Oleh Hendra Gunawan, MA
Di dalam kehidupan dunia ini, ada dua aspek yang tidak bisa terlepas dari kehidupan seorang insan, atau manusia yaitu pahala dan dosa. Pertama disebut pahala adalah merupakan poin positif yang harus dipersiapkan oleh setiap insan manusia menuju kehidupan yang baik di akhirat yaitu surga, sebagaimana Allah SWT telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Kedua disebut dosa adalah merupakan poin negatif yang dimana balasannya adalah kehidupan yang buruk di akhirat yaitu neraka, sebagaimana juga Allah SWT telah menjanjikan neraka buat hamba-Nya yang kafir (inkar kepada Allah SWT), fasik (melanggar hukum-hukum Allah SWT, zhalim, ataupun maksiat), dan munafik (orang jahat berlagak baik).
Neraka dalam terminologi Al-Qur’an disebut an-naar, secara bahasa berarti api yang menyala dan dalam istilah neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang-orang yang berbuat dosa. Dengan kata lain, neraka adalah tempat penyiksaan dimana di dalamnya terdapat hukuman yang sangat dahsyat yang digambarkan sebagai api. Dalam satu riwayat disebutkan, bahwa api neraka itu sangat panas, sehingga andaikan satu saja baju penghuni neraka tersebut digantungkan diantara langit dan bumi, niscaya akan meninggal semua penduduk dunia karena panasnya api neraka tersebut. Ironisnya, setelah seluruh tubuh para penghuni neraka termakan habis oleh api neraka tidak akan mati, namun kembali lagi seperti semula begitulah terus-menerus.
Semua insan manusia, tidak akan mengetahui apakah dia salah satu penghuni neraka atau bukan, namun paling tidak mengenai kriteria penghuni neraka tersebut telah banyak disebutkan dalam al-Qur’an, yang antara lain sebagai berikut :
1. Surah at-Taubah Ayat 34 dan 35
Salah satu kriteria kandidat penghuni neraka, yang disebutkan dalam ayat di atas adalah orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat terhadap anugerah kekayaan yang telah yang telah diterimanya dari Allah SWT sebagai amanah sebab di dalamnya terdapat hak orang-orang fakir miskin. Sebagian ulama, menamai kriteria ini dengan sebutan orang-orang bakhil dikarenakan mereka selalu berusaha menguasai amanah tersebut secara berlebihan tanpa menghiraukan hak fakir miskin. Bahkan dalam ayat di atas, Allah SWT mengancam mereka bahwa kelak seluruh harta mereka tersebut akan dijadikan api sebagai bahan untuk menyiksa diri mereka di neraka.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah menegaskan dalam suatu riwayat, maukah kalian aku kabarkan mengenai penghuni neraka, maka salah satunya yang disebutkan Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang yang mengumpulkan harta, tapi tidak mau membaginya. Menurut penulis, apabila kita refleksikan ke dalam tata bahasa moderen orang-orang seperti ini tepatnya disebut sifat tamak (rakus) yang sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia, sebab dapat memunculkan berbagai sifat-sifat negatif seperti serakah yaitu sifat yang tidak pernah merasa puas dengan harta yang telah dimilikinya, laksana api yang membakar dengan lahap seluruh kayu bakar tanpa mengenal untuk berhenti, begitu juga dengan orang-orang yang serakah ingin mendapatkan harta dan seluruh isi dunia meskipun dengan jalan haram, baik dengan cara berbohong maupun menipu.
2. Surah An-Nisa’ Ayat 145
Yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” {Qs. An-Nisa’/4:145}.
Salah satu ciri kemunafikan adalah berbohong (berdusta), sehingga dalam Islam kebohongan yang dilakukan oleh seseorang insan manusia dipandang sebagai akbar al-kaba’ir (dosa besar), baik yang menyangkut ekonomi, hukum, dan bidang lainnya termasuk pada bidang politik yaitu kebohongan terhadap publik alias kebohongan terhadap masyarakat atau rakyat banyak. Selain itu berbohong, menipu juga merupakan salah satu ciri kemunafikan yang keduanya sama-sama menyakitkan, lain di mulut lain pula di hati atau disebutkan tidak ada padahal ada, dimana para pelakunya seolah-olah menampakkan kebaikan padahal yang ada dalam benaknya (rencananya) adalah kejahatan yang membinasakan. Mereka pandai bersilat lidah, perkataan mereka sangat menakjubkan dan meyakinkan tetapi perbuatan mereka bertentangan dengan ucapan mereka sendiri. Menurut penulis, apabila kita konsepsikan dalam konteks kekinian para penipu itu di depan kita mereka mengaku pembela kebenaran, penegak keadilan, pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), ternyata mereka adalah penghalang kebenaran, perusak keadilan, dan pelanggar HAM.
