
Lambaian nyiurmu tak lagi menyapaku
Gemercik butiran airmu tak lagi menegurku
Semilir hembusan anginmu tak lagi membelaiku
Dan hangatnya mentarimu tak lagi melantunkan senandung lagu merdu
Duhai bumi persada…
Kini kau rapuh
Kini kau luluh
Kini kau lusuh
Dan kini kau jatuh diantara cengkraman penguasa alam
Ku tau…
Badai yang kau hembuskan
Banjir yang kau alirkan
Longsor yang kau datangkan
Dan gempa yang engkau timbulkan
Adalah jeritmu, tangismu dan keluhanmu
Ketika nuansa yang engkau ciptakan tlah terjerat oleh waktu yang di ciptakan terpaksa
Bukan kau tak ramah
Bukan kau tak bersahabat
Dan bukan pula engkau tak santun
Tetapi itu adalah tanda darimu agar hidup tetap berjaga-jaga
Kini…
Nuansa kasihmu tlah terjerat
Terjerat oleh kemunafikan!
Kala senja berlalu
Kau merintih
Diantara rerumputan gersang
Dan dedaunan yang tak lagi melambai
Disini…
Ku hanya bisa menggenggam setangkai bunga anyelir
Lambang kasih suci
Semoga penguasa alam merasakan rintihanmu
Dan terpatri di dalam hati
Karena hidup masih terlalu panjang
Sepanjang hembusan anginmu yang rebah
Di bahu kananku.
Nice..