Jakarta – Pemerintah Kota Banda Aceh sangat serius menggarap proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Wali Kota Aminullah Usman pun telah menyatakan komitmennya untuk memodernisasi pengelolaan sampah di Banda Aceh yang saat ini mencapai 300 ton per hari.
Setelah mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Sumur Batu, Bekasi, lalu dilanjutkan dengan pertemuan dengan investor yang berminat membangun proyek serupa di TPA Gampong Jawa, Aminullah meninjau TPA Sunter, Jakarta, Minggu (6/6/2018). Di lokasi ini akan dibangun fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah dengan sistem Intermediate Treatment Facility (ITF).
Kabag Humas Setdako Banda Aceh T Taufik Mauliansyah mengatakan kunjungan Walikota Aminullah ke lokasi rencana pembangunan ITF Sunter untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai proyek pendukung program pemerintah pusat; Indonesia Bebas Sampah 2020 ini.
“Berdasarkan informasi dari pihak terkait di sana, ITF Sunter nantinya akan mampu mereduksi sampah hingga 80 persen dan diperkirakan dapat menghasilkan energi listrik maksimal sebesar 32 megawatt dengan residu yang ramah lingkungan. Konsep seperti ini yang ingin kita terapkan di Banda Aceh,” kata Taufik mengutip pernyataaan wali kota.
Menurut Aminullah, kondisi TPA di banyak kota di Indonesia tak terkecuali Banda Aceh sudah hampir penuh dan berpotensi over capacity. “Bahkan seiring dengan perkembangan kota, tumpukan sampah akan semakin menggunung, dan akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan warga.”
“Bayangkan produksi sampah Jakarta sudah hampir menyentuh angka tujuh ribu ton per hari, dan lebih dari dua ribu ton ditampung di TPA Sunter ini. Jika dilihat dari jumlah produksi sampah dan luas wilayahnya, di Banda Aceh seharusnya dapat lebih mudah kita kelola secara modern dengan teknologi yang ramah lingkungan,” katanya.
“Untuk itu kita harus bergerak cepat dengan mengerahkan segala potensi yang ada termasuk dukungan dan masukan dari masyarakat dan stake holder terkait untuk mewujudkan proyek PLTSa di TPA Gampong Jawa. Sekarang waktunya, karena jika menunggu lebih lama tentu masalah sampah di kota kita yang terus berkembang akan semakin kompleks dan rumit untuk diselesaikan,” kata Taufik kembali mengutip pernyataan wali kota yang saat ini sedang berada di Jakarta yang salah satunya untuk membahas proyek dimaksud dengan para pihak terkait.
Taufik menjelaskan, dari hasil survei awal pemko banda aceh bersama investor PT Mega Power Mandiri dan mitranya PT Aalborg Industri Indonesia, tumpukan sampah yang saat ini ada di TPA Gampong Jawa dapat menghasilkan sekira 10 megawatt energi listrik.
“Pihak investor juga menyebutkan jika TPA Gampong Jawa sangat strategis sebagai lokasi pembangunan PLTSa. Dan mereka juga memastikan pembangkit ini aman terhadap lingkungan. Bahkan limbah dari rumah sakit juga bisa diolah dengan mesin ini. Residu sampah yang diolah juga masih bisa dimanfaatkan menjadi minyak, gas, hingga campuran kompos,” ungkapnya.
“Setelah tumpukan sampah yang sudah menggunung di TPA Gampong Jawa habis, maka akan rencananya akan bangun TPA modern terpadu yang hanya memerlukan lahan satu hektar saja. Lahan sisa nanti dapat digunakan Pemko Banda Aceh untuk pembangunan lain,” katanya.
Ia juga mengatakan, dengan penggunaan PLTSa biaya pengelolaan sampah yang dikeluarkan pemerintah juga akan jauh lebih murah. “Sementara listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN dengan skema kerja sama tertentu, dan dapat pula kita gunakan untuk keperluan cold storage dan lain sebagainya,” kata Taufik.
“Pak wali juga menekankan apabila semua kesepakatan antara Pemko Banda Aceh dan pihak investor berjalan dengan baik tanpa ada kendala, maka proyek ini akan kita realisasikan dalam waktu dekat. Ini semua kita lakukan demi masa depan warga dan kota yang lebih baik,” pungkasnya. (Jun)