• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Sunday, March 26, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Artikel

Headline bagi Siapa?

admin by admin
July 20, 2018
in Artikel, Media
0
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Oleh: Iqbal Perdana
Staff di CCDE

Pada anatomi media masa, headline menjadi wajah yang mencuri minat baca. Ia menjadi godaan paling mujarab untuk “menjerumuskan” para pembaca membeli, dan mengeja sebuah peristiwa, kata demi kata. Mengamini, sambil mengeleng-gelengkan kepala, lalu menjadi bahan bincang di meja-meja warung kopi.
Dari sekian banyak tahapan pemberitaan; menentukan peristiwa, menentukan sumber yang akan diwawancarai, menulis dalam bentuk tulisan, editing, publish. Pembaca akan berperan setelahnya, yakni mengkonsumsi. Pembaca secara umum, langsung, tidak bisa mengintervensi praktek-praktek jurnalistik. Nantinya, pembaca hanya dapat memberi feedback.
Sampai disini, rasanya pembaca tidak ada daya apalagi upaya menentukan headline, menempatkan sebuah peristiwa pada halaman depan atau halaman kesekian. Ia menjadi hak prerogatif media, atau mereka yang berkepentingan di belakangnya.
Kalau sudah begini, rasanya pembaca seperti didikte untuk mengetahui hal ini saja, atau hal itu saja. Tanpa harus mengetahui mengapa peristiwa tersebut layak menjadi headline dan “wajib” dibaca.
Bahkan diantara para pembaca, menolak “mensuudzonkan” sebuah tayangan atau pemberitaan. Apakah telah dikemas, diproses secara “halal” atau tidak.
Membongkar kelayakan sebuah reportase menjadi headline adalah sebuah kenaifan, menurut saya. News value yang menjulang, unsur kedekatan; sosiologis dan geografis, atau unsur-unsur lain yang telah dirumuskan oleh para pakar jurnalistik, agaknya sekarang hanya menjadi benang-benang merah yang diurai dalam bangku pendidikan tinggi saja. 2 SKS, atau 3 SKS.
Dalam prakteknya, headline adalah bentuk lain dari kepentingan-kepentingan perusahaan media, atau mereka yang memberi imbalan dalam bentuk yang paling populer saat ini; kursi. Hampir semua bos-bos media masa di Indonesia pernah duduk di kursi-kursi “panas”, tanah ibu pertiwi. Sebagian masih berjuang, menayangkan lagu-lagu partai, dengan scene-scene mulia pada waktu-waktu prime time.
Disini, media menjadi senjata yang paling menjanjikan. Media ibarat bom atom, sebab dapat menjangkau banyak orang, setiap golongan, dimanapun, kapanpun. Tanpa peduli siapa yang menjadi “korbannya”; anak-anak, remaja, dewasa.
Unsur-unsur ideal dalam menyajikan konten pemberitaan pun jauh-jauh dipinggirkan. Digusur. Diberangus tanpa pamit. Media-media seperti ini patut segera dihindari, dicoret dari daftar beli.
Media lebih condong untuk menyajikan sesuatu yang bagi mereka penting. Meski belum tentu penting bagi pembaca. Oleh karenanya, dalam hal ini, perangai latah harus “dinonaktifkan” terlebih dulu, bagaimana pun caranya. Sebab tidak sedikit berita-berita hoax justru menjadi viral. Pelakunya adalah para pembaca. Sedikit saja dipancing dengan unsur SARA, maka akan booming.
Sudah tidak dapat menyeting headline, jadi pelaku kejahatan penyebar berita hoax pula. Sudah tidak punya kepentingan, jadi pendukung karbitan, gelap pula.

Related

Previous Post

BNN Lhokseumawe Ajak Blogger Kampanye Anti Narkoba

Next Post

Bercerita Pada Senja

admin

admin

Next Post

Bercerita Pada Senja

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

TADARUS NYANYIAN QURANI

TADARUS NYANYIAN QURANI

4 hours ago
Museum Pijay

Museum Pijay

5 hours ago

Trending

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Kenakalan Remaja dan Peran Pendidikan Keluarga

4 days ago

Popular

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

Belajar Bersepeda pada Belanda dalam Mengatasi Polusi dan Kematian Lalu Lintas pada Remaja.

1 month ago
MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

MAKNA SEPEDA DALAM KEHIDUPAN

1 month ago

5 Sepeda untuk Program 1000 Sepeda

6 years ago
Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

Menumbuhkan Budaya Literasi Sejak Dini

1 week ago

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

11 months ago

Spam Blocked

9,729 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version