3. Surah al-Qaaf Ayat 23 – 26
Artinya :
“Dan yang menyertai dia berkata; inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku,23 Allah SWT berfirman; lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala,24 yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,25 yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah SWT, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat”.26 {Qs. Al-Qaaf/50:23-26}.
Kemudian, ada enam kriteria penghuni neraka lagi yang disebutkan dalam surah al-Qaaf ayat 23 – 26 di atas yang menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan malaikat melemparkan orang-orang yang ingkar, keras kepala, menghalangi kebajikan, melanggar batas, ragu-ragu, dan yang menyembah selain Allah SWT. Pertama, orang yang ingkar kepada Allah SWT, sebenarnya sebelum umat manusia menghirup segarnya udara dunia (saat dalam rahim), manusia telah berikrar bahwa hidup dan matinya milik Allah SWT semata, sebagaimana diilustrasikan dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 172, bahwa setiap janin dalam kandungan telah mengucapkan syahadat kepada Allah SWT.
Namun, setelah lahir banyak manusia yang menjadi kafir (mengingkari-Nya), sehingga mereka tidak menerima segala aturan-aturan Allah SWT dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Kedua, orang-orang yang keras kepala, yaitu orang-orang yang membangkang kebenaran sekalipun ia tahu kebenaran tersebut dan ketika kebenaran itu ditawarkan kepada mereka, mereka pun tidak mau menerimanya sekalipun kebenaran itu begitu jelas, sehingga mereka berbuat maksiat. Ketiga, orang-orang yang menghalangi kebajikan (amal baik), mereka mencari-cari segala macam kebajikan untuk dihalangi termasuk mengahalangi diri mereka dalam berbuat kebaikkan, sehingga mereka tidak mau menuaikan kewajiban mereka, tidak mau bersilaturrahmi, dan tidak mau bersedekah. Bahkan, mereka menghalangi seseorang untuk berdakwah kepada mereka hal-hal yang diridhai Allah SWT.
Kempat, orang-orang yang melanggar batas yakni orang-orang yang melanggar hukum Allah SWT, dimana mereka tidak hanya menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan namun mereka juga berbuat jahat kepada orang lain. Sehingga mereka ditinggalkan oleh manusia karena takut akan bahaya perbuatan mereka sebab dimana pun ia berada para tetangga mereka tidak pernah merasa aman dari gangguan mereka termasuk bicara mereka melampaui batas.
Kelima, orang-orang yang meragukan janji Allah SWT, yakni orang-orang yang tertanam dalam diri mereka keraguan dan kebimbangan, bahkan tidak hanya itu, mereka juga membuat keraguan pada diri orang lain tentang janji dan ancaman Allah SWT sehingga keimanan mereka kepada Allah SWT pun kian sirna. Keenam, orang-orang yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah SWT alias syirik (menyekutukan Allah SWT), mencakup semua orang yang menghambakan diri mereka dan menghinakan diri mereka kepada selain Allah SWT.
Penutup
Ada sembilan kriteria yang telah diungkapkan dalam al-Qur’an, mengenai kreteria insan manusia yang diindikasikan sebagai kandidat atau bakalan calon penghuni neraka; (1). Orang-orang kafir yaitu orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT, (2). Orang-orang yang syirik yakni menyekutukan Allah SWT, (3). Orang-orang yang keras kepala yakni orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran, (4). Orang-orang yang meragukan janji Allah SWT, (5). Orang-orang yang melampaui batas yaitu orang-orang yang melakukan maksiat atau melanggar aturan-aturan Allah SWT, (6). Orang-orang yang enggan membayar zakat alias tamak, (7). Orang-orang pembohong alias pendusta, (8). Orang-orang penipu yang suka berbuat curang, dan (9). Orang-orang menghalang-halangi dirinya sendiri dan orang lain dari setiap amal kebaikkan, bahkan mereka mencenderungkan diri mereka melakukan berjuta kejahatan terhadap insan manusia.
Demikianlah sembilan kriteria penghuni neraka versi al-Qur’an, yang bisa penulis sajikan untuk para pembaca, meskipun masih banyak kriteria yang belum diuraikan dalam tulisan ini. Paling tidak, dengan tulisan yang singkat ini kita dapat memetik hikmah dan pelajaran agar kita dapat menghindari kesembilan kriteria tersebut. Amin ya rabbal ‘alamin.