• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Saturday, September 23, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Aceh

Bon Kontan Alat Tukar Warga di Langsa di Zaman Awal Kemerdekaan

admin by admin
August 9, 2018
in Aceh, Langsa, PKA 7, Sejarah
0
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
BANDA ACEH – Kota Langsa merupakan salah satu daerah yang menjadi saksi bisu atas kolonialisme Belanda di tanah Serambi Mekkah. Letak geografis Kota Langsa yang sangat strategis, serta berbatasan langsung dengan Selat Malaka membuat Belanda menjadikan kota ini sebagai basis pemerintahan khususnya di Aceh.
Namun karena perjuangan yang hebat akhirnya Belanda bisa dikalahkan. Karena sudah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, masyarakatpun menghapus uang Belanda sebagai alat tukar yang biasa digunakan dan sambil menunggu dikeluarkannya uang Republic Indonesia, penguasa saat itu menerbitkan bon kontan bernilai Rp 100 dan Rp 250 sebagai alat tukar.
Bon kontan dicetak pada 2 Januari 1949. Uang revolusi ini dicetak di Bale Juang Langsa, yang saat itu menjadi pusat perkumpulan para pejuang kemerdekaan, gedung tersebut kini menjadi gedung Museum Kota Langsa.
Bon kontan berlaku untuk seluruh daerah gubernur militer, yaitu daerah Aceh, Langkat, dan Karo, dan akan ditukar dengan uang Republik Indonesia dalam waktu sesingkat singkatnya, hal tersebut berdasarkan nota Plt Gubernur Militer daerah Aceh, Langkat dan Karo.
Bon kontan merupakan bukti sejarah, betapa besarnya peran Langsa pada masa itu dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI. Heroik kemerdekaan yang sangat berasa tampak jelas dalam perjuangan ekonomi masyarakat Kota Langsa. Hal tersebut dapat terlihat dengan jelas dengan terteranya kalimat : Sekali Merdeka, Tetap Merdeka pada uang tersebut.
Gedung Balee Juang merupakan bangunan peninggalan Belanda yang didirikan sekitar tahun 1920. Kini setelah Indonesia merdeka, gedung ini menjadi salah satu tempat tempat sejarah di Kota Langsa. Memiliki gaya arsitektur yang menarik khas Eropa, menjadikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tak hanya itu, kisah sejarah yang melatar belakangi gedung ini juga menarik untuk disimak.
Sebelum dikenal sebagai Gedung Balee Juang, bangunan ini dinamai oleh Belanda Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel-Maatschappij Te Langsar. Kala itu, gedung ini juga sempat digunakan sebagai kantor percetakan uang yang dikenal dengan Bon Kontan bernilai Rp. 100.
Sejarah menarik ini dapat disimak ketika berkunjung ke anjungan Kota Langsa di arena Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7.
Selain sejarah kemerdekaan Indonesia, anjungan Kota Langsa juga memamerkan aneka barang peninggalan sejarah dan benda langka lainnya.
Koordinator Anjungan Kota Langsa Sumiyati mengatakan, benda-benda bersejarah ini merupakan koleksi Museum Kota Langsa, tapi sebagiannya juga merupakan milik seorang kolektor benda bersejarah yang berasal dari Kota Langsa yakni Tgk Nur Iman.
“Diantaranya ada koleksi Al-quran tulisan tangan yang usianya sudah ratusan tahun lalu, kemudian benda-benda semasa kerajaan Aceh, dan juga ada dipamerkan fosil tulang ikan lumba-lumba yang ditemukan tahun 2013 yang lalu,” jelas Sumiyati, Kamis (9/8/2017).
Anjungan Kota Langsa juga memamerkan peti dan lemari berukir yang usianya sudah lebih dari 300 tahun lalu. 
Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Irmayani mengatakan, PKA-7 tahun 2018 banyak tampilan berbeda dengan tahun –tahun sebelumnya. Untuk 2018 ini, banyak keunikan yang ditampilkan. Ini semua untuk mengingatkan kembali akan sejarah-sejarah masa lalu di Aceh.
“Silakan kunjungi anjungan-anjungan setiap kabupaten/kota, pasti ada banyak keunikan dan sejarah masa lampau,” ungkap Irmayani.

Related

Previous Post

Lukisan Istana Darud Dunia hingga Manuskrip Kuno di PKA VII

Next Post

Meriam Portugis di Anjungan Aceh Timur

admin

admin

Next Post

Meriam Portugis di Anjungan Aceh Timur

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Murid SDIT Muhammadiyah Manggeng Mengadakan Kunjungan Sosial Ke Rumah Duafa

Murid SDIT Muhammadiyah Manggeng Mengadakan Kunjungan Sosial Ke Rumah Duafa

2 days ago
DPMG Aceh Selatan Sosialisasi Optimalisasi SAKIP Melalui Monitoring dan Evaluasi Digital

DPMG Aceh Selatan Sosialisasi Optimalisasi SAKIP Melalui Monitoring dan Evaluasi Digital

2 days ago

Trending

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

6 months ago

Popular

Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

4 weeks ago

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
SEPEDA BARU HARAPANKU

SEPEDA BARU HARAPANKU

6 months ago
BUKU ITU AKU SIMPAN

Puisi-Puisi Mengenang Tsunami Aceh

9 months ago
Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

6 months ago

Spam Blocked

22,464 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version