Ilustrasi : Republika
“Mengajar Al Quran bagi mahasiswa non muslim, Amerika Serikat, adalah salah satu pengalaman terbaik seumur hidup saya ketika berada di luar negeri,.. ya, Ngajar AL-Quran di Amerika Serikat.. MasyaaAllah”.
Oleh Zaujatul Amna*
Negara Amerika dikenal dengan sebutan Paman Sam, di mana penduduknya mayoritas non-muslim, belum lagi berita di media yang adanay rasis terhadap agama tertentu. Sebagai negara adikuasa, negara Amerika Serikat memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, maupun bagi para pelajar Indonesia, termasuk saya. Ya, Sudah sebulan berada di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat untuk mengikuti program Short coursedi Oberlin College, Ohio State, USA memiliki arti yang sangat spesial bagi saya secara pribadi, tentang mengajar alquran. Berikut cerita pengalaman saya. Saya yang berasal dari kota Banda Aceh, bagian paling ujung pulau Sumatra harus rela menempuh perjalanan selama lebih kurang mencapai 24-25 jam yang ditempuh selama 3 hari perjalanan, jika dihitung dengan waktunya Indonesia.
Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan, namun keinginan untuk mencari ilmu dan karunaiNYA di bagian benua lainnya tak mematahkan semangat saya, meskipun capek kerap kali mendera dikarenakan perjalanan yang terbilang cukup jauh ini. Ini adalah kali ke 7 saya menginjak kaki keluar negeri, namun saya selalu takjub akan setiap keindahan yang DIA lukiskan di setiap sisi negara yang saya kunjungi, demikian halnya dengan Amerika Serikat.
Pengalaman yang tak kalah hebatnya kali ini, begitu kaki melangkah keluar dari pesawat di Bandara O Hare Chicago Amerika Serikat, langsung disambut dengan musim salju yang sangat luar biasa. Musim yang berbeda 180C berangkat dari Aceh 37 C menjadi -15C, sebuah pemandangan yang sangat luar biasa. Bahkan diberitakan bahwa suhu dingin ekstrem sedang meliputi sebagian besar negara Amerika Serikat tahun ini, mencapai -12 sampai dengan minus 15 dengan perkiraan hembusan angin bertiup 64 hingga 96,5 km per jam menjadikan suasana menjadi semakin dingin di kota tersebut. Cuaca ekstrem yang menjadikan negara Amerika Serikat terlihat bak lautan salju, yang mampu menutupi semua akses jalan. Bahkan sejumlah penerbangan dibatalkan karena cuaca yang sangat ekstrem ini. Selain itu, beberapa negara bagian di selatan mengalami hujan salju untuk kali pertama, bahkan dari beberapa berita lokal diberitakan bahwa suhu ekstrem ini telah menewaskan sedikitnya 12 orang dikarenakan cuaca yang sangat ekstrem ini.
Sebagai seorang pengajar yang berlatar belakang psikologi, saya harus bisa dan pandai membawa diri agar tidak terlalu lama “berdamai” dengan shock culture, sehingga tidak menjadikan diri saya kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan setempat. Mendapatkan kesempatan untuk kembali menjadi fellowship di luar negeri merupakan sebuah hal berharga bagi siapa saja termasuk saya. Ini adalah kesempatan kedua bagi saya mendapatkan kesempatan untuk sebuah program pertukaran staf pengajar diluar negeri. Kali ini saya mendapat kesempatan untuk menjadi fellows di Amerika serikat, yang memiliki tujuan salah satunya yaitu mempelajari dan mengadopsi “American style education” yang pastinya akan sangat bermanfaat bagi saya secara personal sebagai seorang pengajar selama berada dikampus Oberlin, OHIO, USA. Oberlin merupakansebuah kota yang terletak di Kabupaten Lorain, Propivinsi Ohio, Amerika Serikat, barat daya Cleveland. Oberlin adalah tempat dari Kolese Oberlin, sebuah kolese seni liberal dan konservatorium musik dengan jumlah siswa sekitar 3,000-an jiwa.
