TAKENGON – Menjaga kelestarian budaya dan keasrian alam di dataran tinggi Gayo, merupakan tanggung jawab dari setiap komponen masyarakat dari empat kabupaten setempat: Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues.
Ragam budaya dan hasil alam yang dimiliki keempat kabupaten di dataran tinggi Gayo masih terus dipertahankan baik dengan membuat aturan (regulasi), sosialisasi, hingga promosi agar terus terkenal ke seantero dunia untuk mengundang wisatawan.
Even akbar Gayo Alas Mountain International (GAMI) Festival 2018 yang kini berlangsung di Takengon sejak 14 September hingga 24 November 2018 pun tak disia –siakan. Keempat kabupaten itu turut menampilkan ragam seni budaya melalui pawai budaya dataran tinggi Gayo atau ‘Gayo Alas Art Carnival’ pada Minggu 16 September 2018.
Lewat karnaval, para peserta yang melibatkan sejumlah siswa SD, SMP, SMA, dan SMK memakai baju adat, baju kreasi seperti kostum daur ulang, aktivitas sehari-hari, hingga bernuansa kopi. Karnaval digelar dengan berjalan mengelilingi Kota Takengon sembari menampilkan tari guel, seni didong, saman, bines, dan sejumlah kesenian khas Gayo.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Kadis Parpora) Aceh Tengah, Khairuddin Yoes mengatakan, kegiatan itu bertujuan untuk memperkenalkan kepada wisatawan bahwa kondisi (keadaan) lingkungan dan masyarakat yang ada, menyatu dengan alam.
Kombinasi antara alam, budaya, dan masyarakat yang ada saat ini dikatakannya harus tetap dipertahankan. Jika perlu, semua diperkenalkan hingga ke tingkat nasional bahkan internasional.
Mengenai konsep kopi, bahan baku minuman yang mendunia ini sudah menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Gayo.
“Ini mungkin karena sebagian besar masyarakat kita hidupnya dari kopi. Membangun ekonomi masyarakat juga tidak terlepas dari kopi. Jadi sekarang Alhamdulillah kopi kita sudah dikenal secara lokal, nasional, maupun internasional,” jelasnya.
Sementara bagi warga sekitar, karnaval ini menjadi sebuah hiburan. Selain itu, kegiatan bertema ‘Budaya, Kopi, dan Alam’, akan menambah daya tarik bagi pengunjung selama GAMIFest maupun sesudahnya nanti dan Gayo dapat dikenal oleh daerah lainnya.
“Senang dan sengaja datang untuk bisa melihatnya, ada nampak (ditampilkan) pakaian adat,” kata warga bernama Ema. “Semoga budaya Gayo bisa dikenal ke luar,” harap Khairuddin.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Amiruddin melalui Kepala Bidang Pemasaran Rahmadhani mengatakan, pawai budaya atau Gayo Alas Art Carnival merupakan salah satu dari sejumlah agenda GAMIFest 2018 di Takengon.
Langkah ini diharapkan akan terus mendorong masyarakat dataran tinggi Gayo untuk mempertahankan adat, budaya serta hasil alam yang dimiliki. Sehingga akan terus menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke wilayah datarang tinggi Gayo.
“Dataran tinggi Gayo yang kaya dengan seni, adat budaya dan hasil alam serta destinasi wisata perlu terus dipertahankan dan dipromosikan, termasuk mengembangkan pembangunan bidang sarana dan prasarana,” katanya.
Lebih lanjut, kata Rahmadhani, ada tiga unsur yang harus dipersiapkan dalam pengembangan wisata sehingga dikunjungi wisatawan. Yaitu, aksesibilitas (akses lokasi mudah dijangkau), amenitas (pelayanan) dan atraksi (daya jual). Pun demikian, dukungan masyarakat dan media lokal untuk kesuksesan Gayo Alas Mountain International Festival 2018 dengan ragam kegiatan menarik dan unik sangat diharapkan