King of Solomon (Nabi Sulaiman a.s) menyarankan Pelaut Paoenisia agar berlayar ke arah timur, mencari gunung Ophir, yaitu wilayah yang banyak menyimpan emas, Gampong Pande sekarang. Setelah tiga tahun berlayar, mereka berhasil kembali beserta harta (emas) yang melimpah.
Sejak saat itu, pelayaran ke timur dunia semakin marak, khususnya Aceh, Gampong Pande. ”Geograpike Uplehesis” (301SM), sebuah buku yang ditulis oleh seorang Menteri dari Maharaja Iskandar Zulkarnaen, Ptolemaeus, memperkenalkan Aureachersoneseus (Pulau Emas) kepada dunia lengkap dengan peta sebuah pulau bernama Jabadiou (Sumatera).
Setelah ± 400 SM, Aceh dijuluki oleh orang arab sebagai Al Ramni, sedang orang Tionghoa menyebut Aceh sebagai Lan-Li, Lam-Wuli, Nan-Wuli, Nan-Poli. Sebenarnya Lamuri.
Namun istilah-istilah itu berganti dengan Achem (Acheh) sejak kedatangan Bangsa Portugis yang dipimpin oleh Marcopolo dan berganti menjadi Kuta Raja (Kota para raja) oleh Belanda. Memang, letak geografis Aceh merupakan pintu masuk pelayaran barat menuju timur, begitu sebaliknya.
Sehingga Aceh menjadi kota transit para pedagang dunia. Hal ini turut membantu peningkatan perekonomian kerajaan islam di Aceh pada masa itu. Bahkan emas Aceh dijual sampai ke benua Eropa. Selain terkenal dengan emas beserta lokasi pengrajin emas yang saat ini dijadikan nama sebuah lorong Desa Gampong Pande, “Kuta Diblang”.
Desa wisata ini juga terkenal dengan sejarah Islamnya. Sebelum kerajaan Pasai, Kerajaan Islam telah lahir di desa ini, dipimpin oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan kerajaan Hindu/ Budha Indra Purba dengan ibu kota Bandar Lamuri kala itu.
Banda Aceh pun kemudian dinisbatkan sebagai kota Islam tertua di Asia Tenggara. Kota ini pernah menjadi sangat terkenal sebagai Bandar Aceh Darussalam ketika masa gemilangnya kerajaan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah yang memimpin Kesultanan Aceh Darussalam selama sepuluh tahun berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.
Diikuti oleh Sultan Iskandar Muda yang membangun Banda Aceh sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang pada saat itu sangat diminati pedagang Eropa. Sultan Alaidin Johan Syah dinisbatkan sebagai pendiri Kota Banda Aceh, namun beliau dimakamkan di Gunong Drien (Glee Drien), Lambirah Sibreh, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.
Anda akan menemukan singgahsana terakhir para Sultan Aceh di Desa Gampong Pande. Komplek makam itu merupakan cagar budaya di bawah naungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Si Gampong Pande
Setelah mengetahui sejarah Gampong Pandee, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi salah satu lokasi wisata kota Banda Aceh itu. Estetika dari pahatan nisan para makam sultan begitu unik, aksara arab memenuhi permukaan batu yang berumur ribuan tahun itu.
Tinggi nisan kira-kira sepinggang orang dewasa, diantaranya hanya selutut. Penemuan koin emas (dirham) dan pedang emas yang mengejutkan warga tahun lalu juga berada di Gampong Pande. Tepatnya di Krueng Doy. Siapa sangka, Fatimah (45), menemukan koin emas itu.
Peta makam beserta nama-nama sultan yang dimakamkan di Gampong Pande tidak ada, hal ini membuat pengunjung menebak-nebak si empunya makam. Juga rumput yang meninggi turut mencondongkan anggapan bahwa situs purbakala ini kurang terawat. Namun kebersihan akan sampah patut diacungi jempol.
Tidak ada sampah yang berserakan turut menambah rasa nyaman saat membayangkan di tanah ini pernah hidup sosok-sosok mulia nan perkasa, seakan membawa kita kembali ke masa lalu.
Ke Gampong Pande
Tanpa pemandu, anda dapat dengan mudah menemukan situs sejarah ini. Banyak sekali papan penunjuk arah komplek pemakaman, hampir di setiap tikungan. Papan itu dicat coklat dan dituliskan jarak, tentu saja moncong papan mengarah ke komplek pemakaman, ikuti papan itu sampai anda menemukan papan yang berikutnya.
Dari Mesjid Raya Baiturrahman menuju Gampong Pande kira-kira lima menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Alangkah baiknya jika anda membawa kamera untuk mengabadikan situs-situs purbakala itu.
Saya menyarankan anda untuk menggunakan sepatu sport, sebab setelah sampai di Gampong, melanglang dengan berjalan kaki lebih menyenangkan.sepatu sport cukup memberi kenyamanan pada kaki, karena kelenturan sol dan kelembutan dinding sepatu.
Bagi anda yang berpergian sendiri, pastikan membawa tripod. Tripod cukup membantu ketika anda hendak masuk kedalam frame. Juga ketika hendak mengambil video.
Warga Gampong Pande yang ramah mewajibkan anda mengikuti keramahannya. Ajak mereka berbincang untuk menambah wawasan mengenai Gampong Pande saat ini. Sudah tidak sabar ingin mengunjungi Gampong Pande?