Oleh Suci Lestari SE
Guru SMAN Kota Bahagia Aceh Selatan
Gagal, dari sekian kali kegagalan, kali ini merasa terkalahkan oleh diri sendiri, oleh tekad sendiri. Mulai mengerti yang bahwa hidup itu adalah tentang bagaimana kita menyikapi keberhasilan orang lain dan menerima kegagalan kita dengan lapang dada. Ada saatnya kita berada di puncak, berada di atas semua kegagalan orang lain. Adakalanya pula kita berada di bawah, di paling akhir keberhasilan orang lain. Lalu, saat itu terjadi kita harus tahu bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih indah dibandingkan rencana kita. Tuhan Maha adil. Hanya perlu yakin dan percaya bahwa kali ini Tuhan memberi kita kegagalan karena ingin melihat seberapa besar usaha kita untuk bangkit, seberapa besar kita bisa berjuang kembali. Seberapa besar usaha kita untuk menjadi seperti semula.
Minta maaflah pada diri, karena telah merasa terpuruk, telah merasa jatuh sejatuh jatuhnya. Tanpa menyadari bahwa kegagalan memang akan tetap diingat menjadi kegagalan, namun akan menjadi satu-satunya penyemangat menuju kesuksesan. Tidak ada orang lain yang bisa membuat kita bangkit kecuali diri kita sediri, namun dari mereka kita bisa belajar bahwa hidup ini tidak hanya berhenti disebuah waktu, mereka akan terus berjalan, seperti pedal kamu hanya tinggal menyeimbangkannya agar tak terjatuh, mengayuh ke bawah dan ke atas.
Begitu pula hidup terkadang kita di bawah terkadang di atas. Azhar Nurun Ala pernah menuliskan sebuah cerita di dalam novelnya tentang bagaimana segerombolan katak gagal mencapai puncak menara, dengan pengecualian satu katak tuli diantara sekian banyak katak normal yang berhasil. Kenapa? Karena katak tuli tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain, meskipun gagal berulang kali dia akan tetap berusaha kembali, melompat dan memanjat agar mencapai puncak. Seperti itulah seharusnya kita, terkadang kita hanya perlu menjadi tuli dari cemoohan orang lain.