Oleh Rizkina Meutuah
Kuamati sekelilingku
Lengang
Tiada seorang pun
Aku terperangkap
Kuamati sekali lagi
Sebuah siluet muncul
Sesosok makhluk dengan tariannya
Dia memainkan jemari lentiknya
Memainkan pundaknya
Mengerlingkan matanya
Dia terampil memainkan tubuhnya
Aku terbuai dengan tariannya
Sosok penari itu mendekat
Kuamati lagi, matanya membesar
Matanya tak lagi indah, kini dia tampak murka
Gerakannya tak lagi ayu, kini sedikit lebih tangguh
Tempo tariannya tak lagi pelan, kini semakin kencang
Tangannya tak lagi dimainkan, bersiap untuk merampas
Aku terkesiap, dia semakin mendekat, jantungku berdetak kencang
Seketika aku bertatap dengannya, jantungku berhenti.
Banda Aceh, 22 Februari 2015
Rizkina Meutuah, mahasiswa aktif Psikologi, Unsyiah Banda Aceh