Oleh : Isra Yauminnisa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fisip Unsyiah, Banda Aceh
“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang perempuan wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas yang akan melahirkan anak-anak yang cerdas”- Dian Sastro
Pendidikan sangat penting untuk semua kalangan, tak terkecuali bagi perempuan. Berbeda dengan zaman dahulu, banyak orang yang sudah cukup puas dengan berbekal ijazah S1. Faktanya seiring perkembangan zaman, gengsi dan pesatnya persaingan di dunia kerja. Kaum laki-laki ataupun perempuan banyak berlomba-lomba untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Namun tidak dapat dipungkiri juga, fakta tersebut hanya presentase dari sebagian kecil khususnya perempuan di Indonesia. Karena ada sebagian lain dari perempuan Indonesia yang memilih menikah dan menjadi ibu rumah tangga setelah tamat dari jenjang SMA. Ada yang beranggapan bahwa perempuan itu walaupun menempuh pendidikan tinggi, pada akhirnya akan menjadi ibu dan mengurus anak. Ataupun ada yang beranggapan menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan yang mulia dibandingkan berkarir yang membutuhkan pendidikan tinggi.
Terlepas dari angapan-anggapan tersebut, perempuan harus berpendidikan tinggi. Pendidikan akan menjadi bekal bagi perempuan saat ia menjadi ibu ataupun sebelum ia menjadi ibu. Profesor Michael Crawford, peneliti dan ilmuwan asal Inggris, melakukan penelitian selama sepuluh tahun tentang pengaruh pengaturan makanan pada perempuan hamil dan bayinya.
Dia terkejut ketika mendapati begitu besarnya ketidakpedulian terhadap pengaruh gizi bagi otak yang sedang tumbuh, terutama selama bayi dalam kandungan. Setelah diteliti pada suatu studi Universitas menunjukkan bahwa 22 persen ibu muda berisiko tinggi, 9 persen di antaranya berisiko fatal bagi bayi mereka. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan ekstra.
Pendidikan amat penting bagi perempuan karena pendidikan mewarisi nilai-nilai yang baik bagi peserta didiknya. Di dalam pendidikan banyak hal-hal yang bisa diambil, selain ilmu pendidikan itu sendiri berupa wawasan, maupun pengalaman. Dunia pendidikan dapat memberikan pelajaran-pelajaran yang berharga dalam hal kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional pada perempuan. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional tidak akan didapatkan jika perempuan hanya berdiam diri di rumah dan hanya sekolah secukupnya saja.
Kecerdasan intelektual akan menghasilkan pola pikir yang berdasarkan logika, tepat, dan akurat. Seorang perempuan yang memiliki kecerdasan intelektual mampu mempersiapkan sesuatu dengan baik. Pada perempuan yang belum menjadi ibu. Saat sedang mengandung ia akan berusaha melewati masa mengandung dengan baik. Ia akan melakukan usaha-usaha agar anak yang lahir kelak akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Ia akan mempersiapkan dengan sebaik mungkin. Seperti mencari tahu makanan yang baik untuk jabang bayi yang akan lahir, dll.
Pada perempuan yang sudah menjadi ibu ia akan terampil dalam membesarkan anaknya. Ia akan menyusun srategi dalam membesarkan anaknya. Agar kelak anaknya menjadi seseorang yang sukses. Kecerdasan emosional adalah bagaimana perempuan dalam bersikap. Bagaimana ia bersikap ketika membesarkan anak-anaknya. Contohnya ketika seorang ibu menghadapi anaknya yang bandel, ibu dengan kecerdasan emosional ia tidak akan memarahi anaknya. Karena ia tahu itu bukan solusi dan bahkan akan berefek negatif pada psikologi anak. Tapi ia akan mengatasinya dengan cara yang bijak.
Menurut Anderson (dalam Mappiere, 1983), mengatakan bahwa faktor yang paling penting dalam tujuannya individu mencapai kedewasaan emosional adalah pengalaman yang individu dapat selama menjalani pendidikan formal.
Seorang penyair berkata “ibu adalah madrasah, jika kamu menyiapkannya maka dia menyiapkan generasi berkarakter baik “. Anak memasuki sekolah formal saat usia 5 tahun, saat usia 0 hingga 5 tahun yang akan mendidik anak dirumah tidaklah lain adalah ibu. Pada usia ini sangat dibutuhkan peran orang tua, terutama ibu.
Pada usia golden age ini otak anak mengalami perkembangan yang paling cepat dalam masa pertumbuhannya. Pada masa ini, setiap informasi akan diserap anak baik berupa informasi yang baik maupun yang buruk dan akan menjadi dasar terbentuknya karakter, kepribadian, serta kemampuan kognitif. Kesuksesan anak ditentukan pada masa ini. Jika ibu memanfaat masa golden age ini dengan baik maka sukseklah anak tersebut dimasa depan.
Dr. Ben Hamel, mengatakan bahwa kecerdasan anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan kromosom X yang berasal dari ibu. kecerdasan anak sangat bergantung dengan ibunya bukan dari ayahnya. Jika menginginkan anak cerdas tidak dengan mencari ayah yang cerdas. Tapi kaum perempuan mulai lah mencerdaskan diri sendiri. Jadi Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang perempuan wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas yang akan melahirkan anak-anak yang cerdas di masa depan kelak.