Kota Oberlin dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki cuaca cukup ekstem saat ini, dimana suhu mencapai -12 C. Di sisi lain, kota ini dikenal dengan sistem pendidikan yang terbilang cukup baik dengan mengedepankan metode “membaca”. Setiap perkuliahan akan dimulai, semua mahasiswa diwajibkan membaca 2 atau 3 buku sebelum pertemuan dimulai.
Banyak hal yang dipelajari di wilayah kota Oberlin ini, yang dominan adalah umat kristen dan sebagian dari mereka juga penganut liberal ataupun atheis, namun hal lain yang membuat saya takjub adalah sikap mereka yang sangat “ramah” terhadap saya sebagai satu-satunya perempuan yang berjilbab di antara ribuan mahasiswa lainnya. Setiap berpapasan di jalan, selalu ada rasa tegur-menegur meskipun USA terkenal dengan Budaya yang terbilang “cukup cuek” secara personal, namun tidak demikian di kampus Obelrin ini. Mahasiswa, dosen bahkan profesor sekalipun sangatlah ramah ketika kami berpapasan di jalan. Seakan sudah menjadi budaya dari masyarakat sekitar, selalu membiasakan diri dengan ucapan “ apa kabar?, terimakasih dan semoga harimu menyenangkan”. Tidak hanya berhenti di situ, saya dimintai untuk mengisi satu kelas di program studi kampus Oberlin untuk menganjar dan diskusi seputar Alqur’an, baik tentang cara membaca, memahami dan juga arti Alquran bagi kami secara pribadi. Alhamdulillah rasanya, atas karunia Allah Ta’ala memberikan pemahaman yang luar biasa dalam diri saya dalam memahami dan membaca Al-quran, sehingga saya mampu mengajarkannya kepada mereka yang tertarik untuk belajar. Saya mengisi satu sesi perkuliahan diskusi dan sharing tentang Al-Quran. Hal ini menjadikan saya bangga dan bahagia, tidak hanya sebagai seorang muslimah, namun juga dikarenakan kesediaan dan ketertarikan mahasiswa Amerika dalam memahami Al-quran tanpa adanya rasis tertentu. Bahkan sangat jauh dari hal-hal yang diberitakan di media saat ini. Malah mahasiswa terlihat sangat ”excited” selama perkuliahan tentang Al-Quran berjalan, yang menjadikan kami terlibat diskusi seru dan menyenangkan. Kami mencoba mengenalkan mereka tajwid, tartil dan juga tilawah tentang Al- Quran. Menjadi sangat luar biasa ketika kami mencoba membaca Alquran semua mahasiswa hening seakan mereka paham, apa yang sedang kami bacakan, meskipun mahasiswa yang hadir pada saat itu adalah penganut liberal ataupun atheis. Bagi saya ini menjadikan pengalaman terbaik saya di Amerika, mengajarkan Qalam-NYA di benua yang “belum memercayaiNYA”.
Tidak hanya seputar Al-Quran s aja, kami juga mengenalkan tentang Islam, tentang pemakaian jilbab, alasan kenapa jilbab harus dikenakan bagi muslimkah dalam Islam, beserta juga aturan-aturan yang disusun Islam sedemikian rapi terhadap tata cara dalam kehidupan. Hal ini juga menjadikan topik yang sangat diminati oleh mahasiswa di Kampus Oberlin Amerika Serikat itu. Selama mengikuti progarm shortcourse di USA, mengajar Al Quran bagi mahasiswa non muslim, Amerika Serikat, adalah salah satu pengalaman terbaik seumur hidup saya ketika berada di luar negeri, ya, Ngajar Quran di Amerika. Masya Allah. Ingin rasanya terus bisa menyampaikan Qalamnya selama berada di sini, sesuai dengan hadist yang menyatakan bahwa“ sampaikanlah dariKU, walau hanya satu Ayat” (HR. Bukhari). Juga dikatakan bahwa ”Sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Al-quran dan mengamalkannya”. Teruslah menebarkan kebaikan di muka bumiNYA, dengan segala kemampuan yang kita miliki. Semoga menjadikan ladang dakwah bagi kita umat muslim dan menjadikan kita semakin dekat denganNYA. Amiin.
*Penulis adalah Staf Pengajar Program Studi Psikologi FK Unsyiah yang saat ini sedang menjadi peserta short course Oberlin Shanshi Visiting Scholar di Oberlin, Ohio, Amerika Serikat.