Oleh: Nurwahdiah
Kelas IX A SMP Negeri 3 Bandar Dua, Ule Glee, Pidie Jaya
Cerita ini diangkat dari seorang gadis yang bernama Wulan. Wulan adalah seorang gadis yang mempunyai sifat rendah hati. Teman-teman sekolahnya sangat suka berteman dengannya. Jika ada temannya yang meminta pertolongan, Wulan selalu siap membantu. Wulan juga termasuk anak yang pandai di sekolahnya. Prestasi belajarnya sering membuat Wulan diminta untuk mewakili sekolah pada perlombaan-perlombaan, satu lagi kelebihan yang dimiliki oleh Wulan adalah dia pandai menghafal ayat-ayat suci al-Quran.
Ayah dan ibu Wulan sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Meskipun tidak mempunyai saudara di rumah, Wulan tidak pernah manja. Kakek dan nenek Wulan yang tinggal di luar kota sering mengunjunginya untuk melepas rindu dengan cucu kebanggaannya itu. Sekaligus juga untuk menemani Wulan di rumah.
Minggu depan Wulan harus pindah tempat tinggal ke kota lain. Ayahnya mendapat tugas untuk menjabat sebagai kepala kantor baru oleh atasannya. Wulan merasa sedih sekali karena harus berpisah dengan teman-temannya. Wulan mempunyai banyak teman dan sahabat di sini. Dia tidak pernah membeda-bedakan dalam memilih teman, kaya ataupun miskin semua dijadikan teman olehnya. Bahkan, Satpam sekolah dan tukang becak pun sangat akrab dengan Wulan.
Jika waktunya berangkat sekolah, pak Rafiq tukang becak langganannya itu selalu siap mengantar dan menjemputnya ke sekolah. Setiba di sekolah, orang yang pertama disapa Wulan adalah pak Herman, Satpam sekolah.
“Ahh… aku pasti akan kehilangan mereka semua”, keluh Wulan yang tidak mau berpisah dengan sahabat, teman dan guru-gurunya di sekolah. Dian dan Lala yang menjadi sahabat Wulan sejak taman kanak-kanak adalah orang pertama yang diberitahu akan kepindahannya ke kota lain.
Sahabat Wulan ini sangat sedih mendengar ceritanya, bahkan Dian sampai meneteskan air mata karena sahabat yang selalu rendah hati ini harus pergi meninggalkannya. Itu artinya, tidak akan ada lagi Wulan yang selalu ceria dan mau membantunya jika dia mengalami kesulitan dalam belajar. “Wulan, kapan kamu akan berangkat?” tanya Lala dengan nada sedih. “Mungkin tiga hari lagi La, menunggu ayahku menyelesaikan dulu pekerjaan kantornya”, jawab Wulan“. “Nanti jika kita sudah berpisah, kamu tidak akan melupakan kita kan, Lan?” tanya Dian sambil terisak, “insya Allah aku akan selalu mengingat kalian sahabat-sahabatku yang paling baik”, jelas Wulan pelan. Ketiga sahabat itu berpelukan dan berjanji untuk saling menjaga persahabatan yang telah lama mereka jalin.
Tidak hanya sahabat Wulan yang merasa sedih, teman dan guru-gurunya di sekolah ikut merasa kehilangan. Bapak dan Ibu guru berpesan kepadanya untuk menjaga diri baik-baik dan tetap bersikap rendah hati kepada semua orang. Pak Rafiq dan pak Herman juga memberi pesan yang sama kepada Wulan, sementara itu teman-teman Wulan memberikan sebuah foto mereka bersama sebagai kenang-kenangan akan masa-masa indah yang telah mereka lalui bersama.
Hari keberangkatan pun telah tiba, ayah dan ibu Wulan memasuki barang-barang ke dalam mobil. Seluruh tetangga dan teman-teman Wulan berkumpul di rumahnya untuk mengucapkan salam perpisahan, wulan tidak kuasa menahan tangisnya. Namun, dia harus tetap tabah karena suatu hari nanti pasti dia akan bertemu kembali dengan sahabat dan teman-temannya.
Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa rendah hati merupakan suatu bentuk perbuatan yang menunjukkan penghargaan kepada orang lain, sehingga ia mudah membantu orang lain yang membutuhkan. Dan mulailah dengan tidak membedakan dalam memilih teman, dan bantulah teman yang meminta pertolongan. Kapan saja dan di mana saja, kita harus rendah hati terutama kepada keluarga dan orang-orang di sekeliling kita.